Jumat, 29 Desember 2017

Self thought

Kalau kamu bisa lihat laman blogger ini, banyak sekali tulisan yang masih save as draft. Belum selesai satu, rasanya mau tulis kegelisahan-kegelisahan lain. Tapi gak pernah ada yang selesai. Karena sembari menulis itu, saat pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan sudah dituangkan, rasanya kegelisahannya menjadi runut dan sudah terselesaikan, hehe. Maka gak dilanjut lagi. Gitu. Alhamdulillah ya..

Kamu yang bukan penggemar k-pop, pun pasti tahu kan berita kematian Kim Jong Hyun Shinee baru-baru ini? Aku gak ikutin banget beritanya, tapi sebagian besar berkata kalau penyebab Jong Hyun bunuh diri itu adalah karena depresi. Depresi tuh seram banget, ya. Kita gak bisa dan gak boleh sih men-justifikasi Jong Hyun gimana-gimana, karena kita gak pernah ada di posisi dia.. Nah jadi maksudku disini adalah, menulis ini bisa jadi sarana merunutkan pikiran loh, biar gak terpendam sendiri. Kalau nantinya tulisan ini kamu baca (yang artinya gak berakhir sebagai draft aja), berarti kegelisahanku tentang hal ini belum berakhir alias masih terus terfikirkan, hehe

***
Gimana ya?
Dulu saat masih kuliah, idealnya adalah setelah lulus langsung dapat pekerjaan yang enak (yang diamini oleh sebagian besar orang) karena merupakan lulus salah satu lulusan universitas ternama. "Enak" disini juga artinya hampir sama bagi sebagian orang, "jabatan tinggi", "gaji stabil", singkatnya, hidupnya bakal stabil. Padahal, kehidupan engga semulus itu. Ntah, mau dibilang tulisan ini pemakluman, pembenaran atau sebagainya, tapi ya... ternyata banyak variable-variable lain yang baru muncul setelah hal itu teralami, pendek kata, gak terbayangkan saat hal-hal itu masih jadi rencana-rencana kita dahulu. Bingung? coba baca lagi.

Desember 2017, tepat 4 bulan masa-masa setelah lulus, pengangguran, atau bahasa halusnya "masa liburan sejenak" gak terasa udah terlewati. Akunya sih santai aja, pun ibu, maksudnya ibu gak memaksa untuk segera cari pekerjaan, karena bagi beliau, hidupku adalah aku yang jalani, baik buruknya aku yang tanggung. Tapi yaa gak bisa dipungkiri sih ibu menaruh banyak banyaaak banget harapan, agar anak pertamanya ini segera dapat kerja. Terlebih tetangga-tetangga yang omongannya gak bisa dikontrol huhu, kadang jahat-jahat banget. Kenapa sih :(

Seringnya aku kasih pengertian ke ibu, "Bu, Tika bukannya gakmau cari kerja.. Pasti nanti Tika cari koko. tapi untuk saat ini rasanya belum siap untuk desak-desakan di kereta, berjibaku dengan jalanan ibu kota. Ketemu pewawancara dan jawab pertanyaan.." Ibu memaklumi, dan kembali mejelaskan bahwa yaa ini hidupnya Tika, Tika yang paling tahu cara menjalani nya.

Hari-hari-hari terlewati, Aku jadi sering berpikir gini, "sebenarnya, apa yang mau dicapai Atika dalam hidup?" Kalau untuk membahagiakan Ibu, emang tau parameternya apa? Emang dengan mendapat pekerjaan yang seperti dibayangan ibu (di kantor, depan komputer) itu disebut membahagiakan ibu? Gimana kalau kamunya sendiri gak bahagia dengan itu?
Kadang jadi ada tambahan pikiran, "Apa kebahagiaan ibu dan kebahagiaan Tika emang pasti bertolak belakang, ya? Apa kalau mau bikin ibu bahagia, Tika nya harus merelakan kebahagiaan sendiri? Dan adakah cara supaya kebahagiaan kita bisa selaras? Ibu bahagia, Tika juga bahagia jalanin pekerjaan itu." 

Yaa.. Aku gak pengangguran-pengangguran amat sih, ada pekerjaan yang sebenarnya hobi, Aku enjoy aja jalaninnya, jadi masih ada penghasilan, tapi gak tetap, akhir-akhir ini aku sering dapat job foto wedding, prewedding atau event gitu. Mungkin karena merasa gak enak sama ibu, belum bisa bekerja sesuai apa yang ibu ekspektasikan, hasil fee-nya seringnya 100% dikasih ke ibu. Ibu gak minta, sama sekali, tapi anaknya ini gak enakan. Kayak semacam mau membuktikan, "Bu, ini loh Aku. Gak perlu harus udah ada pekerjaan settle kan untuk bisa kasih ibu uang? Rezeki Allah gak bakal tertukar." tapi yaa gak berani diucapkan dengan kata-kata. Terlalu takut mendengar jawaban Ibu.

Ditambah lagi omongan tetangga, sebenarnya gak mau mikirin sih, karena denganku nya sih gak langsung berdampak, tapi ke Ibu, ke adik. Aku gak kepikiran sebelumnya. Kalau ke warung, "Da, Atika udah kerja?" mereka tanya ke adik, "Gimana mpok Mur, Tika kerja dimana?" tanya mereka ke ibu.
Duh. Kenapa sih pertanyaannya gitu amat? Sini langsung tanya ke orangnya biar gak desas-desus.
Mereka mana tahu kan kalau sebenarnya, bukan Tika-nya yang gak dipanggil-panggil interview kerja. Tapi eamg Tika-nya yang belum melamar pekerjaan di satu tempatpun!
yaa gimana mau dipanggil interview, kirim surat lamaran aja belum.
Tapi mereka tahu gak? Enggak.. Ya karena cuma berani omongin di belakang doang.
Sedih deh aku tuh sama orang-orang..

Ya makanya lamar kerja atuuh, Tik.
Nah itu dia, alasan kenapa sampai sekarang belum lamar-lamar kerja ; keseluruhan tulisan di atas.
***