Jumat, 29 Desember 2017

Self thought

Kalau kamu bisa lihat laman blogger ini, banyak sekali tulisan yang masih save as draft. Belum selesai satu, rasanya mau tulis kegelisahan-kegelisahan lain. Tapi gak pernah ada yang selesai. Karena sembari menulis itu, saat pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan sudah dituangkan, rasanya kegelisahannya menjadi runut dan sudah terselesaikan, hehe. Maka gak dilanjut lagi. Gitu. Alhamdulillah ya..

Kamu yang bukan penggemar k-pop, pun pasti tahu kan berita kematian Kim Jong Hyun Shinee baru-baru ini? Aku gak ikutin banget beritanya, tapi sebagian besar berkata kalau penyebab Jong Hyun bunuh diri itu adalah karena depresi. Depresi tuh seram banget, ya. Kita gak bisa dan gak boleh sih men-justifikasi Jong Hyun gimana-gimana, karena kita gak pernah ada di posisi dia.. Nah jadi maksudku disini adalah, menulis ini bisa jadi sarana merunutkan pikiran loh, biar gak terpendam sendiri. Kalau nantinya tulisan ini kamu baca (yang artinya gak berakhir sebagai draft aja), berarti kegelisahanku tentang hal ini belum berakhir alias masih terus terfikirkan, hehe

***
Gimana ya?
Dulu saat masih kuliah, idealnya adalah setelah lulus langsung dapat pekerjaan yang enak (yang diamini oleh sebagian besar orang) karena merupakan lulus salah satu lulusan universitas ternama. "Enak" disini juga artinya hampir sama bagi sebagian orang, "jabatan tinggi", "gaji stabil", singkatnya, hidupnya bakal stabil. Padahal, kehidupan engga semulus itu. Ntah, mau dibilang tulisan ini pemakluman, pembenaran atau sebagainya, tapi ya... ternyata banyak variable-variable lain yang baru muncul setelah hal itu teralami, pendek kata, gak terbayangkan saat hal-hal itu masih jadi rencana-rencana kita dahulu. Bingung? coba baca lagi.

Desember 2017, tepat 4 bulan masa-masa setelah lulus, pengangguran, atau bahasa halusnya "masa liburan sejenak" gak terasa udah terlewati. Akunya sih santai aja, pun ibu, maksudnya ibu gak memaksa untuk segera cari pekerjaan, karena bagi beliau, hidupku adalah aku yang jalani, baik buruknya aku yang tanggung. Tapi yaa gak bisa dipungkiri sih ibu menaruh banyak banyaaak banget harapan, agar anak pertamanya ini segera dapat kerja. Terlebih tetangga-tetangga yang omongannya gak bisa dikontrol huhu, kadang jahat-jahat banget. Kenapa sih :(

Seringnya aku kasih pengertian ke ibu, "Bu, Tika bukannya gakmau cari kerja.. Pasti nanti Tika cari koko. tapi untuk saat ini rasanya belum siap untuk desak-desakan di kereta, berjibaku dengan jalanan ibu kota. Ketemu pewawancara dan jawab pertanyaan.." Ibu memaklumi, dan kembali mejelaskan bahwa yaa ini hidupnya Tika, Tika yang paling tahu cara menjalani nya.

Hari-hari-hari terlewati, Aku jadi sering berpikir gini, "sebenarnya, apa yang mau dicapai Atika dalam hidup?" Kalau untuk membahagiakan Ibu, emang tau parameternya apa? Emang dengan mendapat pekerjaan yang seperti dibayangan ibu (di kantor, depan komputer) itu disebut membahagiakan ibu? Gimana kalau kamunya sendiri gak bahagia dengan itu?
Kadang jadi ada tambahan pikiran, "Apa kebahagiaan ibu dan kebahagiaan Tika emang pasti bertolak belakang, ya? Apa kalau mau bikin ibu bahagia, Tika nya harus merelakan kebahagiaan sendiri? Dan adakah cara supaya kebahagiaan kita bisa selaras? Ibu bahagia, Tika juga bahagia jalanin pekerjaan itu." 

Yaa.. Aku gak pengangguran-pengangguran amat sih, ada pekerjaan yang sebenarnya hobi, Aku enjoy aja jalaninnya, jadi masih ada penghasilan, tapi gak tetap, akhir-akhir ini aku sering dapat job foto wedding, prewedding atau event gitu. Mungkin karena merasa gak enak sama ibu, belum bisa bekerja sesuai apa yang ibu ekspektasikan, hasil fee-nya seringnya 100% dikasih ke ibu. Ibu gak minta, sama sekali, tapi anaknya ini gak enakan. Kayak semacam mau membuktikan, "Bu, ini loh Aku. Gak perlu harus udah ada pekerjaan settle kan untuk bisa kasih ibu uang? Rezeki Allah gak bakal tertukar." tapi yaa gak berani diucapkan dengan kata-kata. Terlalu takut mendengar jawaban Ibu.

Ditambah lagi omongan tetangga, sebenarnya gak mau mikirin sih, karena denganku nya sih gak langsung berdampak, tapi ke Ibu, ke adik. Aku gak kepikiran sebelumnya. Kalau ke warung, "Da, Atika udah kerja?" mereka tanya ke adik, "Gimana mpok Mur, Tika kerja dimana?" tanya mereka ke ibu.
Duh. Kenapa sih pertanyaannya gitu amat? Sini langsung tanya ke orangnya biar gak desas-desus.
Mereka mana tahu kan kalau sebenarnya, bukan Tika-nya yang gak dipanggil-panggil interview kerja. Tapi eamg Tika-nya yang belum melamar pekerjaan di satu tempatpun!
yaa gimana mau dipanggil interview, kirim surat lamaran aja belum.
Tapi mereka tahu gak? Enggak.. Ya karena cuma berani omongin di belakang doang.
Sedih deh aku tuh sama orang-orang..

Ya makanya lamar kerja atuuh, Tik.
Nah itu dia, alasan kenapa sampai sekarang belum lamar-lamar kerja ; keseluruhan tulisan di atas.
***

Rabu, 30 Agustus 2017

Senyum

Suatu hari ku ajak kamu bertamasya
Duduk berdua, sembari kau melagu.
Sang senja berbisik padaku,
ia berkata bahwa ada bagian dariku yang adalah kamu.

Aku berkaca,
melihat jauh ke dalam hati.
Ternyata ia terpatri disitu,
Tak bisa ku lupa walau sebentar waktu,
Indah merekah dan selalu begitu,
senyummu.

Selesai melagu, ku ajak kamu berlari.
menikmati hembusan angin yang datang menghampiri.
mentari tengelam mengantarkan bulan bertemu malamnya.
Menyisakan Aku, kamu,
dan senyummu.

Cukup lama Aku terpaku,
berucap pelan seraya bersyukur.

"Pada hal yang mana yang indahnya dapat menyaingi,
rupamu yang tersenyum,
di balik senja kala itu, kepadaku?
Dok. Pribadi, Akad Nikah Adiba & Sumardiansyah, Agustus 2017

Rabu, 12 Juli 2017

Tanah Merah, Cipayung ( Foto Cerita #1)

Deciding to update my blog after a long time.
Sedihnya, template blog-nya berubah, dari awalnya pink-kiyowo jadi mature begini.

***
Menyegarkan pikiran, katanya.
Biasanya diwujudkan dalam bentuk jalan-jalan, bepergian.
Padahal sebenarnya yang kamu butuhkan hanyalah merapikan pikiran dan (ehem) perasaan.

