Alhamdulillah masih diberi kesehatan hingga saat ini, hari
ini adalah satu hari setelah hari ibu, 22 Desember. Tapi sedih, tahun ini gak
bisa mempersembahkan apa-apa buat ibu :( .
Bersyukur sampai saat ini ibu masih diberi kesehatan :’). Hari
ini, tepat tujuh hari berpulangnya bibi, adik dari ibu saya. Beliau meninggal
karena angin duduk. Jadi selama seminggu ini, ibu menginap di kediaman
almarhumah untuk bantu-bantu disana. Jaga kesehatan ya ibu :’)
Menyambung ke judul... Alhamdulillah, sejak 14 Desember kemarin, saya mengikuti
program #OneDayOneJuz. Program mengkhatamkan Al-Qur’an secara berjamaah. Menggunakan
aplikasi Whatsapp yang banyak dimiliki orang saat ini. Saya bergabung dengan
group #ODOJ akhwat 545. Satu grup WA isinya 30 orang, sesuai dengan jumlah juz
di Al-Qur’an. Setiap hari kita membaca satu juz secara kontinu dan diharapkan
selama sebulan (30 hari) kita bisa khatam satu kali. Terimakasih yang
sebesar-besarnya untuk pencetus ide briliant ini, memanfaatkan gadget untuk
beribadah.
Pertama gabung ada rasa takut. Takut jika nanti gak
istiqomah di tengah jalan. Tapi dengan niat yang kuat, akhirnya saya
mendaftarkan diri juga. Lalu daftar, di approve setelah 2 hari waiting list.
Sebelum bergabung dengan #ODOJ, untuk membaca satu halaman
Qur’an saja rasanya berat, sering saya lalai walaupun saya sudah memasang
reminder untuk baca Qur’an dimana-mana :’( Niat ada, tapi entah kenapa sulit
sekali untuk dijalankan.
Saya gabung tepat 2 hari sebelum UAS. Setiap sebelum memulai
belajar saya usahakan untuk sudah khatam dan Alhamdulillah, belajarnya terasa
lebih tenang, walaupun masih seperti biasa, tetap gak nyambung sama materinya,
tapi hati rasanya gak panik, gak kayak biasanya, beneran. Mungkin ini karena Qur’an
memang bisa menenangkan hati :’)
Hari ketiga setelah gabung, tepat saat UAS. Efeknya berasa
banget! Dari seluruh soal essay kalk*lus yang ada, saya cuma ngerjain 2 soal. Beneran,
ini gak boong. Tapi gak ada rasa panik sama sekali, yang saya fikirkan, saya
sudah mengerjakannya dengan jujur, sesuai dengan kemampuan saya. Kalaupun nanti
hasilnya jelek, ya berarti belajar saya kurang. Setelah selesai UAS,
temen-temen membicarakan kembali jawaban soal-soal tadi, saya hanya berjalan
lenggang keluar dan melupakan soal tersebut haha. Kami datang, kami UAS, kami
lupakan wkwk.. enggak deng, tetep kepikiranlah sama nilai, namanya juga Maba. Masih
belum terlalu ngerti.
Begitu juga UAS di hari selanjutnya, kasusnya sama. Saya
baru menyadari, ya Alloh Al-Qur’an-Mu ini maha dahsyat, kenapa saya baru
mendekatinya setelah 18 tahun umur saya ini :(
ada rasa penyesalan dalam diri. Sedih.
Sekarang sudah 10 hari bergabung, tiap hari ada saja cerita
pemotivasi di grup saya itu. Saya berkelompok dengan kebanyakan ibu-ibu, tapi
semangat membaca qur’annya Subhanallah :’) malu sama diri sendiri. Mereka
bilang, saya dan teman-teman yang masih muda harusnya bersyukur, di umur yang
masih terbilang muda, ada media membaca qur’an yang mudah ditemukan seperti ini,
tidak seperti zaman mereka yang teknologinya masih terbatas.
Dari mereka ada
yang sudah memiliki anak, bahkan 4. Ada yang seorang guru, yang bercerita bahwa
ia membaca qur’an sembari mengisi rapot anak muridnya, ada juga ibu muda yang
anaknya lagi sakit, musti bolak balik rumah sakit tapi juz bagiannya tetap
terbaca. Ada juga yang suaminya lagi sakit, selagi menemani suaminya, beliau
membaca qur’an. Subhanallah wanita-wanita ini :’) Bersyukur dipertemukan dengan
mereka, walau hanya kenal sebatas “tau nama”.
Mungkin di luar sana banyak yang bisa membaca qur’an, satu
hari 1 juz lebih, mungkin banyak yang dalam sebulan bisa lebih dari sekali
khatam, namun saya, sangat bersyukur bisa mengkhatamkan bacaan saya, walaupun
satu hari hanya satu juz. Saya belum pernah mengambil juz lelangan (jika dalam
waktu yang ditentukan bersama, ada anggota yang belum menyetor khatam juz
bagiannya, maka juz nya akan dilelang, di khatamkan oleh anggota lain yang
bersedia), namun sebisa mungkin saya menyelesaikan juz bagian saya dengan
tertib.
Ada rasa tenang setelah juz bagian kita selesai dan rasa gak
rela jika juz bagian kita dilelang. Awalnya memang karena ada rasa malu dengan
anggota lain yang lebih sibuk tapi bisa mengkhatamkan bacaannya, bahkan
mengambil lelangan. Awalnya memang seperti ada “penyengaja ikhlas”, ada rasa
kita membaca qur’an hanya karena rasa malu dan hanya menjalankan kewajiban grup, “masa dia khatam,
gue enggak? Malu dong??” tapi lama-kelamaan, membacanya seperti suatu
kebutuhan. Seperti ada yang kurang lengkap kalau gak dilakukan.
Sekian cerita kali ini, Mari Semangat berkebaikan ^^9
Senin, 23 Desember 2013
Atika Widiastuti
sedang me-manage hati :p