Rabu, 23 Maret 2016

Five Blessing in My Life ( Writing Challenge #Day12 )

Mungkin ini agak gak nyambung sama judulnya sih. Tapi, ini sama-sama tentang blessing in my life kok :)

Kamu...pernah gak dalam hidup tuh rasanya keseeeeeel banget? Kayak ngelakuin apa aja tuh rasanya gak pas di hati. Paling enak bikin orang lain tersinggung dan kesel. Iya, se-keluar gitu aja kata-kata menyakitkan dari mulut ini. Pasang muka bete seharian, supaya dikira makhluk paling banyak beban sedunia, sedangkan yang lain gak punya beban. Sambil terus-terusan memikirkan ulang, "apa arti kebahagiaan?" Kalau pernah, gak papa, wajar kok, manusiawi.
Karena percaya atau tidak, di semester enam ini, yang baru berjalan sampe menjelang UTS ini. Aku udah mengalami hal-hal diatas empat kali. Haha lemah! ya memang~

Keberkahan, kebahagiaan, sebenarnya kan bukan ditunggu ya. Tapi di buat sendiri. Semacam "Jangan nunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah maka kamu akan bahagia." Nah, pola berpikir kalau udah lagi ngerasain hal diatas tuh suka kebalik-balik. Emang kita tau yang benar itu gimana, tapi gak ada keinginan untuk menjalaninya, kayak pasrah aja sama keadaan, menyalahkan keadaan, kalah sama ego. 

Tiap pekan sebenarnya ada wadah untuk me-recharge semangat, tapi sudah beberapa kali secara berturut-turut aku lewatkan ; waktunya dipakai untuk mencari-cari tempat kerja praktek. Iya, se-enggak bisa itu cari proyek di weekdays. Lantas mengorbankan waktu melingkar. Hilang satu media me-recharge.

Kumpul, dan teman berkumpul. Lebih sering berkumpul dengan teman-teman untuk mengerjakan tugas, bukan lagi kumpul untuk mendapat asupan-asupan hati, tapi sepenuhnya berkumpul untuk menyelesaikan suatu deadline. Entahlah, memang sebegitunya tugas-tugas ini, atau Aku (kami) saja yang tidak pandai mengatur waktu? Hilang lagi satu media me-recharge.

Di kost-an pun, ibadah yaumiyah seadanya, bukan semaksimalnya diri. Tilawah? yang penting hari ini udah baca. Solat? yang penting 5 waktunya ontime. Tahajud? ah, itu sunnah. Dhuha? besok deh, targetan minggu ini kan 2x doang. Baca buku? Ah mana sempet. Hafalan? Gak kepengen nyetor kok.
Berasa dewa ngatur-ngatur takaran ibadah, ckck
Hilang banyak media me-recharge.

Tapi pasti ada, satu kejadian yang menjadi titik balik itu semua. Akupun. Di pertemuan melingkar yang entah setelah berapa kali aku lewatkan, Aku mendapat sebuah tamparan. Keras sekali rasanya.
"Kumpul melingkar kayak gini, sebenarnya bukan perkara transfer ilmu, kita semua mungkin lebih banyak dapat ilmu di tempat lain. Pun mungkin ilmu antum lebih banyak daripada murrobi antum disini. Tapi ini perkara transfer semangat. Trasfer ilmu tanpa transfer semangat, buat apa?"

maka selesai itu, sepulangnya dari situ. Aku tulis lagi targetan-targetan untuk menghadirkan lagi ruh-ruh semangat itu. Memanggil kembali bahagia yang diawal aku pertanyakan. Kan kamu sudah tau kalau kamu salah cara berpikir, kenapa tak di luruskan?
Jangan tunggu bahagia baru tersenyum. Tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia.


----
di sela pengerjaan PALDOM
23 Maret 2016
Kukusan Teknik

Rabu, 16 Maret 2016

Something you always think "What If.." about ( Writing Challenge #Day11 )

Sesuatu yang bagaimana jika......
In the past, I always wondering about what if :
1) My parents didn't take 'that' consequence
bukan, bukan bertindak sebagai anak yang masih memberontak. Hanya kadang terlintas di fikiran saja, bagaimana jika mereka tidak mengambil keputusan itu? Akankah Atika menjadi Atika yang sekarang?

2) I became a vocational school instead of high school graduates
Dulu, Ibu kepengen banget Aku masuk SMK, supaya langsung kerja setelah lulus. Lalu Aku bersikukuh mau SMA agar nantinya kuliah ; aku masih mau belajar belum mau kerja. Dan jika dahulu itu terjadi, Akankah Atika menjadi Atika yang sekarang?