Ada percakapan di sebuah drama korea yang baru-baru ini aku tonton, kurang lebih begini :
"Memangnya kenapa kamu butuh uang banyak?"
"Aku ingin punya uang banyak agar bahagia."
"Haha. Manusia kadang lucu. Itu artinya, yang kamu butuhkan itu kebahagiaan, bukan uang."

Karena gak memungkinkan yang jauh, jadi yang disekitaran Depok aja.
Chalenging myself... Bukan terletak pada di bagus atau tidak lokasinya, tapi bagaimana objek di sekitar kita, yang kelihatannya biasa aja, bisa jadi 'bernyawa', bisa jadi ada 'cerita' di dalamnya.

Alhamdulillah, kalau boleh aku mengutip terjemahan ayat ; dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Di tengah terik siang hari, panas, dan nyasar, tak sengaja menemukan lokasi ini. Waktu itu salah input koordinat buat sampling skripsi. Meski di timeline Instagram udah berseliweran foto-foto di lokasi ini, bahkan pertemuan instagrammer Depok juga di tempat ini, tapi gak pernah ada niatan untuk benar-benar mencari tahu lokasinya, sekalipun lokasinya di Depok, daerah tempat tinggalku.

****

Menikmati kesendirian....

Berjalan, mengikuti ke arah mana kakimu menuntunmu....

Tapi selalulah menjadi seperti pohon
meski berdiri sendiri, ia tetap memberi manfaat.


Coba sesekali perhatikan sekelilingmu...

Selalu ada orang yang berusaha menghadirkan senyum diwajahmu.
Kau memanggilnya dengan banyak sebutan ; ibu, ayah, kakak, adik, teman, sahabat.

Maka, nikmatilah...

Tertawalah.... Berbahagialah...


Depok, 12 Juli 2017
Atika Widiastuti



Sabtu, 29 April 2017

How I Deal With #Bureaucracy

Hallo!

Sudah lama rasanya saya gak menulis disini, awalnya mau ditulis ketika sudah selesai presentasinya, tapi saya udah gak sabar untuk 'cerita' disini..


Here is it...
Salah satu matkul yang saya ambil di semester 8 ini adalah mata kuliah Kontaminasi dan Remediasi, mata kuliah S2 yang jadi makupil S1, dimana untuk tugas akhirnya, kami diperintahkan untuk membahas satu kasus kontaminasi yang terjadi di Indonesia dan teknologi remediasi seperti apa yang digunakan untuk prosesnya.

Singkat cerita, dibuatlah kelompok beranggotakan enam orang, dan setelah mengajukan beberapa usulan kasus kontaminasi, akhirnya kelompok kami memilih kasus kontaminasi timbal (Pb) di Desa Cinangka, Ciampea, Jawa Barat.

Belum. Tugasnya belum dipresentasikan. Kalau sesuai jadwal, maka presentasinya adalah tanggal 9 Mei 2017. Dan sekarang sudah dapat data apa saja? Belum dapet apa-apa.
Bukan. Bukannya gak dikerjain. Karena terus terang sebulan lebih terakhir ini, yang kami lakukan cuma bolak-balik urus surat izinnya. S U R A T  I Z I N.

Kasus ini, adalah tentang urusan administrasi di Depok dan Kabupaten Bogor. Saya gak berani menggeneralisir bagaimana daerah-daerah lain.

Yap! Maka postingan ini, semoga memberi pencerahan bagi yang membaca dan ingin mengurus hal serupa dengan saya. Bagaimana ribetnya cara menghadapi administrasi dan birokrasi dalam hal mengurus perizinan penelitian.

1. Pertama-tama, buat dahulu surat pengantar dari kampus. Kalau saya, buat dahulu surat pengantar dari Departemen Teknik Sipil. Di Dept. Teknik Sipil, surat pengantar ada dua macam, yang tulis tangan atau yang di ketik. Waktu menunggu yang tulis tangan lebih cepat dari yang diketik memang, tapi agar supaya lebih rapih, maka kelompok kami membuat yang diketik. Lalu tunggu beberapa hari untuk diambil surat pengantarnya.

Oh iya! Karena tujuan kami adalah kasus di Kabupaten Bogor, maka surat pengantar dari Departemen-nya dibuat dua; satu untuk di bawa ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor, satu lagi untuk ke Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Depok. Surat ke Kesbangpol Depok dibuat karena Kesbangpol Kab. Bogor baru mau menerima surat ketika sudah ada rekomendasi dari kesbangpol daerah asal, yang mana karena kampus UI ada di Depok, maka surat harus berasal dari Kesbangpol Depok.

Sampai sini paham ya?

Surat pengantar nya yang ada dua, dibawa ke masing-masing instansi tujuan :
2a. Bawa surat pengantar dari Departemen ke Kesbangpol Depok, yang letaknya ada di Balaikota Depok. Sampai disana, ditanya keperluannya apa dan diminta menyerahkan satu buah fotokopi KTP. Prosesnya cepat. Surat izin dari Kesbangpol Depok bisa ditunggu di saat yang sama.

2b. Bawa surat pengantar dari Departemen ke Dinas Lingkungan Hidup Kab. Bogor. Sampai disana, ditanya keperluannya apa?, ingin bertemu siapa?, apa sudah membuat janji? Lalu surat diberi stampel DLH, tanda sudah mendapatkan izin.

3. Surat rekomendasi dari Kesbangpol Depok dan surat izin berstempel dari DLH Kab. Bogor dibawa ke Kesbangpol Kab. Bogor untuk diganti dengan surat izin penelitian (padahal ya saya bukan mau meneliti). Sama seperti Kesbangpol Depok, surat izinnya bisa ditunggu selesai pada saat yang sama.

4. Bawa / kirim surat izin dari Kesbangpol Kab. Bogor itu ke DLH untuk di disposisi dan diberi izin, lalu tunggu kabar selanjutnya, kapan kamu diizinkan untuk wawancara dan minta data.

5. Selesai! Dengan mengikuti 4 langkah diatas. Kamu sudah mendapat izin untuk melakukan kunjungan ke Desa tujuan, atau untuk mewawancarai DLH, untuk meminta dokumen / data terkait kasus kontaminasi, atau melakukan apapun untuk tugas kuliahmu, selama kamu mematuhi tata tertib yang tertera pada surat.
^-^

---Bagi yang ingin mendapat info tentang tata cara mengurus perizinan, maka sudah selesai sampai disini. Tapi kalau mau membaca keseluruhan postingan saya, dipersilahkan---
***

Loh?! Gampang banget! Kok ampe sebulan lebih?
Lebay! Ini sih emang gak dikerjain.
Males aja kali lo nya~~


Jadi, postingan di atas adalah tata cara Y A N G  B E N A R dan R U N U T dalam membuat perizinan, kalau dihitung waktu mengurus plus waktu menunggu, seminggu juga selesai, kok. R U N U T gitu ya.

