Minggu, 11 Juli 2011. Pagi itu cerah sekali. Burung-burung berkicau seolah menyambut sesuatu yang penting terjadi di pagi itu. Tidak seperti
biasanya, pagi itu adalah hari keberangkatan Nasya ke sekolah barunya. Walaupun berat untuk menerimanya, namun itulah kenyataan yang harus dia terima. Selama 3 tahun, ia akan menjalani masa SMA di sebuah SMA yang berbentuk asrama di daerah Bogor.
Nasya termasuk anak yang aktif di lingkungannya. Ia mengajar pada sebuah TPA, Harapan Insani namanya. Penampilan Nasya pun sangat agamis, dengan jilbab panjang yang menutupi dadanya. Tak heran jika kepergiaanya membuat sedih banyak orang. Termasuk kakak-kakak senior di tempat ia mengajar, Kak Sofi dan Kak Adin. Bicara urusan pacaran, Nasya tak terlalu memikirkannya, Ia berprinsip bahwa pacaran itu hanya membuang waktu. Kasih sayang dari keluarga dan teman-temannya sudah lebih dari cukup baginya. Namun, kehidupan di asrama ternyata lain dan ia pun melanggar prinsip hidupnya itu.
Nasya termasuk anak yang aktif di lingkungannya. Ia mengajar pada sebuah TPA, Harapan Insani namanya. Penampilan Nasya pun sangat agamis, dengan jilbab panjang yang menutupi dadanya. Tak heran jika kepergiaanya membuat sedih banyak orang. Termasuk kakak-kakak senior di tempat ia mengajar, Kak Sofi dan Kak Adin. Bicara urusan pacaran, Nasya tak terlalu memikirkannya, Ia berprinsip bahwa pacaran itu hanya membuang waktu. Kasih sayang dari keluarga dan teman-temannya sudah lebih dari cukup baginya. Namun, kehidupan di asrama ternyata lain dan ia pun melanggar prinsip hidupnya itu.
“Membayangkannya
saja aku sudah malas. Apa enaknya tinggal di asrama? Tapi.. mau gimana lagi?”
Batinnya mengatakan. Pagi itu, semua perlengkapan ia persiapkan, semua sudah
siap namun tetap masih ada yang mengganjal hatinya. Ia tidak mau meninggalkan
kehidupannya disini.
“Sudah
siap?” Tanya Ibunya
“Sudah.
Ayo berangkat bu. Pendaftarannya Cuma sampai jam 12 siang kan? Nanti kita telat
lho.” Kata Nasya.
Perjalanan
ke asrama memakan waktu 2 jam. Sampai disana, ia langsung menuju meja
registrasi setelah ssebelumnya berpamitan pada kedua orangtua yang
mengantarnya.
###################
“Selamat
pagi para siswa baru angkatan 2014, selamat dating di Dji Sam Soe Academy.
Pukul 13.00 siang, harap semuanya berkumpul di aula asrama.” Terdengar suara
lantang wanita dewasa di speaker asrama.
“Hai,
namamu siapa? Asal mana?” sapa seorang gadis sebaya dengannya.
“Hai,
namaku Nasya. Aku dari Depok. Kamu?” Tanya Nasya
“Aku
Zahrantiara, panggil aja Tiara.”
“Oke.”
Mereka berteman sejak itu, dan bersama berjalan menuju aula asrama.
“Yey!
Senangnya. Ternyata kita satu grup. Satu kamar tidur pula.” Kata Tiara sumringah.
“Iya,
aku juga senang banget.” Jawab Nasya.
Hari pertamanya ia lewati dengan cukup santai. Esok sudah
mulai belajar. Ia bersyukur mempunyai room mate seperti Tiara. Gadis itu
ceria, apa adanya dan dapat mencairkan suasana.
####################
“Pagi
anak-anak, Nama saya Andi Prasetya. Umur saya 26 tahun. Saya biasa dipanggil
Pak Andi, saya mengajar Matematika. Ada yang ingin ditanyakan lagi?”
“Saya Pak! Bapak sudah menikah
belum?” Tanya Tiara diikuti sorakan dari teman-teman sekelasnya.
“Haha.. Kamu maunya bagaimana?
Hmm.. Kebetulan, saya masih sendiri kok.” Jawab Pak Andi. Tepuk tangan dan
sorak kebahagiaan terdengar dari seluruh murid perempuan dikelas itu, kecuali
Nasya.
“Ada yang mau ditanyakan lagi?
Kalau tidak, kita langsung belajar. Buka buku paketnya halaman 7, pagi ini kita
belajar Trigonometri.” Perkenalan
singkat namun membuat Nasya bersemangat. . Entah mengapa ia merasa tertarik
pada Pak Andi dan ternyata ia pun kagum pada Pak Andi, namun tidak seperti
teman-temannya yang menunjukkan secara terang-terangan, Nasya lebih memilih
menyembunyikannya. Pak Andi tampan, wajahnya sekilas mirip Dude Harlino,
bintang sinetron itu. Pembawaannya santai, tidak seperti guru lainnya. Cara
mengajarnya asik, bahkan rumus trigonometri yang susah itu dapat dengan mudah
masuk ke otaknya. Namun saying, 2 jam pelajaran Pak Andi terasa sangat singkat.