3) I was born to be the second child
Atika jadi anak kedua, atau bisa dibilang akan menjadi adik, bukan seorang kakak.

Suka random kepikiran sih, tentang parallel universe yang katanya, dari berbagai opsi yang datang pada kita, lalu kita memilih satu dari berbagai opsi itu, maka jadinya kita yang sekarang ini. Tapi berbeda hasilnya jika memilih opsi yang lain, maka jadilah kita yang lain.
Contoh misalnya begini, Kamu diterima di dua universitas, sebut misal UI dan UGM. Lalu kamu memilih UI, maka jadilah kamu yang sekarang. tapi akan berbeda kalau kamu memilih UGM, nah di "dunia paralel" itu, bisa jadi "ada" jalan hidup kamu yang lain, jika dulu kamu memilih UGM. Berjalan berdampingan, paralel, tapi kamu hanya bisa hidup di salah satunya (hanya di jalan hidup UI atau di jalan hidup UGM), engga bisa dua-duanya.
Kebayang gak?

Tapi, sesuatu yang sudah terjadi jangan melulu di-"bagaimana jika"-kan terus, nanti setan membisikkan penyesalan, terus bisa membuat kita menjadi pribadi yang kurang bersyukur. Jadi, daripada membayangkan masa lalu yang sudah terjadi dan tidak bisa diubah itu, akan lebih baik jika kita membuat angan-angan untuk masa depan saja!
And about my "what if" in the future, I can't share it at this post. I keep it for myself. hehe

Tapi....
sumber : dokumentasi pribadi, 2016


---------
Atika Widiastuti
16 Maret 2016


Selasa, 15 Maret 2016

My First Celebrity Crush ( Writing Challenge #Day10 )


Bicara tentang first celebrity crush, sebut saja namanya Bisma Karisma! si kurus cungkring yang kusuka ketika gondrong, dahulu berbehel tapi sekarang sudah tidak. haha duh gue malu rasanya nulis begini, tapi baiklah. Bagaimanapun Mangmbis (Sapaan buat Bisma, singkatan dari mamang Bisma, haha) pernah mewarnai masa-masa SMP dan SMA-ku (dan mungkin masih sampai sekarang).

[Alert! : Deskripsi yang gue tulis di sini murni dari hasil ingatan aja, gak ada yang googling lagi, jadi mungkin datanya sudah tidak relevan, ehehehehe] 

Bisma Karisma, yang dari namanya sudah ketara banget kalau dia ini adalah orang Sunda, lahir di Bandung pada tanggal 27 November 1990, berarti tahun ini usianya sudah menginjak 26 tahun! Oh Mang, Kamu sudah tua juga ya :") Cepetan nikah sana, hehe.
Bisma anak kedua dari dua bersaudara, punya seorang kakak yang bernama Mega, sudah menikah beberapa waktu lalu, (ini gue tau karena kakaknya jadi friend di Facebook gue). Kakaknya enggak so ngartis, kayak orang biasa aja. Info tentang pendidikan terakhirnya yang diriku tahu, ia cuti kuliah karena sibuk di SMASH, tapi itu dulu, sekitar 2011.

Nah! Awal suka sama Bisma itu karena SMASH, kalau kamu enggak tau SMASH itu apa, SMASH itu boyband lokal indo yang bisa dibilang jadi 'raja' kembalinya era kelompok vokal di tahun 2010an, cuma karena sedang tren-nya boyband korea, yang notabene selain nyanyi juga menari, maka jadilah SMASH pun begitu, mengikuti arus pasar musik, katanya. Karena cukup susah menyanyi yang stabil saat menari maka sering mereka tampil dengan lypsinc. Sebenarnya bukan karena pertimbangan itu aja sih, karena kalau tampil off air, SMASH jarang lypsinc, kenapa? karena panitianya prepare, menyediakan sound yang channel mic-nya sesuai dengan jumlah member SMASH, beda halnya saat on air, perlengkapannya menyediakan mic seadanya, jadi ya lypsinc jadi pilihan yang diambil.

