Selesai ujian ke-empat sebuah mata kuliah tadi siang kututup dengan senyuman. Entah bagaimana hasilnya, Aku harapkan yang terbaik. Namun entah mengapa, "mata kuliah" itu malah menjadi penguat sebuah dilema, membuatku memikirkan sebuah "perenungan". Karena sejatinya wanita itu ingin selalu didengarkan maka kuputuskan untuk membagi hal ini ke Grup kesayangan, sebut saja "FMA Akhwat FTUI 2013". Grup yang berisi saudari-saudari tersayang di teknik, yang sejak sore sampai dengan malam ini masih mendengarkan Aku dan memberikan jawaban-jawaban terbaiknya.
Mungkin sayang jika hanya kunikmati sendiri, makanya Aku buat postingan disini. Sebagai pengingat jika suatu hari menemui hal serupa.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kamu capek jadi cewek yang musti belajar mati-matian di Teknik? Toh ujung-ujungnya nanti juga bakal jadi ibu rumah tangga?
merasa percuma jadi cewek yang jurusan kuliahnya ambil teknik, beda dengan cowok yang memang akan bekerja untuk Istri dan Anaknya kelak, jadi "teknik" ini menjanjikan buat mereka.
Tapi di satu sisi, kamu sudah terlanjut mengambil teknik sebagai pilihanmu, kamu harus melanjutkan studi-mu demi orangtua dan orang tersayang yang menunggu kabar gembira kelulusanmu. Sarjana Teknik, sebuah gelar di belakang namamu. Membayangkannya saja sudah membuat senyum-senyum sendiri kan? :)
Akupun pernah merasa demikian, sekarang malah.
Mungkin cara menghilangkan kebosanan sejenaknya bisa dengan menikmati saja alurnya perkuliahan ini. Toh semester kemarin yang kamu bilang sulit juga sudah kamu lewati kan? lalu sekarang kamu mikir bahwa semester ini susah? Pasti semester depan kamu bakal tertawa karena teringat semester kemarin tuh gak ada apa-apanya dibanding yang sekarang.
Tapi coba fikir jangka panjangnya,
Seorang saudariku berkata "Kita harus jadi Ibu yang cerdas untuk punya anak yang cerdas. Enggak peduli apa yang kamu pelajari sekarang, toh di kehidupan kerja nanti kita bakal belajar dari nol semua. Real life itu enggak sesimpel dan enggak serumit yang kita pikirkan kok. Seperti mengutip perkataan Tere Liye, yang intinya kita enggak perlu merasa sayang untuk mengeluarkan biaya tinggi untuk pendidikan seorang wanita.
Seperti prinsipku, 'selesaikan apa yang kau mulai', menolaknya sehingga aku harus tau apa rasanya lulus sarjana nanti. Pasti kita menertawakan semua "ujian" ini sama dengan kita menertawakan betapa mudahnya ujian tingkat SD."
saudariku yang lain menambahkan, "jadi ibu rumah tangga itu gak mudah loh :) Kita bilang 'lebih baik jadi ibu rumah tangga aja' karena kita belum sepenuhnya jadi ibu rumah tangga, jadi dinikmatin aja. Ada saatnya nanti kit bakal mengingat masa-masa kuliah sebagai kenangan yang lucu dan menyenangkan. Mungkin jika nanti kita punya anak laki-laki, bisa diajari sedikit-sedikit ilmu engineer-nya."
Wanita itu bukan wallpaper dinding yang digunakan sebagai pengindah rumah, melainkan salahsatu material utama dari rumah itu. Segala ilmu yang kita cari sekarang, keberkahannya jangan hanya diharapkan untuk sesaat. Kamu pasti tahu istilah di belakang pria yang sukses pasti ada wanita yang hebat, itulah peran wanita.
Kehebatan anak-anak kita nanti, ditentukan oleh kita saat ini, karena gak mudah jadi ibu yang tangguh.
menjadi ibu rumah tangga bukan hany berfokus pada rumah dan segala isinya. Being mother is how much you reach the knowledge dan bagaimana kamu me-manage diri kamu, orang seisi rumah serta bagaimana kamu berkontribusi untuk agamamu, lingkunganmu bahkan negaramu. karena nasib peradaban dipercayakan pada tangan para ibu. Implikasinya adalah ika ingin peradabannya baik maka jadilah ibu yang baik. Ibu yang baik adalah ibu yang cerdas dan bisa memberikan dampak besar untuk lingkaran keluarga dan lingkungannya.
Tempat kamu kuliah itu tidak berkolerasi dengan pekerjaan apalagi rezeki kamu. Ia menentukan pola pikir kamu. Pola pikir itulah yang harus kamu maksimalkan untuk bisa bersaing di dunia sebenarnya. Yap, pola pikir. Satu hal yang diajarkan seluruh mata kuliah. Mungkin sebulan setelah jadi sarjana kita bakal lupa apa itu thermo, statika, atau kalkulus(?), tetapi pola pikir sistematisnya yang bakal kita pakai terus sampai kapanpun.
------------------------
Bersyukur Allah hadirkan mereka disekelilingku,
yang walau raganya jauh tapi sejatinya dekat, kehadirannya dapat kurasakan.
Wanita-wanita tangguh seperjuangan di makara biru ini.
Yang menguatkan dikala dibutuhkan.
Mungkin aku lemah jika sendiri, begitu pula kamu.
Makanya itu kita bersama, untuk saling menguatkan.
Uhibbukum Fillah, saudariku
Semoga Allah senantiasa menjaga keberkahan dalam ukhuwah kita. <3
Depok
Rabu, 17 Desember 2014
Pukul 23.20 WIB
-Atika Widiastuti-
0 komentar:
Posting Komentar