Kita seringkali menenggelamkan diri dalam rasa,
seolah menjadi makhluk paling terbebani amanah.
Merasa berat, hingga tanpa sadar yang keluar dari mulut hanyalah umpatan yang menyakitkan....
Suatu hari, klakson mengeluh pada spion,
"Kau harus tahu rasanya jadi Aku, setiap saat ditekan tanpa ampun. Jika aku sudah bersuara, seringkali diikuti teriakan tak sabar dari orang yang menekanku itu. Ah, bahkan Aku sendiri pengang mendengar cemprengnya suaraku"
Tapi sayangnya ia tidak bisa bersuara.
Terus saja klakson mengeluh, spion pun jengah juga lama-lama, lalu iapun berkata,
"Mau tau rasanya jadi Aku? Di putar-putar badanku hingga menemui posisi yang pas.
Seringkali Aku ditabrak oleh pengendara lain yang seenaknya saja di jalan, bahkan seringkali kabur tanpa ada sedikitpun perasaan bersalah setelah menabrakku.
Kau tahu rasanya berulang kali diganti? Sakit."
Terus saja ia berceloteh, hingga kursi duduk penumpang pun bersuara,
"Aku lebih menderita daripada kalian, Aku diduduki penumpang setiap saat, bahkan kadang Aku tak bisa bernafas! Supir terus saja memasukkan penumpang walau sudah penuh di dalam, 6 orang yang menduduki-ku di waktu bersamaan, serta 4 orang lagi di sisi depanku, kadang lebih daripada itu jika sewa angkot sedang penuh-penuhnya. Kau tahu apa rasanya?"
Terus saja ia mengeluh, tapi sayangnya ia tidak bisa bersuara.
Mendengar celotehan 3 temannya, maka ban depan, jok supir, hingga lampu-pun ikut bersuara juga. Mengeluhkan beban beratnya masing-masing .
Tak ada lagi yang mendengar, karena semuanya sibuk berbicara.
Ah, andai sang Supir bisa mendengar mereka, pastilah ia sudah tak tahan berada di situ.
Mereka semua lupa satu hal,
Pada awal penciptaan si angkot, sang pencipta punya tujuan yang mulia.
Membuat klakson yang bersuara jika di tekan,
untuk mengingatkan pengguna jalan, jika sang angkot ingin mendahului dari kanan atau memberi isyarat pada penumpang.bahwa angkot masih bisa menampung penumpang.
Membuat spion di kedua sisi,
untuk membantu Supir melihat kondisi belakang jalan sekitar angkot, agar pandangannya fokus ke depan, tak perlu lagi menoleh ke belakang.
Membuat kursi duduk penumpang memanjang,
untuk membuat penumpang nyaman selama perjalanan. Bayangkan jika angkot tanpa kursi duduk penumpang, dimanakah penumpang duduk?
Karena mereka hanya fokus pada perlakuan buruk yang diterima dari sekitar,
hingga lupa pada tugas-tugas mulia masing-masing dari mereka,
Seolah merasa paling terbebani, lupa pada tujuan awal untuk apa sang pencipta, menciptakan mereka...
Karena kadang, kita menjadi seperti mereka,
hingga lupa pada tugas-tugas mulia yang telah Dia titipkan pada masing-masing dari kita.
Seolah merasa paling merana, lupa pada tujuan awal untuk apa Sang Maha Pencipta, menciptakan kita.
story of another "Perjalanan"
Atika Widiastuti
H-10 Ramadhan