Well! Mungkin judulnya engga menggambarkan sungguh-sungguh bahwa ini adalah cerita tentang setengah sarjana teknik karena menurut beberapa dosen, pengerjaan skripsi bukanlah penentu seorang mahasiswa fakultas teknik bisa menjadi sarjana bilamana matkul-matkul lainnya tetap saja ada yang tidak lulus, berbeda jika itu adalah tugas akhir. Tapi yah, pengerjaan skripsi engga bisa dibilang 'cuma' sih, karena tetap aja butuh effort dalam pengerjaannya. Hehehehehe
Jadi disini gue mau cerita tentang suka-suka-duka-suka-suka-suka pengerjaan bab 1, bab 2, dan bab 3 skripsi alias seminar, atau beberapa kampus lain menyebutnya proposal.
Bukan proposal untuk melamarmu, bukan. Gausah baper.
Jadi, di waktu-waktu pelaksanaan Kerja Praktek, disaat gue cuma fokus ke Kerja Praktek (karena meski KP bertiga tapi berasa berdua hehe), beberapa teman yang memang rajin sudah sering bolak-balik ke dosen untuk diskusi topik skripsi mereka, mengajukan beberapa masalah yang berkaitan dengan ke-teknik-lingkungan-an dan meminta saran serta pertimbangan dari sang dosen. Dosen pembimbing ini salah satu yang krusial banget memang, karena akan menentukan tingkat kesuksesan pengerjaan skripsimu nantinya. Sering kan baca meme-meme kalau skripsi itu susah karena dosen susah ditemui? Itu fakta loh, bukan cuma gurauan meme aja.
Ini dia tips pertama dalam pengerjaan skripsi : PDKT-in dosen incaranmu dari jauh-jauh hari. Atur waktu pertemuan untuk berdiskusi. Ibarat cinta datang karena terbiasa, begitupula dosenmu, kemungkinan besar ia akan mengingatmu dan memilihmu menjadi salah satu mahasiswa bimbingannya kalau kamu sering nongol dan berdiskusi dengannya. Buat impression yang baik dengannya.
Sekitaran bulan Oktober 2016, keluar pengumuman dosen pembimbing, dan Alhamdulilah....gue gak dapet dosbing siapa-siapa. Mana topik usulan ditolak pula, hehe. Gak sampe nangis sih, karena emang effort gue kurang waktu itu. Diskusi sama dosen manapun engga pernah, nyari topik skripsi yang 'banyak' dikerjakan senior tahun sebelumnya, alih-alih jadi banyak referensi, pas hari H tau-tau submit sinopsis, ya ditolak lah. Waktu itu ambil topik tentang kompos sebagai adsorben penghilangan warna.
Akibat topik (yang tanpa diskusi dengan dosen manapun) itu ditolak, mau gak mau jadi putar otak buat cari topik skripsi lain. beruntung Alhamdulillah waktu itu gue ke bagian administrasi bareng Eki, yang sepanjang pengerjaan seminar jadi teman berbagi, heu :p
Eki skripsinya tentang Air Lindi dan pengaruhnya ke kali/sungai, cuma karena metodenya belum jelas, maka ia diminta untuk menghadap Prof. Djoko untuk berdiskusi lebih lanjut, alih-alih bingung topiknya apa, akhirnya 'cari' yang agak 'nyerempet' sama Eki, pikirnya waktu itu semoga dapet Prof. Djoko sebagai pembimbing, karena memang setelah melihat daftar dosbing skripsi yang diberikan pihak Administasi, Prof Djoko baru membimbing 2 Mahasiswa S1 saat itu, Tian dan Acil, plus Eki yang masih dibintangi namanya.
Bingung...bingung...galau...ada banyak permasalahan lingkungan, kenapa satu aja engga ada yang nyangkut ke fikiran barang sejenak gitu? Kesel sendiri. Setelah cukup lama 'bermeditasi sendiri', maka terpilihlah topik tentang Air Lindi dan pengaruhnya ke air tanah, he he he gak kreatif yha? biarin.