Ia ingin belajar Matematika setiap hari dengan Pak Andi. Dan ternyata, Pak Andi
pun merasakan hal yang sama. Ia kagum pada Nasya.
6 bulan
berlalu dan sampailah pada liburan akhir semester I. Nasya menyambutnya dengan
semangat. Ia sudah tidak sabar untuk kembali ke Depok, menemui keluarganya dan
teman-temannya di tempat ia mengajar. 2 minggu masa liburan itu manfaatkan
dengan sebaik mungkin.
################
“Fi, hari ini Nasya pulang. Bagaimana reaksimu?” Tanya Kak
Adin pada Kak Sofi.
“Biasa aja sih kak. Sejak saya mengetahui kabar itu,
penilaianku terhadapnya berubah.” Jawab Kak Sofi.
“Iya. Saya juga. Tapi di depan Nasya, kita bersikap sewajarnya
saja ya.” Pinta Kak Adin.
“Akan aku usahakan.”
Siang itu, Nasya sampai dirumahnya. Rasa lelahnya
terkalahkan oleh rasa bahagianya. Sorenya, ia langsung menuju TPA Harapan
Insani dan bertemu dengan santri-santrinya disana.
“Kak
Nasyaaaaa, kangen. Kemana aja sih?” Kata Dita manja. Dita adalah salah satu
santrinya di TPA itu. Mendengar suara Dita, santri-santri lain yang berada di
dalam kelas pun berhamburan keluar kelas. Mereka berebut untuk menjadi orang
pertama yang memeluk Nasya. Baginya, bahagia itu sederhana, seperti ini.
“Kakak
enggak pergi kemana-mana kok, Dita saying. Ini, ada kakak kan disini?” Jawabnya
sambil memeluk Dita.
“Jangan
pergi lama-lama lagi ya, Kak.” Pinta Dita.Nasya pun mengangguk.
##########
“Nasya,
apa kabar?”
“Eh,
Kak Sofi. Alhamdulillah baik Kak.”
“Bagaimana keadaan disana? Ada
yang mengganggumu tidak?”
“Haha.. ganggu gimana maksudnya?
Enggak ada kok kak.”
“Yakin enggak ada yang mau kamu
ceritakan pada kakak?”
“Apa yang mau diceritain? Kan
gak ada apa-apa. Eh, udah dulu ya kak. Nasya mau mengajar dulu. Dadah,
Assalamu’alaikum.” Jawabnya kaku lalu berlalu meninggalkan Kak Sofi.
“Maksud
Kak Sofi apa sih? Jangan-jangan.. Ah, gak mungkin.” Dalam hati Nasya menduga-duga.
From : Kak Sofi (+6285678783456)
To : Nasya
Assalamu’alaikum,
Nasya. Besok kamu ditunggu Kak Adin di TPA jam 3 sore. Penting. Datang ya,
Terimakasih.
Nasya penasaran dengan sms itu dan akhirnya, Ia pun
memutuskan untuk menemui Kak Adin keesokkan harinya.
##########
“Assalamu’alaikum, Kak Adin. Kakak memanggil
saya? Ada perlu apa ya?”
“Iya, Nas. Ayo masuk. Silahkan
duduk.”
“Oke, saya enggak mau basa-basi.
Saya to the point aja. Siapa itu Pak Andi?”
“Oh, itu guru Matematika saya kak
di asrama. Kenapa memangnya? Kakak mengenal beliau?”
“Tidak. Tapi menurut kabar yang
masuk ke saya, kamu ada hubungan dengan dia?”
Nasya agak gugup menjawabnya, dari
bahasa tubuhnya dapat dengan mudah ditebak bahwa Ia sangat gelisah. Untuk menutupinya, ia lebih
memilih menunduk ketika menjawab pertanyaan Kak Adin.
“Ya benar. Kita ada hubungan.
Hubungan guru dengan muridnya. Ada yang salah Kak?”
“Tidak. Tapi saya anggap kamu sudah
mengertilah tentang hal yang satu ini. Kalau kamu enggak mau cerita ke saya
tidak apa-apa. Tapi, besok enggak usah dating ke sini lagi. Saya gak mau punya
Adik yang gak nurut kalau dinasehati.” Jelas Kak Adin.
“Oke kalau mau kakak seperti itu.
Saya gak bakal datang ke sini lagi. Saya juga merasa orang-orang disini
berubah. Bukan seperti yang saya kenal sebelumnya. Gak ada yang mengerti
keadaan saya disana. Bagaimana kesepiannya saya di asrama. Jauh dari keluarga
dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru lagi.Saya kira, kakak
mengerti keadaan saya. Ternyata enggak.”
“Bukannya saya enggak mengerti
keadaan kamu. Saya cuma takut belajar kamu terganggu. Tujuan awal kamu masuk
Dji Sam Soe Academy untuk mencari ilmu kan? Bukan untuk pacaran.”
“Untuk hal itu, kakak enggak perlu
khawatir. Justru saya jadi semangat dalam belajar. Dia bisa memotivasi saya.