Tapi kok lo lama banget ngurusnya?
Pertama. Kami ke Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), untuk bertanya-tanya tentang kasus kontaminasi di Desa Cinangka. Tapi KLHK engga memberikan data karena 'diluar kuasanya', kami disarankan untuk ke DLH Kab. Bogor-nya langsung dan bertemu dengan seorang kepala lapangan yang menangani kasus tersebut.
Okaylah~
Lalu, selang beberapa hari, jalanlah kami ke DLH kab. Bogor berbekal alamat yang ada di google. Naik kereta, sambung ojek mobil online. Lumayan sih, ada di Cibinong. Eh taunya U D A H  P I N D A H  K A N T O R. Mbok ya, diupdate gitu di website kalau udah pindah dan punya alamat baru :"). Setelah dapat alamat baru, kami bergegas kesana. Sampai sana, dilayani dengan ramah dan ditanya ada keperluan apa, kami jelaskan. Tapi kami tidak berhasil untuk bertemu dengan kepala lapangan yang dimaksud, tapi kami diberi nomer beliau agar bisa berhubungan dan membuat janji.
Okay okay~
Singkat cerita, chatingan-lah saya dengan sang kepala lapangan ini, sang Ibu memberi pengarahan untuk membuat surat dari departemen yang ditujukan ke kepala DLH. Jika kepala DLH memberi izin, maka boleh kami wawancara tentang kasus itu. Oke surat dibuat. Karena keterbatasan waktu, akhirnya kami meminta izin, apakah boleh di email saja? Sang Ibu membolehkan.

Lalu dibuatlah surat pengantar dari Departemen, tunggu beberapa hari, dan surat jadi. Lalu di-scan dan dikirim via email. Beberapa hari kemudian kami mendapat jawaban, "Mbak. Kita ga bisa kasih izin, mbak bawa suratnya dulu ke kesbangpol Kab. Bogor, harus dapat izin dulu dari sana, alamat ada di lalalala.."

"Suratnya belum saya sampaikan ke kepala Dinas. Nunggu izin dulu dari kesbangpol"

"Oh gitu, baik bu."

Beberapa hari kemudian...
Lalu, jalanlah kami ke Kesbangpol Kab. Bogor dengan surat pengantar dari Departemen yang ditujukan ke kepala DLH tadi. Sampai disana, dihampiri dan ditanya oleh satpam, "mbak ada perlu apa?", saya jelaskan bla bla bla bla
"boleh lihat suratnya, mbak?"saya kasih suratnya.
"Oh, maaf mbak, ini suratnya salah. (W H A T?) harusnya ditujukan ke Kesbangpol Kabupaten Bogor bukan ke Dinas Lingkungan Hidup. Masuk dulu sini mbak, biar dijelaskan."

Masuklah saya ke dalam sebuah ruangan, disana ada pegawai yang menjelaskan pada saya tata cara mengurus suratnya.
"Mbak, ini ditujukannya salah, harusnya ke Kesbangpol Kab. Bogor, bukan ke DLH."
"Iya bu, ini surat awalnya mau ditujukan ke DLH, tapi katanya disuruh bawa dulu ke Kesbangpol Kab. Bogor buat minta izin, makanya suratnya saya bawa ke sini."

"Tetap salah, mbak."
Yaudeeh... dibikin ulang deh~

"Mbak urus surat izin dulu ke Kesbangpol Depok, ya. Karena kampus Mbak kan ada di Depok. Kita lintas administrasi."
Oh, okay ntar dibikin~

"Sama ini surat yang ditujukan ke DLH, dibawa lagi ke DLH buat diminta stampel, tanda sudah diberi izin. Karena kami (kesbangpol) gak bisa memberi izin kalau dari instansi yang terkait (DLH) tidak memberi izin."
Disini saya 'ngotot-ngotot-an' ama mbak pegawainya.

"LOH GIMANA. KATA KESBANGPOL DISURUH BAWA KE DLH. KATA DLH DISURUH BAWA KE KESBANGPOL?"

kata DLH, bawa ke kesbangpol untuk minta izin, kalau Kesbangpol izinin, DLH P A S T I izinin.
kata Kesbangpol, bawa ke DLH minta stampel izin, kalau DLH izinin, Kesbangpol P A S T I izinin.

Ini yang bener yang manaaa ya Allah???
Terus aja begitu ampe cibinong-ui jadi deket dan gak ada macet.
Pulanglah saya tanpa mendapat izin apa-apa.

di-chat saya menjelaskan kenapa ibu kepala lapangan kasus Desa Cinangka tentang apa yang dijelaskan oleh pegawai kesbangpol Kab. Bogor. Terutama bagian stampel dari DLH. Dibalesnya cuma "ok"
waduww, ibu salah kasih info cuma jawab "ok"

saya masih legowo aja, sembari 
mengurus surat dari Departemen lagi, nunggu lagi. lalu dibawa ke Kesbangpol Depok.

UDAAH, SURAT UDAH JADII. KESBANGPOL DEPOK UDAH IZININ. TINGGAL MINTA STAMPEL DLH DAN DIBAWA KE KESBANGPOL. Lalu dichat lah sama sang ibu, "Assalamualaykum Atika. punten ini mengenai suratnya dibuat lebih terperinci, izin wawancara dan permohonan datanya tentang apa saja? tolong lebih detail supaya diarahkan oleh bagian umum dan kepegawaian."

waduuuwwww, ibu. kenapa gak dibilang dari awal.......ini surat ketiga yang dibuat ke departemen untuk tujuan yang sama, bosen kali mbak Dian di administrasi Dept. Sipil bikin suratnya :(

Lalu sang ibu memberikan nomer seorang bapak yang adalah bagian umum dan kepegawaian. Chat lah dengan si bapak, dan diakhiri dengan meminta kita datang langsung ke DLH untuk distampel.

Jalanlah ke DLH, surat distampel. Disuruh pulang._.
Esok harinya, jalanlah ke Kesbangpol Kab. Bogor, dengan membawa surat berstempel dari DLH dan surat rekomendasi dari Kesbangpol Depok.

Selesai. Rabu, 26 April 2017. Hari itu juga, surat izin jadi. Akhirnya yak wawancara juga!
Lalu chat ke Bapak bagian umum dan kepegawaian tersebut, bahwa Kamis besok kita mau wawancara, bolehkah?

Bapaknya berkata, "surat harus sampai dulu disini, nanti didisposisi, dibawa ke kepala. baru diberi izin boleh atau tidaknya wawancara."

Karena rasanya S U D A H  L E L A H  B O L A K - B A L I K Cibinong-UI-Cibinong-UI, akhirnya minta keringanan, "pak, diemail saja boleh?"

"jangan email, fax aja. kirim ke nomer ini."

Atuhlah nyari tukang fax sekarang dimana? haha
Akhirnya dapat kabar kalau di Kantor Pos Indonesia di FISIP bisa kirim fax.
Tapi karena lumayan jauh dari Kutek, akhirnya saya ke Kantor Pos di belakang kutek, dengan asumsi, 'kalau kantor pos fisip bisa, pasti semua kantor pos bisa kan?'

Jalanlah saya, bersama satu orang teman sekelompok. Dari kita berdua, belum ada yang pernah kirim fax. LOL.

"Bang. Bisa kirim fax?"
"apa, mbak?"
"fax. faximilie."
"oh, bisa."
Alhamdulillah...


"tulis nama sama alamat ya mbak?"
"eh?" saya plongo banget, emang gak ngerti tentang fax, ya ikutin aja perintah mas-nya.
"sama tulis nomer telepon, mbak."
yang saya tulis adalah nomer fax tujuan. Lalu dia bertanya lagi, "mau yang sehari sampai atau tiga hari?"
"LOH? Bukannya langsung sampe?"
"oh engga ada yang langsung mbak."
"oh gitu... kalau yang kirim sehari, besok sampai? jam berapa kira-kira?"
"ya gak nentu mbak.. tapi sampainya besok."
"yaudah deh, yang sehari sampai."


terus suratnya ditimbang (lah kok ditimbang?) dan si mas-nya ngetik-ngetik sesuatu di komputer, kirain dia kirim fax kan, terus keluar resi warna pink. Sumpah, ini gue curiga banget. kok tulisannya, "dokumen" terus nomer fax tujuannya ada di bagian pengirim.