Meski mereka menolak berkiblat pada korea, nyatanya kadang dalam beberapa kesempatan, fashion mereka ke-korea-an banget, tapi ada satu orang yang beda diantara 7 orang itu, di awal kemunculan SMASH, mataku sudah terpaut pada satu sosok yang beda daripada yang lain itu, dandannya biasa, gak macem-macem, sesederhana yang seharusnya. bahkan lebih sering gak dandan. Yang paling gak bisa diem tenang kalau di stage atau sedang diwawancara, dialah Bisma!
BISMA : pojok kiri atas pake kacamata, yang rambutnya gondong~
Maka jadilah~
Setiap ada SMASH muncul, sesungguhnya bukan SMASH yang ku tonton, melainkan Bisma-nya!
Oh iya, Bisma punya satu ekor monyet, hewan peliharaannya, Moghula Odotho namanya, dipanggilnya Odoth, tapi enggak tau sekarang masih jadi peliharaannya atau enggak..
Spoiler for Odoth
Sekitar tahun 2014-2015, era boyband girlband sudah mulai tidak menjadi tren lagi, berganti lagi dengan musik melayu (kalau tidak salah), malah lebih ke dangdut, kalau kita lihat dari yang sering muncul di TV ya...
Tapi SMASH enggak bubar gitu aja, meski salah satu membernya out dan SMASH jadi cuma berenam. Masing-masing personelnya bersolo karir, termasuk Bisma. yang memang dari awal memiliki interest terhadap musik.

Bisma di tahun 2015, lebih menjadi seorang yang Bisma banget. Ya memang Bisma begitu. Aku yang sudah menjadi biasa aja, kalau terus-terusan stalk dan ikutin update-annya dia, bisa jatuh hati lagi. Haha. Aku subscibed youtubenya, dia sering bikin project cover lagu-lagu, pun pernah mengeluarkan single. Liriknya kadang 'absurd', Yaa pokoknya Bisma banget deh.

Ada satu fakta yang udah jadi pengetahuan umum buat kita para Bismaniacs (sebutan buat fans-nya Bisma), kalau telunjuk kirinya Bisma tinggal separuh. Putus. Kejadiannya jauh sebelum Bisma jadi member SMASH, dikeroyok geng motor begal yang kebetulan, pas betul ia sedang melintas di lokasi itu.
sumber tercantum difoto ya.

Di 2016 ini, Bisma membintangi sebuah film layar lebar, JUARA THE MOVIE judulnya. Jadi mari kita tunggu saja, kalau nanti aku menontonnya, akan Aku update disini deh. hehe
trailer from Youtube

Beberapa lagu yang dicover Bisma, sisanya cari sendiri di Youtube ya hehe

Ed Sheeran - Thinking Out Loud cover (Bisma dan Alika)

SID - Kuat Kita Bersinar cover


So, for you.. My Bisma Karisma
Thankyou for accompanied me through my transition period ; junior high scholl, senior high school and now, I am at the college.
Maybe now, it's not the time anymore ; to follow all about your activities, yelling if you are play the guitar and singing, having you as my bedroom's wallpaper, to be jealous if you are close to someone or be the one who always watching you if your are on TV!

Thank you to be as simple as you, thank you for being you.
Best regards from me,
your-five-years-smile lovers (and still counting)
--------------
Akhirnya Aku memulai lagi tulisan berseri ini! haha sedih sih, padahal tantangan dari dan untuk diri sendiri untuk bulan Januari, tapi coba lihat, sekarang sudah bulan apa? Maret.................-_-
ternyata ya, menulis perlu juga mood dan keluangan waktu! #iyalah haha So, Alhamdulillah #Day10 berlanjut. masih ada 20 Day lagi hehe semangat~

Atika Widiastuti
15 Maret 2015
Kukusan Teknik

Minggu, 13 Maret 2016

Alumni Merbabu 2016



Seorang bijak pernah berkata padaku, "cara mudah untuk mengetahui karakteristik dan interaksi sosial seseorang adalah dengan membersamai ia dalam perjalanan, terlebih saat mendaki gunung."

3 hari bersama, rasanya singkat, namun itu cukup untuk menguatkan first impression-ku terhadap seseorang. Bersama orang-orang ini (lagi), dan beberapa teman yang baru saja ku kenal.
Bersembilan. empat laki-laki dan lima perempuan. kesemuanya anak UI ; Ka Hendry FISIP'09, Ka Anjas FMIPA'10, Ka Haula dan ka Igun FIB'11, Ka Darni FIB'12, Ka Ican dan Ka Mahfud FT'12, Regia dan Atika FT'13.

Bagian ini yang Aku suka.
Ketika di awal canggung sangat terasa, melalui perjalanan, canggung itu mencair lantas membeku lagi menjadi keakraban. Kita tidak pernah tahu akan dipertemukan dengan siapa, tetapi kita bisa mencipta, kesan apa yang ingin kita dapatkan setelah dipertemukan.