Setelah nanya-nanya ke grup angkatan, jeng jeng! ternyata topik itu udah ada yang pake, adalah Dul, yang bernama asli Alfandi. Tapi karena satu dan lain hal, topik itu gak jadi dia pake, Dul ganti judul. Alhamdulillah.
ini dia dul, dan iya, dia masuk berita tentang air lindi yang mencemari kali pesanggrahan, yang hitam itu air lindi, aliran air di depan dul itu kali pesanggrahan. Beritanya bisa baca di korantempo |
Akhirnya bikin sinopsis berlandaskan beberapa jurnal dan berita-berita online tentang pengaruh air lindi, di TPA Cipayung dan pengaruhnya ke air tanah. Pas Eki menghadap Prof Djoko, gue pun ikut. Dan Alhamdulillah, keesokan harinya pas menghadap lagi ke bagian administrasi, diberi tahu kalau Prof Djoko udah dateng sendiri ke bagian administrasi dan bilang kalau Eki dan Atika jadi anak bimbingannya. Alhamdulillah. Lega beberapa saat setelah itu.
Mungkin karena mahasiswa bimbingannya banyak (selain S1, ada S2 dan S3 juga) dan mungkin supaya si mahasiswa yang aktif, bisa dibilang Prof. Djoko gak banyak minta. dan karena gak banyak minta, gue menganggap itu 'gampang'. Yaa emang gak boleh dibilang susah sih, nanti jadi gak bisa-bisa, tapi gak boleh dibilang gampang juga, nanti jadi menyepelekan. Ya gitu deh, intinya, setelah asistensi pertama (waktu itu masih di kertas hijau), gue gak nongol-nongol lagi buat asistensi.
Untuk menjadikan TPA Cipayung sebagai lokasi penelitian, kita harus urus surat-surat dulu, dari Departemen, kasih surat pengantar ke Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik),antar suratnya ke Dinas Kebersihan dan Pertamanan Depok (DKP), dapat surat izinnya, terus diantar lagi ke TPA Cipayung. Rentang Oktober-Desember, beberapa kali berdua sama Eki, gue ke TPA Cipayung buat minta data awal, cuma gak dapet-dapet melulu, karena pimpinannya sedang dinas atau sedang tidak ada di tempat setiap kita ke sana. Pegawainya ada, tapi gak berani kasih data kalau belum mendapat persetujuan dari pimpinan di TPA Cipayung. Yaa tiap pengerjaan skripsi pasti ada ceritanya masing-masing kan.
Di pertengahan Desember pas ambil surat ke DKP Depok, ngobrol sama Eki sambil nunggu angkot, "Ki, kalo seminar gak kita kerjain semester ini ngaruh gak ke IP IPK di SIAK? Kan kita udah ambil matkulnya di semester ini, tapi gak kita kerjain gitu."
Eki jawab, "enggak ngaruh lah, kan ini matkul spesial, ngaruh kalo nilainya udah keluar aja, dan nilai bakal keluar kalo kita udah sidang."
Serasa dapet pencerahan, hingga akhirnya obrolan kita bermuara pada keputusan, Kita sidang semester delapan aja deh yu, Februari atau Maret. Gak keburu kayaknya kalau sekarang, Desember gini aja kita masih bolak-balik cari data.
Fiks. Eki emang pengertian banget.
Desember. Status saat itu baru dua dari delapan tanda tangan asistensi.
Ditinggal lagi pengerjaan seminarnya.
Lalu..secara tiba-tiba, dari pihak administasi udah ngeplot tanggal sidang semua mahasiswa yang ambil seminar di semester 7. Waduw, panik. Lebih-lebih ngeliat nama penguji, tambah paniqq. Gue dijadwalkan sidang tanggal 13 Januari 2017. Hari terakhir dan rangkaian persidangan seminar di semester ini. Ditambah Eki yang akhirnya berkata, "Yaudah, kita kerjain aja yuk tik. Sayang-sayang. Udah dikasih kesempatan."