"15.500 mbak"
oke, bayar, terus pulang. Tapi akhirnya kita balik lagi untuk memastikan "mas, ini bener kan kirim fax?"
"iya bener kok mbak."
okay~

sembari jalan pulang, ngobrol-ngobrol sama Nia, "ni, kok jaman udah maju banget. udah ada email, tapi ngirim fax aja seharian ya? aneh."


akhirnya chat ke bapaknya kalau surat udah di-fax, tapi sampenya besok. bapaknya bilang, "kirim apaan seharian? fax mah cepat, 5 menit juga sampai. ke wartel dulu ya, kirim ke nomer yang tadi saya kasih."

waduuuwww itu rasanya kesel udah diubun-ubun banget, "ini antara kitanya gaptek, abang posnya gak paham, apa gimana sih? tapi tadi dia bilang bisa kirim fax?"

Akhirnya googling juga tata cara mengirim fax dan nanya sama beberapa teman, seberapa lama surat yang dikirim fax sampe. "yaelah ngirim apaan sehari? ga ampe lima menit juga sampe" 

balik lagi ke kantor pos tersebut, udah gak ada senyum-senyumnya muka gue waktu itu :(
"mas, ini tuh tadi ngirim dokumen ya?"
"iya"
"Loh kan tadi saya bilang kirim fax......................."
"iya. Fax itu dokumen, kan?"
, dia pasang wajah cengengesan. Subhanallah.


Mbak pegawai disampingnya (yang ketika pertama tadi kami datang, dia belum ada), akhirnya bilang, "disini mah gak bisa fax. Udah itu, balikin duitnya."

si mas-mas ini masih gak paham kalo saat itu saya lagi komplain, sampe akhirnya mbak-mbak nya bilang, "itu ambil resinya, batalkan pengirimannya, balikin dokumen ama duitnya."

"tapi udah begini mbak, gimana? hehehe", cengengesan sambil nunjukin amplop surat saya yang udah distempel pos indonesia.

"yaudah gapapa."

Surat saya terima, saya balik, gapake bilang makasih lagi, melengos aja. Karena udah.....gimana ya rasanya :") K
alau kita mau ngeprint tapi gak paham caranya, gak perlu kan googling-googling tata cara ngeprint? abangnya pasti paham dan mau bantu. Saya beranggapan yang sama terhadap pegawai pos indonesia.

Duh ya kalau gak paham fax tuh apa, tanya balik gitu. Ini main bisa-bisa aja taunya dijadiin pengiriman dokumen :(

akhirnya jalan kaki dari kutek menyusuri kukel, cari tukang fotokopian yang bisa fax. Dapatlah di Omega. masuk dan kirim, tau ga berapa lama? C U M A  E M P A T  P U L U H  D E T I K. atauhlah apaan itu jadi sehari? :(

Chat bapaknya buat mengabari kalau kita dah kirim fax. surat udah masuk dan beliau bilang bahwa besok (Jumat pagi) akan mengabari kita diberi izin atau tidak untuk wawancara.

Jumat pagi (28 April 2017). Bapaknya memberi kabar kalau kita diberi izin. Maka Jumat siang, sehabis waktu solat Jumat, kami berangkat ke DLH Kab. Bogor. Bawa dua kamera, tripod, mikrofon. Siap untuk wawancara.

Sampe sana, ketemu si Bapak ini. Diarahkan ke lantai tiga, tempat sang ibu kepala lapangan yang menangani kasus Desa Cinangka. Sampe sana wawancara? oh! belum!
T E R N Y A T A  B E L I A U  U D A H  P U L A N G.

U  D  A  H   P  U  L  A  N  G karena beliau sakit.
karena ternyata ada miskom di internalnya. Bagian umum dan kepegawaian BELUM MENGABARI kalau HARI ITU kita mau wawancara.
Gak dapet apa-apa.
cuma dikasih penjelasan yang kayaknya lebih terasa kayak pembelaan.

"iya suratnya baru jadi tadi pagi." (lol orang gue kirim kemarin)
"belum di disposisi ke atasan"

"bapak kepengawaian belum bilang ke ibu kepala lapangan kalau hari ini ada yang mau wawancara."
"coba mbaknya janjian dulu ama ibu, mungkin ibunya masih nunggu dan ada di kantor jam saat ini."



"ini data aja kita gabisa dapet gitu mbak? biar gak sia-sia jauh-jauh kita dateng kesini? seengaknya dapet hasil buat nyicil tugas?, gue yang udah gada kontrol ngomong gitu, ya Allah haha
"gak bisa mbak. semua dokumen dipegang Ibu."
"staff nya gak ada yang bisa kita wawancarain?"

"yang paham ibu, mbak"
"kepala dinasnya aja deh mbak kita wawancara?"
"gak bisa, prosedurnya kalau ada yang mau wawancara, bagian yang bertanggungjawab yang diwawancarai."


BYAR! Gakuat lagi rasanya. Ini masih di dalam satu kantor. Butuh berapa lama sih ngurusin gituan? ribet banget Subhanallah....

Tiba-tiba kebayang semuanya dari awal....
Ini kita BOLAK BALIK Departemen - DLH - Kesbangpol Kab. Bogor - Departemen - Kebangpol Depok - Departemen - DLH - Kesbangpol Kab Bogor - DLH.
dikira tinggal cling langsung sampe :" bolos-bolos matkul lain demi antar surat, lalu terbayang abang pos yang kemarin begitu. Gak kuat lagi rasanya. Nangis sesegukan.

Ending-nya, kita dijanjikan buat dihubungin, kalau ibunya sudah ada dikantor dan bersedia hadir. Kita minta tanggal 2 Mei 2017, tapi pihak sana ga berani janji. "nanti kami kabari ya."
Terus tugasnya dipresentasiin tanggal 9 Mei 2017. TAUDEH GIMANA NASIBNYA.
***

Bapak, Ibu, mohon maaf. Ini saya yang emang gak paham birokrasi atau gimana ya?
Pertama. Bolak balik antar instansi karena miskom info.
Kedua. Ternyata di internal sendiri juga miskom.

Saya bukannya menuntut atau gimana-gimana, tugas kami juga bukan cuma bolak-balik di jalan aja. Saya paham mungkin sibuk, tapi...................

Semoga bisa berbenah ya birokrasi di negeri-ku. :")
kesimpulannya gimana? diserahkan aja ke masing-masing yang baca.

Atika W
29 April 2017

Sabtu, 18 Februari 2017

Discuss Your First Love (Writing Challenge #Day18)

Agak-agak gimana ya melihat tema writing challenge yang ke-18 ini haha, tapi karena sudah dituliskan sejak Desember 2015 (wkwk lama bet belum kelar-kelar), jadi yak dituliskan saja....

Sunny...Sunny...
Apa kabarmu? kabarku baik-baik saja.
- Cinta Pertama - BCL

Sepenggal lirik lagunya BCL mungkin yang pertama kali terbersit di pikiran ketika baca challenge ke-18 ini. Random banget.

