Assalamualaikum.
Virus Merah Jambu atau yang orang sering bilah jatuh cinta.
Terdengar lumrah dan bukan suatu hal yang tabu lagi untuk dibahas. Kali ini
dalam tulisan ini, sebenarnya Cuma ingin menuangkan uneg-uneg yang kayaknya
sayang aja kalo enggak di abadikan. Dan bingung mau mulainya dari mana.
Pertama dari
judul, FYI itu bukan judul buatan saya, tapi saya “mengutip” dari tweet seorang
kakak di tempat saya mengajar. Judul di atas menurut saya keren, pas banget
sama kondisi remaja-remaja seumuran saya. Dia bilang mau bikin tulisan dengan
judul itu, tapi maaf kak, saya kutip duluan judulnya hehe
Cinta
sebenernya susah didefinisiin, menurut saya. Dari pengalaman, yang saya tau
cinta itu adalah perasaan sayang dan ketika kamu nyaman berada bersama
seseorang dalam waktu lama dan kamu hanya merasakan itu sebentar. Itu definisi dari
“minat” sebenernya, tapi menurut saya mirip sama definisi cinta. Kalo cinta
monyet, saya enggaktau deh maksudnya apa haha
Sekarang
saya berusia 17 tahun, Kelas 12 di sebuah SMA Negeri, sebut aja SMA Negeri 49
Jakarta. Jiwa labil? Ya! Saya ngerasa kadang saya masih berjiwa labil, kalau
bahasa Betawi-nya, masih “angot-angotan” masalah cinta.
Saya punya temen SMP, inisialny F.
Sekarang dia kelas 12 juga di sebuah SMA di Jakarta. Saya kadang iri sama dia,
walaupun sebaya dengan saya, tapi pandangannya visioner kedepan. Dia bertekad
bahwa cintanya hanya untuk seseorang yang tepat, dan akan terjadi juga pada
waktu yang tepat. Saya kagum sama ke-istiqomahan dia. Saat yang lain sibuk
dengan model hijab terbaru, dia konsisten dengan jilbab panjangnya. Ah, idaman
banget. Jauh sama saya, jauh banget.
Seorang
kakak pernah berkata kepada saya, “Ujian menjelang kelulusan itu Cuma gitu aja.
Kalo enggak hubungan dengan teman, hubungan perasaan dengan lawan jenis atau
hubungan keluarga.” Dan untuk ketiganya, saya mengalami semua.
Sempet
bertengkar sama salah satu sahabat, masalahnya sebenarnya biasa aja, saya gak
mau memberikan selamat atas kebahagiaan dia, Cuma cara saya menyampaikannya
salah, jadi tujuan dari apa yang ingin saya sampaikan juga salah. Tapi sekarang
kita udah baikan lagi, dan temenan lagi. Untuk yang ini saya gak mau bahas
detail. Yang lalu biarlah berlalu, pengalamannya kita ambil, trus jadiin
patokan untuk bersikap ke depannya.
Hubungan
dengan keluarga, bisa dibilang mungkin diantara remaja 17 tahun lainnya, saya
yang paling kuat. Tapi saya tau, INNALLAHA MA'ANA, Alloh bersama kita. dan Allah gak akan memberikan ujian diluar
batas kesanggupan hamba-Nya. Kata-kata itu yang sering terlintas di fikiran
saya kalo saya lagi kepikiran masalah ini. Bisa dibilang hubungan Ibu sama
Bapak gak harmonis, kadang suka iri juga kalo temen-temen cerita tentang
keluarganya“Eh, kemarin gue marahan sama
bokap. Tapi sekarang udah baikkan lagi hehe” , “Iya gue juga, kemarin lucu deh.
Bokap mau kasih gue uang lebih kalo gue mau makan sayur haha”. Tapi buat
apa saya iri, toh kalo saya iri, gak ngerubah keadaan, gak membuat hubungan
orangtua langsung membaik. Saya tau semuanya butuh proses, dan mungkin untuk
yang satu ini, prosesnya membutuhkan waktu yang lebih lama sedikit dari waktu normalnya.
Alhamdulillah, saya punya banyak orang yang sayang sama saya,
temen-temen, kakak-kakak di Rumah Iqro yang setiap saya cerita pasti
didengerin. Saya enggaktau kalo enggak ada mereka, saya mungkin bakalan main
ditempat yang salah.
Hubungan dengan lawan jenis? ini mungkin inti dari judul
diatas. Saya punya seseorang yang saya kagumi, itu masih sampai sekarang.
Kriterianya lebih dari memenuhi, sempurna. Dia jauh diatas saya, terlalu
tinggi. Saya jadiin dia tolak ukur. Tapi kadang saya mikir, saya masih kecil,
kenapa enggak ngejalanin kayak remaja biasa aja. Itu tadi kenapa saya bilang
saya masih labil banget.
Belum lama ini, seseorang dari masa lalu datang lagi, bisa
dibilang moment nya enggak pas. Dia datang lagi sehingga mau tidak mau saya
kembali mengingat yang dulu. Dia gak pernah ada hubungan lebih dari temen
dengan saya. Bisa dibilang dulu kami saling suka, tapi karena satu dan lain
hal, kami memilih berteman. Dan sekarang, disaat kita sama-sama sendiri, dia
mencoba melanjutkan yang dulu. Kurang lebih begitu.
Saya udah bertekad, saya enggak mau ada hubungan apa-apa
dengan lawan jenis sampai halal. Saya sampaikan itu ke dia, dia terima. Tapi
kayak yang tadi saya bilang, saya masih labil. Kadang terbawa suasana juga.
Saya enggak tau nanti ber-ending gimana. Yang saya fikirin, saya masih 17
tahun, hidup saya (insyaAllah) masih panjang, masih ada dunia kuliah, dunia
kerja, baru boleh mikirin cinta macam gini. School is the first, and then job. Love is the last^^
Sekian tulisan kali ini, doakan semoga saya bisa memperbaiki
diri dari hari ke hari.
Wassalamualaikum.
AtikaWidiastuti