Fiks. Eki emang pengertian banget._.
Desember. Status saat itu baru dua dari delapan tanda tangan asistensi.
Dilanjut lagi pengerjaan seminarnya.
Ngerjain...asistensi...ngerjain...assitensi...
Sampai akhirnya jadwal sidangnya jadi maju sehari, 12 Januari 2017. H-8 pengumpulan draft seminar, hari asistensi kelima (lima dari delapan), Prof. Djoko minta aliran air tanahnya ditampilkan, supaya tau, aliran air tanahnya ke arah mana, dari aliran tanah ini nantinya bakal dijadiin titik sampel pengujian dan bla bla bla bla gitu.
Bingung lagi. H-8. Besok H-7 udah harus kumpulin draft-nya. Akhirnya Eki bilang, "coba lihat skripsi anak geo yang kemarin tika bilang mirip-mirip, pake datanya aja"
WAH IYA GA KEPIKIRAN!
Akhirnya hari itu juga, ngontak si kakak geo ini, namanya Ka Yuli. Dengan memanfaatkan beberapa koneksi teman di geografi, akhirnya dapet juga nomer Ka Yuli, dapetnya darimana? dari suaminya, he he he he
Akhirnya ka Yuli kirimin data skripsinya, dan data itu yang jadi acuan gue buat nentuin aliran air tanah. Ka Yuli penyelemat banget :" Gak pelit data pula.
Karena pengerjaannya harus pake ArcGIS, akhirnya ngontak ka Anjas, kakak master ArcGIS. Minta tolongnya nodong banget lagi, kirim data jam 11 malem, besokannya harus udah jadi. Alhamdulillah ka Anjas baik, jam 8 pagi keesokan harinya udah mendarat dengan selamat gambar aliran tanahnya di email gue. Makasih Ka Anjas :")
Allah Maha Baik. Gue selalu dikelilingi orang-orang baik.
kontur muka air tanah |
Skip.
Skip.
Skip.
Akhirnya hari H sidang datang juga.
Di ruang sidang........
Assalamualaykum wr. wb. saya Atika.....
.....
......
.......
ya, sekian presentasi dari saya. kurang lebihnya saya mohon maaf, wassalamualaykum wr.wb.
Deg-degan
sumpah gak ketulungan
cengengesan buat ilangin nervous. Sampe akhirnya, ternyata respon dari dosen penguji positif, mesti memang masih banyak revisi, tapi bayangan dosen killer, di ruang sidang bakal di bantai, dll gak kejadian. Gue aja amaze sendiri. Dosbing dan dospem di ruang sidang lebih banyak diskusi sendiri, meski tujuannya bisik-bisik, tapi tetep aja gue bisa denger suaranya hehe.
Ada satu pertanyaan yang bahkan nada ngomongnya masih gue ingat sampai sekarang,
"Kenapa parameternya cuma empat? Bokek ya?"
dan gue dengan polosnya menjawab, "iya Pak. Gak punya duit."
duit, instead of uang.
aseli, polos banget lagi sejujur itu.
Padahal katanya ngomongin biaya skripsi itu 'haram', "Karena mahalnya suatu penelitian itu adalah kewajaran, dan justru itu yang bikin menarik dalam dunia skripsi dan bakal dikenang suka dan dukanya". (Sharfan, 2017)
Total presentasi dan tanya jawab semuanya 34 menit, seengak nyangka itu. Di saat sidang itu, dosbing dan dospem menawari kemungkinan-kemungkinan baik buat pengerjaan skripsi nantinya. Apapun itu, yang pasti mohon diaminkan saja hehe karena gak berani sesumbar untuk hal yang belum pasti.
ini dia yang namanya Eki |
ini instalasi pengolah air lindi TPA Cipayung |
Sekian tulisan panjang banget tentang setengah sarjana teknik,
sampai bertemu lagi di tulisan sarjana teknik, dan paska sarjana teknik (err..ini krusial banget sih) haha
Depok, 25 Januari 2017
Atika Widiastuti