Ngomongin cinta pertama. Ada baiknya kita definisikan dulu, cinta itu apa?
"Cinta itu..."
"Kalo cinta pasti...."
"Cinta adalah..."
dan sederet definisi lainnya yang kalau ditulis disini, bakal jadi lebih mirip jawaban essai ujian MPKT-A saking panjangnya.

Eh iya! kemarin baru dapet satu obrolan yang lumayan seru sama seseorang, seseorang ini umurnya lebih tua 5 sampe 7 tahun dah di atas gue. Dia bilang gini, "bener ya, lingkungan kita nentuin banget tingkat obrolan kita, bahasannya sejauh apa. Anak kuliah bahasannya apa sih? Jaman gue dulu (iya dia emang tua), obrolan satu angkatan bisa dikategorikan jadi 2 sub-kelompok, pertama kelompok yang suka ngomongin pendidikan, kedua kelompok yang ngomongin ekonomi. Yang kelompok pertama sekarang rata-rata jadinya guru, entah guru TK, guru PAUD, ikut SM3T, dll. Yang kelompok kedua rata-rata kerjanya di Bank. Yang kelompok pertama sekarang dukungnya Paslon nomer 3, yang kelompok kedua dukung Paslon nomer 2."

Yak! ini bukan ngomongin pilkada Jakarta sih. karena gue juga orang Depok! wkwk eh tapi kapan yak ini pilkada-pilkadaan kelar perangnya di medsos? Capek uey tiap buka Facebook, yang muncul berita-berita saling menyudutkan mulu. Satu berita negatif keluar, gak berapa lama keluar lagi klarifikasinya, eh muncul lagi jawaban pembelaannya. Gak kelar kelar sob.. Lieur pala aing. Terpujilah kau wahai Facebook, ada fitur unfollow, yang memungkinkan kita buat gak ikutin postingan seseorang yang kita gamau postingannya muncul di home kita. Medsosmu (sedikit) adem, pertemananmu juga adem.

Nah, balik lagi ke orang yang tadi, yang umurnya lebih tua 5 sampe 7 tahun di atas gue. Obrolannya jadi bikin mikir, "gue kalo sama temen sebaya, obrolannya apa ya?" terus mengingat-ngingat. Dia nanya lagi, "bahas cinta-cintaan gak? bahas musuh-musuhan antar temen gak?"
terus gue jawab, "yeu mang gue anak SMP."

"Nah! You exactly got my point!"
"he? maksudnya?"
lantas dia menjelaskan dengan panjang lebar maksud dari pernyataannya di atas...

gue ber-oh panjang.
"gue kalo ngumpul rame-rame mah malu buat bahas cinta-cintaan. Eh kalo cuma ke satu orang selow sih. tapi kalo musuh-musuhan? Pernah gak ya? Pernah deng sekali, waktu dua orang temen main bikin kelompok buat lomba, gak bilang-bilang, tau-tau kelompoknya udah jadi, tanpa gue. Terus gue ceritain ke orang lain, yang adalah temen curhat dari beda jurusan (tenang, dia ini cewek), gue cerita kalau saat itu kesel dan marah banget gara-gara gak diajak gabung satu tim lomba. Eh, responnya apa? DIA NGAKAK, ketawa gak berhenti-berhenti. Gue dibilang, "bocah banget sih, masalah gituan aja diurusin. Gak ada bahasan yang lebih penting apa? Udah yuk sekelompok ama gue. Boleh kan beda jurusan?"

Menghadirkan solusi daripada ikut larut dalam kekesalan gue. Mantap banget emang nih anak (Terus hari ini dia mau berangkat ke Korea. Rencana masak, rencana lari pagi, dan rencana lain-lainnya terpending sampai dia balik. Maafkan ogut (sok) sibuk...)

Sejak saat itu, gak mau lagi gue cerita-cerita tentang musuh-musuhan antar temen. Receh. Malu sendiri ceritanya...

Bener juga sih, "kayak gak ada bahasan yang lebih urgent buat dibahas aja."

Terus hubungannya sama tema postingan diatas apa? Gak ada. WKWK
ini supaya #Day18 nya ada tulisannya aja :P

dan, daripada ngomongin tentang cinta pertama, mendingan kita ngomongin tentang cinta terakhir. Aihh lebih mantaps kayaknya.

Tapi nanti ya, tunggu postingannya 3 sampai 4 tahun lagi.
Belum ketemu sama cinta terakhir-nya nih soalnya whehehehe

---

Minggu, 12 Februari 2017

Post 30 Fact About Yourself (Writing Challenge #Day17)

--- Tuliskan 30 fakta tentang dirimu ---

Karena paling susah adalah mengomentari diri sendiri, jadi....


Jadi.. ini 30 fakta tentang si yang punya blog ini :
1. Nama lengkapnya Atika Widiastuti, dimana seharusnya "Widia" dan "Astuti"-nya dipisah. Kata ibu, bidannya salah nulis di surat keterangan kelahiran, karena Akta kelahirannya ikutin tulisan di surat keterangan itu, jadinya "Widiastuti" insted of "Widia Astuti"
2. Biasa dipanggil "a" kalau di rumah. Mirip kayak pengucapan "aa" yang berarti "kakak laki-laki" dalam bahasa Sunda. Tapi untuk kasus ini, "a"-nya berasal dari huruf depan namaku, "A-tika". Wkwk bingung ya? ya pokoknya gitudeh. Jadi kalau di rumah, panggilannya cuma satu huruf, "a", dan Atika pun nengok.

3. Deadliner. Produktif kalau mendekati due date, tapi Alhamdulillah, selama 21 hampir 22 tahun hidup, engga ada yang engga selesai, meski ngerjainnya deadline (seingetku, ya. Tapi emang kayaknya engga ada). Karena meski deadliner, tapi tetap punya pertimbangan, dan deadliner-nya ada konsepnya gitu. Yah..pokoknya gitu deh.

4. Suka nulis, (berusaha) suka baca.

5. Suka fotografi, (berusaha) punya kamera sendiri.

6. Daripada beli, lebih suka bikin sesuatu buat orang yang disayang. Karena ada usaha disetiap pembuatannya, engga instan beli, jadi, kasih, udah. Hehe

7. Punya satu orang adik. Usianya 15 tahun. Sekarang kelas 1 SMA.

8. Waktu SD pernah ikut olimpiade Matematika, wakilin Jakarta Selatan. Tanpa sadar saat itu sedang mewakili Jakarta Selatan.............

9. Pernah masukin per rambut ke dalam hidung waktu umur 5 tahun, hasilnya sepanjang perjalanan dari rumah sampai klinik, tahan napas. Kapok banget. Kalau lihat per rambut gitu, jadi merinding.

10. 22 Tahun 2 bulan lagi. Tapi kayak gak berasa 22 tahun.

11. Tempat lahir dan tempat tinggal sama, di Depok. Tapi karena Depok baru jadi kota di tahun 1999, sedangkan gue lahir tahun 1995, jadi tempat lahirnya ditulis Bogor.

12. Introverted. Bisa dapat energi positif, dapat ide, dapat pemikiran apapun ketika sedang sendiri. Bukan berarti ansos, beda.

13. Suka banget baymax. Robot putih gendut di film Big Hiro itu

astaga.... baru tiga belas.....