Merbabu. Ya, karena ini Merbabu.
Merbabu yang diimpikan. Meski destinasi awalnya bukan kesini, tapi mungkin ini yang namanya berjodoh ; dipertemukan ketika kita dipercaya sudah mampu.
Perjalanan kali ini adalah tentang mendaki gunung Merbabu dan disaat musim hujan. Mungkin jika mendaki gunung adalah hal yang biasa untuk saat ini. Mendaki gunung ketika hujan lebat dan berkabut ditambah menggunakan rok adalah pencapaian tersendiri dalam hidup. Unforgetable moment.

Di mulai saat hari Jum'at, hari yang harusnya Aku ikut mencari proyek Kerja Praktek bersama teman satu kelompok. Rencana yang hanya tinggal dilaksanakan, lantas Aku 'matil' dan mengatakan tidak bisa ikut mencari ; Aku mau naik gunung.

Di hari Jum'at pada pekan kuliah. Mungkin tak mengapa jika momen-nya adalah liburan, ketika seperti mendaki Sumbing, tetapi kali ini berbeda. Aku memikirkan waktu kepulangan, bisakah perkuliahanku berjalan normal-normal saja? Haha kadang banyak berfikir malah membuat ragu. Padahal Senin itu masih terhitung 4 hari lagi.

Jum'at, 26 Februari 2016

Di mulai keberangkatan pukul 10 pagi, meski tiket keberangkatan itu pukul 2 siang. Ya, karena hari Jum'at, perjalanan pasti terpotong solat Jum'at.
Aku berangkat dari Depok, naik commuterline sampai di St. Manggarai dan ternyata benar. Terpotong solat Jumat disana. Ka Mahfud, sebagai ketua rombongan Depok, mencari masjid di dekat St. Manggarai terlebih dahulu. Kami yang perempuan, menunggu di sana sembari solat Zuhur dijamak Ashar.

Tepat jam 1, kami melanjutkan perjalanan ke St. Jatinegara lanjut ke Pasar Senen. Lagi-lagi kejadian Sumbing terulang, kami sampai saat klakson kereta sudah berbunyi, jadi turun dari KRL langsung ambil langkah seribu menuju kereta keberangkatan ke Semarang. Alhamdulillah kami masuk kereta, haha.

Perjalanan kali ini, adalah kereta jauh kedua yang kutumpangi, udah gak terlalu norak kayak pertama sih, tapi tetap, kursi pojok dekat jendela adalah kepunyaan Atika, hehe.
Sepanjang perjalanan, banyak aktivitas yang kami lakukan masing-masing, ada yang membaca buku, menonton video di youtube, sibuk dengan online shop di instagramnya, bahkan ada yang sedang menghafal hadits. MasyaAllah.

Celetukan-celetukan, banyolan-banyolan, hingga tebak-tebakan receh pun keluar, awalnya dari Regia, yang juga punya tulisan tentang ini, disini

Sampai di St. Tawang malam hari, langsung dijemput mobil yang sebelumnya sudah dipesan untuk menuju basecamp.
Merbabu kali ini adalah via jalur Wekas, yang berbatu, tidak terlalu famous seperti jalur Selo katanya, karena view nya tidak sebagus Selo. Tapi jarak tempuh menuju puncaknya lebih cepat.

Sabtu, 27 Februari 2016

Sampai di basecamp pukul 1, Sabtu dini hari, kami mengistirahatkan diri. Bangun pagi diwaktu Subuh, masyaAllah air wudhu-nya nyetrum haha, se-dingin itu.
Pukul 09.30 setelah selesai sarapan dan siap-siap, kami berangkat, setelah sebelumnya pemanasan dan briefing singkat dari Ka Anjas.

Fatalnya disini, saat menyiapkan barang-barang apa saja yang mesti dibawa mendaki, dan barang-barang apa saja yang lebih baik ditinggal. Aku lupa memasukkan celana training / rok celana / apapun untuk ganti karena terbayang saat pendakian Sumbing ; celana yang aku gunakan saat mendaki dan saat turun gunung itu sama saja, malah aku baru menggantinya di basecamp. Jadi daripada carrier tambah berat dengan celana yang tidak dipakai, lebih baik ditinggal di basecamp. Toh Aku akan menggantinya besok setelah sampai di basecamp lagi.

Tapi ternyata salah perkiraan, pendakian kali ini seperti yang ku bilang di awal ; saat musim hujan. Satu fakta tak terelakkan yang sebegitu mudahnya aku terlupa. Ah!