Untuk masalah pacaran? Kakak dapat info dari mana? Saya enggak pacaran sama Pak
Andi. Dia bersedia untuk menikahi saya jika saya sudah lulus nanti. Yaudah kak,
sudah selesaikan? Saya pamit. Wassalamu’alaikum.” Nasya keluar sambil menahan
air mata. Dalam hatinya sesak. Rasanya ia ingin meninju apapun yang ada
didepannya.
##############
Sejak kejadian itu. Nasya tidak
pernah tampak di TPA Harapan Insani. Dita dan santri-santri yang lain bertanya
kepada Kak Sofi. Namun jawaban Kak Sofi tidak ada yang membuat Dita puas.
“Halo, Assalamualaikum Nas. Ini Kak
Adin. Saya mau minta maaf atas kejadian tempo hari. Saya yang salah.” Kata Kak
Adin kepada Nasya ditelepon.
“Oh itu. Gak apa-apa Kak. Saya juga
punya andil kesalahan di situ. Oh iya, sekalian saya mau pamit. Saya mau ke
Bandung, ke rumah Tiara, salah satu teman saya di asrama selama seminggu,
setelah itu saya langsung ke asrama. ”
“Kenapa mendadak Nas?”
“Enggak mendadak kok, Kak. Saya
rasa saat ini saya perlu waktu untuk menyendiri. Yasudah. Wassalamu’alaikum.”
Nasya pun mengakhiri percakapan tersebut.
####################
Liburan semester I sudah berakhir,
saatnya Nasya kembali ke asrama. Hubungannya dengan Pak Andi merenggang sejak
kejadian tempo hari itu. Pak Andi merasa heran dan memutuskan untuk bertanya
kepadanya secara langsung.
“Kamu kenapa Nasya? Saya punya
salah sama kamu?”
“Enggak kok. Kamu gak salah
apa-apa. Hanya saja, mereka sudah mengetahui hubungan ini.” Kata Nasya lesu.
Pak Andi pun diam dan berfikir
sejenak. Akhirnya ia memegang pundak Nasya dan berkata, “Dengarkan Aku. Aku
beneran sayang sama kamu. Bukan rasa sayang guru kepada muridnya, tapi rasa
sayang seorang lelaki kepada wanita. Kalau kamu mau, lulus SMA ini, aku ingin
menemui kedua orangtua kamu, aku ingin melamar kamu. Bersediakah kamu jadi
istriku? Jadi seorang Ibu dari anak-anakku kelak?” Kata Pak Andi.
Dari kejauhan, Tiara melihat
kejadian itu. Memang percakapan mereka tidak terdengar olehnya. Tapi dari cara
Pak Andi memegang pundak Nasya dan menatap mata Nasya, Tiara menyimpulkan bahwa
diantara mereka ada hubungan yang lebih. Bukan sebatas antara guru dan murid.
Tapi Tiara lebih memilih menyembunyikan hal ini. “Kalau benar mereka ada
hubungan, aku harusnya ikut bahagia.” Kata Tiara dalam hati.
###########
3 tahun berlalu dan sampailah pada
malam pelepasan. 3 tahun berada di asrama ini, rasanya banyak sekali pengalaman
yang Nasya rasakan. Malam itu, kedua orangtuanya hadir.Nasya tampak cantik
dengan kebaya yang ia kenakan. Polesan make up tipis dan jilbab yang ia kenakan
tampak serasi. Cantik sekali.
“Hadirin, mari kita sambut, siswi
yang lulus dengan nilai terbaik di tahun ini. Nasya Amanda.” Kata seorang MC
yang tidak lain adalah Pak Andi.
Nasya
berjalan menuju podium diiringi tepuk tangan dari seluruh tamu undangan yang
hadir. “Selamat! Kamu berhasil.” Kata Pak Andi kepada Nasya. “Terimakasih.”
Jawabnya.
Nasya
pun memberikan pidato didepan podium. Nampak orangtuanya sangat bangga terhadap
Nasya. Di kursinya, mereka menagis. Menangis bahagia melihat anaknya.
###########
Keesokkan
harinya, satu per satu murid meninggalkan asrama menuju rumah mereka
masing-masing. Tiara dan Nasya pun demikian, mereka berpelukan, cukup lama.
“Jangan lupa, undang Aku di pesta pernikahanmu nanti.” Bisik Tiara. Nasya
bingung namun hanya tersenyum dan menjawab, “pasti,Tiara.”
Nasya
dan kedua orangtuanya pulang dengan diantar mobil Pak Andi. Orangtua Nasya
sudah mengetahui hubungan putrinya tersebut dan mereka merestui.
Hubungan
Nasya dengan Kak Adin membaik. Seminggu setelah kepulangan Nasya. Pak Andi
memenuhi janjinya. Ia datang ke kediaman Nasya dan melamarnya. Prosesi lamaran
itu berjalan dengan lancar. 2 bulan setelah itu, mereka melangsungkan
pernikahan. Mereka berdua tampak serasi dan terlihat bahagia. Seperti banyak
orang bilang. Bahagia itu, sederhana.