14. Have an awesome single mother

15. Have a struggling father

16. Hal paling membahagiakan adalah ketika mencoret daftar to-do-list tiap akhir hari.

17. Kalau tidur, harus ditemani boneka

18. Blood type O.

19. an ISTJ and romantic-melancholy character.

20. Mau punya anak, yang suku kata depannya "Na" ; Namira, Nania, Nayla, Nasya, Nayara, Nala, etc

21. Kalau mager, bisa seharian do nothing. Kalau lagi rajin, ngelakuin apapun meski tanpa disuruh.

22. Moody-an, dan gak bisa nyembunyiin perasaan.

23. Gakmau disalahin, dan selalu berusaha menjelaskan keadaan meski gak diminta, untuk menghindari salah paham. Karena pemikiran orang-orang terhadap satu hal kan pasti berbeda-beda.

24. Suka banget makan mie tanpa dimasak, alias dimakan mentah, di-gado-in.

25. Suka nulis puisi, tapi gak suka baca buku puisi.

26. Gampang banget buat tidur, dimanapun.

27. "Kalau bisa minjam, kenapa harus beli?" he he he

28. "Kalau bisa dikerjain sendiri, kenapa meski repotin orang lain?"

29. Suka banget jalan-jalan

30. Konseptor, Eksekutor, Organisator? Organisator.

Kamis, 09 Februari 2017

Post About Your Zodiac Sign, and Whether or Not it Fits You (Writing Challenge #Day16)


Posting tentang Zodiakmu dan cocok atau enggak sama kamu?

Pertama kali kenal sama yang namanya zodiak adalah waktu SD, saat lagi booming-booming-nya tukeran file / orgy sama temen, ngumpulin kertas harvest dan adinata yang tebel dan cakep itu, tak lupa juga untuk menuliskan biodata pada masing-masing file kepunyaan temen ; makanan favorit (mafa), minuman favorit (mifa), dan kata-kata andalannya : LUPUS (Lupakan Urusan Pacaran Utamakan Sekolah). Anjay.. memori daun pisang banget.

Berlanjut ke SMP, dulu sering beli majalan Gaul yang ada kolom zodiak mingguannya, tak lupa juga tiap pekan nonton Planet Remaja di ANTV, dimana ada segmen khusus tentang ramalan bintang alias zodiak mingguan, dibacakan dengan backsound lagunya Keane - Everybody Changes. Btw, legend banget yak acara itu. Menunggu-nunggu gilirannya Aries dibacakan - iya, kelahiran April katanya zodiaknya Aries.
peace, love and gaul~


Giliran cocok, "ah iya! bener banget!
Giliran gak cocok, "wah pasti nanti kejadian nih."
Intinya, cocok gak cocok, yaa dicocok-cocokin aja. Cocoklogi.

Entah, kenapa dulu percaya-percaya aja sama gitu-gituan.
Padahal apa yang terjadi di langit sana, dan saat hari kelahiran kita gak ada hubungannya.
Yaa.. tapi pasti 'pernah percaya pada zodiak' pernah dialami sebagian besar umat manusia, terutama masa peralihan dan masa pencarian identitas *ifyouknowwhatimean

Tapi itukan sebelum tau, nah sekarang udah dikasih tau nih...
Percaya sama zodiak itu gak boleh teman-teman, karena sama aja dengan syirik. Padahal jelas-jelas, yang mengetahui perkara gaib, bagaimana nasib kita di hari esok, lusa, dan seterusnya itu hanya Allah SWT. Masa' sih kita sebegitu gampangnya mempercayai nasib baik dan buruk kita pada ramalan-ramalan 'yang menggeneralisir', cuma dibagi ke dalam 12 'sub-nasib' dan gak jelas pula kan siapa yang meramalkannya?
Postingan kali ini ditutup dengan pernyataan : Atika gak percaya zodiak. Jadi gak tau cocok atau enggak. Tapi ada satu yang pasti. Atika seorang Melankoli dan ISTJ.

Hah?? Melankoli? ISTJ? Apa lagi itu? Nanti kapan-kapan kita bahas ya! haha

*kamis pertama di pekan kuliah
semester delapan dengan 12 sks
bismillah



#Day15 disini

Rabu, 25 Januari 2017

Setengah Sarjana Teknik

Well! Mungkin judulnya engga menggambarkan sungguh-sungguh bahwa ini adalah cerita tentang setengah sarjana teknik karena menurut beberapa dosen, pengerjaan skripsi bukanlah penentu seorang mahasiswa fakultas teknik bisa menjadi sarjana bilamana matkul-matkul lainnya tetap saja ada yang tidak lulus, berbeda jika itu adalah tugas akhir. Tapi yah, pengerjaan skripsi engga bisa dibilang 'cuma' sih, karena tetap aja butuh effort dalam pengerjaannya. Hehehehehe

Jadi disini gue mau cerita tentang suka-suka-duka-suka-suka-suka pengerjaan bab 1, bab 2, dan bab 3 skripsi alias seminar, atau beberapa kampus lain menyebutnya proposal.
Bukan proposal untuk melamarmu, bukan. Gausah baper.

Jadi, di waktu-waktu pelaksanaan Kerja Praktek, disaat gue cuma fokus ke Kerja Praktek (karena meski KP bertiga tapi berasa berdua hehe), beberapa teman yang memang rajin sudah sering bolak-balik ke dosen untuk diskusi topik skripsi mereka, mengajukan beberapa masalah yang berkaitan dengan ke-teknik-lingkungan-an dan meminta saran serta pertimbangan dari sang dosen. Dosen pembimbing ini salah satu yang krusial banget memang, karena akan menentukan tingkat kesuksesan pengerjaan skripsimu nantinya. Sering kan baca meme-meme kalau skripsi itu susah karena dosen susah ditemui? Itu fakta loh, bukan cuma gurauan meme aja.

Ini dia tips pertama dalam pengerjaan skripsi : PDKT-in dosen incaranmu dari jauh-jauh hari. Atur waktu pertemuan untuk berdiskusi. Ibarat cinta datang karena terbiasa, begitupula dosenmu, kemungkinan besar ia akan mengingatmu dan memilihmu menjadi salah satu mahasiswa bimbingannya kalau kamu sering nongol dan berdiskusi dengannya. Buat impression yang baik dengannya.

Sekitaran bulan Oktober 2016, keluar pengumuman dosen pembimbing, dan Alhamdulilah....gue gak dapet dosbing siapa-siapa. Mana topik usulan ditolak pula, hehe. Gak sampe nangis sih, karena emang effort gue kurang waktu itu. Diskusi sama dosen manapun engga pernah, nyari topik skripsi yang 'banyak' dikerjakan senior tahun sebelumnya, alih-alih jadi banyak referensi, pas hari H tau-tau submit sinopsis, ya ditolak lah. Waktu itu ambil topik tentang kompos sebagai adsorben penghilangan warna.

Akibat topik (yang tanpa diskusi dengan dosen manapun) itu ditolak, mau gak mau jadi putar otak buat cari topik skripsi lain. beruntung Alhamdulillah waktu itu gue ke bagian administrasi bareng Eki, yang sepanjang pengerjaan seminar jadi teman berbagi, heu :p

Eki skripsinya tentang Air Lindi dan pengaruhnya ke kali/sungai, cuma karena metodenya belum jelas, maka ia diminta untuk menghadap Prof. Djoko untuk berdiskusi lebih lanjut, alih-alih bingung topiknya apa, akhirnya 'cari' yang agak 'nyerempet' sama Eki, pikirnya waktu itu semoga dapet Prof. Djoko sebagai pembimbing, karena memang setelah melihat daftar dosbing skripsi yang diberikan pihak Administasi, Prof Djoko baru membimbing 2 Mahasiswa S1 saat itu, Tian dan Acil, plus Eki yang masih dibintangi namanya.

Bingung...bingung...galau...ada banyak permasalahan lingkungan, kenapa satu aja engga ada yang nyangkut ke fikiran barang sejenak gitu? Kesel sendiri. Setelah cukup lama 'bermeditasi sendiri', maka terpilihlah topik tentang Air Lindi dan pengaruhnya ke air tanah, he he he gak kreatif yha? biarin.

Setelah nanya-nanya ke grup angkatan, jeng jeng! ternyata topik itu udah ada yang pake, adalah Dul, yang bernama asli Alfandi. Tapi karena satu dan lain hal, topik itu gak jadi dia pake, Dul ganti judul. Alhamdulillah.


 Sungai Pesanggrahan Tercemar Limbah Sampah Cipayung
ini dia dul, dan iya, dia masuk berita tentang air lindi yang mencemari kali pesanggrahan, yang hitam itu air lindi, aliran air di depan dul itu kali pesanggrahan. Beritanya bisa baca di korantempo

Akhirnya bikin sinopsis berlandaskan beberapa jurnal dan berita-berita online tentang pengaruh air lindi, di TPA Cipayung dan pengaruhnya ke air tanah. Pas Eki menghadap Prof Djoko, gue pun ikut. Dan Alhamdulillah, keesokan harinya pas menghadap lagi ke bagian administrasi, diberi tahu kalau Prof Djoko udah dateng sendiri ke bagian administrasi dan bilang kalau Eki dan Atika jadi anak bimbingannya. Alhamdulillah. Lega beberapa saat setelah itu.

Mungkin karena mahasiswa bimbingannya banyak (selain S1, ada S2 dan S3 juga) dan mungkin supaya si mahasiswa yang aktif, bisa dibilang Prof. Djoko gak banyak minta. dan karena gak banyak minta, gue menganggap itu 'gampang'. Yaa emang gak boleh dibilang susah sih, nanti jadi gak bisa-bisa, tapi gak boleh dibilang gampang juga, nanti jadi menyepelekan. Ya gitu deh, intinya, setelah asistensi pertama (waktu itu masih di kertas hijau), gue gak nongol-nongol lagi buat asistensi.

Untuk menjadikan TPA Cipayung sebagai lokasi penelitian, kita harus urus surat-surat dulu, dari Departemen, kasih surat pengantar ke Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik),antar suratnya ke Dinas Kebersihan dan Pertamanan Depok (DKP), dapat surat izinnya, terus diantar lagi ke TPA Cipayung. Rentang Oktober-Desember, beberapa kali berdua sama Eki, gue ke TPA Cipayung buat minta data awal, cuma gak dapet-dapet melulu, karena pimpinannya sedang dinas atau sedang tidak ada di tempat setiap kita ke sana. Pegawainya ada, tapi gak berani kasih data kalau belum mendapat persetujuan dari pimpinan di TPA Cipayung. Yaa tiap pengerjaan skripsi pasti ada ceritanya masing-masing kan.

Di pertengahan Desember pas ambil surat ke DKP Depok, ngobrol sama Eki sambil nunggu angkot, "Ki, kalo seminar gak kita kerjain semester ini ngaruh gak ke IP IPK di SIAK? Kan kita udah ambil matkulnya di semester ini, tapi gak kita kerjain gitu."
Eki jawab, "enggak ngaruh lah, kan ini matkul spesial, ngaruh kalo nilainya udah keluar aja, dan nilai bakal keluar kalo kita udah sidang."

Serasa dapet pencerahan, hingga akhirnya obrolan kita bermuara pada keputusan, Kita sidang semester delapan aja deh yu, Februari atau Maret. Gak keburu kayaknya kalau sekarang, Desember gini aja kita masih bolak-balik cari data.

Fiks. Eki emang pengertian banget.
Desember. Status saat itu baru dua dari delapan tanda tangan asistensi.
Ditinggal lagi pengerjaan seminarnya.

Lalu..secara tiba-tiba, dari pihak administasi udah ngeplot tanggal sidang semua mahasiswa yang ambil seminar di semester 7. Waduw, panik. Lebih-lebih ngeliat nama penguji, tambah paniqq. Gue dijadwalkan sidang tanggal 13 Januari 2017. Hari terakhir dan rangkaian persidangan seminar di semester ini. Ditambah Eki yang akhirnya berkata, "Yaudah, kita kerjain aja yuk tik. Sayang-sayang. Udah dikasih kesempatan."

Fiks. Eki emang pengertian banget._.
Desember. Status saat itu baru dua dari delapan tanda tangan asistensi.
Dilanjut lagi pengerjaan seminarnya.

Ngerjain...asistensi...ngerjain...assitensi...
Sampai akhirnya jadwal sidangnya jadi maju sehari, 12 Januari 2017. H-8 pengumpulan draft seminar, hari asistensi kelima (lima dari delapan), Prof. Djoko minta aliran air tanahnya ditampilkan, supaya tau, aliran air tanahnya ke arah mana, dari aliran tanah ini nantinya bakal dijadiin titik sampel pengujian dan bla bla bla bla gitu.

Bingung lagi. H-8. Besok H-7 udah harus kumpulin draft-nya. Akhirnya Eki bilang, "coba lihat skripsi anak geo yang kemarin tika bilang mirip-mirip, pake datanya aja"
WAH IYA GA KEPIKIRAN!

Akhirnya hari itu juga, ngontak si kakak geo ini, namanya Ka Yuli. Dengan memanfaatkan beberapa koneksi teman di geografi, akhirnya dapet juga nomer Ka Yuli, dapetnya darimana? dari suaminya, he he he he
Akhirnya ka Yuli kirimin data skripsinya, dan data itu yang jadi acuan gue buat nentuin aliran air tanah. Ka Yuli penyelemat banget :" Gak pelit data pula.

Karena pengerjaannya harus pake ArcGIS, akhirnya ngontak ka Anjas, kakak master ArcGIS. Minta tolongnya nodong banget lagi, kirim data jam 11 malem, besokannya harus udah jadi. Alhamdulillah ka Anjas baik, jam 8 pagi keesokan harinya udah mendarat dengan selamat gambar aliran tanahnya di email gue. Makasih Ka Anjas :")
Allah Maha Baik. Gue selalu dikelilingi orang-orang baik.


kontur muka air tanah
Berbekal data itu, akhirnya mantap dan yakin assitensi terakhir ke Prof. Djoko dan alhamdulillah di-approve. Urus-urus pemberkasan administasi dan tinggal bikin ppt untuk sidang minggu depannya. Seminggu menuju sidang, lebih banyak leyeh-leyeh, berasa udah selesai bertempur padahal masih harus mempersiapkan sidang.

Skip.
Skip.
Skip.
Akhirnya hari H sidang datang juga.

Di ruang sidang........
Assalamualaykum wr. wb. saya Atika.....
.....
......
.......
ya, sekian presentasi dari saya. kurang lebihnya saya mohon maaf, wassalamualaykum wr.wb.

Deg-degan
sumpah gak ketulungan
cengengesan buat ilangin nervous. Sampe akhirnya, ternyata respon dari dosen penguji positif, mesti memang masih banyak revisi, tapi bayangan dosen killer, di ruang sidang bakal di bantai, dll gak kejadian. Gue aja amaze sendiri. Dosbing dan dospem di ruang sidang lebih banyak diskusi sendiri, meski tujuannya bisik-bisik, tapi tetep aja gue bisa denger suaranya hehe.
Ada satu pertanyaan yang bahkan nada ngomongnya masih gue ingat sampai sekarang,
"Kenapa parameternya cuma empat? Bokek ya?"
dan gue dengan polosnya menjawab, "iya Pak. Gak punya duit."

duit, instead of uang.
aseli, polos banget lagi sejujur itu.
Padahal katanya ngomongin biaya skripsi itu 'haram', "Karena mahalnya suatu penelitian itu adalah kewajaran, dan justru itu yang bikin menarik dalam dunia skripsi dan bakal dikenang suka dan dukanya". (Sharfan, 2017)

Total presentasi dan tanya jawab semuanya 34 menit, seengak nyangka itu. Di saat sidang itu, dosbing dan dospem menawari kemungkinan-kemungkinan baik buat pengerjaan skripsi nantinya. Apapun itu, yang pasti mohon diaminkan saja hehe karena gak berani sesumbar untuk hal yang belum pasti.



ini dia yang namanya Eki


ini instalasi pengolah air lindi TPA Cipayung

Sekian tulisan panjang banget tentang setengah sarjana teknik,
sampai bertemu lagi di tulisan sarjana teknik, dan paska sarjana teknik (err..ini krusial banget sih) haha

Depok, 25 Januari 2017
Atika Widiastuti

Minggu, 08 Januari 2017

Something You Don't Left the House Without (Writing Challenge #Day15)


HALLO! Kembali lagi.

Alhamdulillah sekarang udah Januari lagi, dan menyadari bahwa Aku gak bisa istiqomah nulis #writingchallenge ini. Iyasih sekarang masih Januari, tapi udah berganti tahun. udah satu tahun berlalu dan masih di #Day15

Tema #Day15 adalah something you don't left the house without - sesuatu yang kalau kamu keluar rumah gak pernah ketinggalan dibawa.

Guess what? Gue kasih clue deh lewat flashback-an di paragraf-paragraf dibawah ini~
Barang ini, menjadi barang wajib yang gak pernah lupa dibawa, meski misalkan cuma ke warung tetangga beli jajanan. Kalau gak bawa rasanya kayak ada yang kurang aja.

Eh, jadi kepikiran flashback haha
Dibanding anak-anak bocah jaman sekarang, kapan sih pertama kali anak-anak angkatan kita (angkatan 90an akhir) punya barang ini?

Kalo gue, gue inget banget! Pertama kali gue punya itu waktu kelas 6 SD, dibeliin karena juara kelas. HP pertama waktu itu adalah Nokia 2626, fitur terkeren saat itu adalah recorder suara! Seseneng itu dulu bisa ngerekam diam-diam suara cem-ceman waktu SD, terus di-play terus-terusan xD (you know kan artinya cem-ceman? haha). HP ini ending-nya bukan hilang, tapi rusak. Ini HP yang menemani dari kelas 6 sampe SMP. Nah yang kayak gini penampakannya :

Hasil gambar untuk nokia 2626
sumber klik


Masuk SMA, lagi trend banget HP qwerty blackberry, dan karena waktu itu harganya cukup mahal, maka demi memenuhi keinginan punya HP qwerty, jadinya dibeliin blackberry-kw alias china punya, haha. Merknya D-One. D-One DG628 model Javelin. Warnanya merah dan norak banget! haha ini tertipu box-nya sih, karena di box nya merah maroon pas dibuka merah darah. Hemm.. HP ini hilang waktu LDKR acara Rohis SMA. Bukan cuma HP gue aja, karena seluruh HP peserta hilang, 24 buah! dimaling. udah lapor polisi sih, tapi yaudah diikhlaskan saja.
Hasil gambar untuk D-One DG628 merah javelin
sumber klik

Selanjutnya... sempet gak pegang HP karena gak enak juga minta dibeliin paska hilangnya hp D-One. Akhirnya dipinjemin HP sama sepupu, HP sejuta umat yang tahan banting dan baterenya awet banget. Yap! Nokia 3310, yang kayak gini penampakannya :
Hasil gambar untuk nokia 3310
legend banget nih hp!

Setelah itu, akhirnya dibeliin HP lagi. Nokia. Tapi lupa spesifikasinya apa... hp ini lucu! memorinya cuma 10 MB, akhirnya cuma bisa buat menampung 8 lagu playlist. kalau mau save lagu baru, harus relain lagu lama dihapus. HP ini berakhir karena rusak dan ada di tukang service tanpa pernah dicari tahu lagi bagaimana kabarnya hehe



yang dilingkari, lupa type apa.



Menjelang akhir SMA, waktu itu Samsung lagi jadi trend banget. Nokia yang gak salah apa-apa, tau-tau 'tergusur'. Dan inilah HP yang menemani akhir-akhir SMA menjelang kuliah. Samsung Champ! ini kayaknya gue punya sebelum HP touchscreen jadi trend. Jangan salah, ini HP touch loh, meskipun lebih bisa dibilang mesti di-pencet ketimbang di-sentuh sih layarnya.
Hasil gambar untuk samsung champ pink
cantik banget pink imut-imut
Waktu itu, awal masuk kuliah, gue gak langsung gabung ke grup-grup angkatan dikarenakan champ masih java, gak mendukung ada WA, apalagi Line. Nah selanjutnya adalah pengganti di Champ yaitu Samsung Galaxy Young, Alhamdulillah ini awet lumayan lama. Sampe sekarang, HP ini kalau di-charge masih kedip-kedip, tapi layarnya gak menampilkan tanda-tanda kehidupan apapun, kadang sesekali juga alarm-nya masih suka bunyi. Udah sering banget diservice dan yaudahlah.
Hasil gambar untuk samsung young
sumber klik disini

Dan karena waktu itu banyak kegiatan yang mengharuska punya HP yang RAMnya mumpuni, enggak sih sebenernya, kepengen yang kamera nya bagus aja hehe. Akhirnya beli Acer Zenfone-C. Dan ini dia HP yang hilang di kereta pas mau berangkat Kerja Praktek itu huhu. Nyesek juga sih ya. Jadi gak bisa berkegiatan apa-apa rasanya kalau gak ada HP.

Hasil gambar untuk acer zenfone c biru
KLIK!



Nah, karena HP yang terakhir hilang dicopet, jadi status gue saat ini adalah gak punya HP, hehe. Gak punya bukan berarti gak pegang. Karena sekarang gue tetep pegang HP. Kebetulan diamanahkan jadi markom (marketing dan komunikasi) nya Yayasan Rumah Iqro Insani, jadi gue pegang HP yayasan. Xiaomi Redmi 2. Ini HP RAMnya gede, semua apps medsos gue double-in pake parallel apps (aplikasi pengkloning apps), jadi WA, Line, FB, IG, dan akun medsos lainnya serba dua, punya yayasan dan punya gue. Dan kalau misalnya orang dibagian markom diganti, ya siap-siap aja HP ini bakal pindah tangan dan mesti nabung biar punya HP sendiri hehe
Hasil gambar untuk xiaomi redmi 2
Klik sumbernya
***
So, something that I don't left the house without, jawabannya adalah....HP!

#Day14 disini
#Day16 disini