Pendakian dimulai.
20 langkah pertama katanya merupakan langkah terberat, langkah yang menentukan, karena membuat kita berfikir ulang untuk melanjutkan perjalanan atau tidak. 20 langkah penentu.
Belum sampai pos 1, hujan turun. Aku kebasahan meski sudah memakai jas hujan. Bagian bawahnya tidak terlindungi. lantas Aku teringat celana ganti yang lupa dibawa. Menyedihkan.

Perjalanan tetap berlanjut.
Pos 1 terlewati.
Di pos 2 kami memasang flysheet terlebih dahulu, untuk makan siang-sore.
Atika-nya tepar disini, karena waktu sarapan cuma makan mie rebus aja. Gak biasa sarapan makan nasi soalnya.

Perjalanan berlanjut lagi, karena sore sudah menjelang malam, maka diputuskan untuk membangun tenda di antara pos 2 dan pos 3. Tenda kami satu-satunya di area itu.

Solat Zuhur di jamak qasar lagi di waktu Ashar. kali ini dengan tayamum. karena persediaan air terbatas. Terjadi sharing ilmu yang sangat bermanfaat kala itu. Dari Ka Haula kepada kami, tentang tayamum, tentang solat sembari duduk di dalam tenda, serta adab-adabnya.

Maghrib menjelang, setelah solat, dilanjut dengan membaca alma'tsurat. Coba visualisasikan ; diwaktu jingga senja perlahan berganti gelapnya malam, di ketinggian sekian ribu di atas permukaan laut, hujan gerimis menemani, atma'tsurat dilantunkan, dan dirimu ada diantaranya. Priceless moment in your life banget rasanya. Di lanjut makan malam yang 'melimpah', karena apapun pasti terasa enak jika di gunung.
Tentang celana yang terlupa dibawa tadi, akhirnya Aku memakai rok nya ka Haula, Alhamdulillah si kakak bawa rok tambahan. Padahal awalnya Aku berfikir akan memakai bawahan mukena saja.

Minggu, 28 Februari 2016

Kami tidur dan beristirah setelahnya, ditemani murrotal dari Handphone nya Ka Haula, kami terlelap.
Pukul 3 pagi kami bangun, bersiap untuk mendaki ke puncak, tetapi karena satu dan lain hal, perjalanan baru dimulai setelah solat subuh-_-

Perkiraanku, puncak sebentar lagi sampai. Nyatanya, kami berangkat pukul lima pagi pun sampainya baru pukul tujuh, itupun di Puncak Syarif, bukan puncak tertingginya Merbabu. Jalanan menujunya terjal, berbatu, tapi Alhamdulillah sampai juga di (salah satu) puncak :9 ini puncak pertama soalnya hehehehehe

naik gunung kok rame-rame? loh iyadong. Kalo berdua aja namanya naik pelaminan haha
Setelah beralay-alay ria di puncak Syarif, kami turun, sampai di tenda lagi pukul sebelas. Menghabiskan sisa makanan kelompok, agar lebih ringan saat perjalanan turun. Saat beres-beres, hujan turun, tepat saat memasukkan barang-barang ke carrier masing-masing.

Namun perjalanan pulang tetap dilakukan, dengan menggunakan jas hujan basah seperti yang dipakai saat mendaki di hari kemarin. Seperti saat berangkatnya, tim perjalanan dibagi menjadi dua kloter, aku turun ikut yang awal, tapi jadi seperti "khusus" didampingi ka Mahfud. Karena beberapa yang turun pertama sudah jalan di depan.
Gak ngerti lagi kenapa selalu bertemu dengan orang baik. Alhamdulillah

Turun gunung membawa carrier di trek berbatu lalu berganti tanah bukan perkara mudah, ditambah saat itu hujan turun dan Aku menggunakan rok bahan. Jatuh dan terpeleset, sering terjadi, untungnya gak sampai terkilir atau susah jalan, bahaya. Ka Mahfud setia aja nungguin sampai aku benar-benar bisa bangun dan melanjutkan perjalanan, begitu terus sampai basecamp.

Aku sampai basecamp setelah azan ashar berkumandang, lalu mandi dan berganti pakaian, sembari menunggu kloter kedua sampai basecamp, Aku beberes. Menjemur beberapa pakaian yang kadung basah, agar tidak terlalu memberatkan carrier. Tapi suasananya sedang berkabut, jadi percuma aja sih, gak kering, haha

Pukul lima sore kami pamit dari basecamp, dengan mobil yang sama dengan yang menjemput kami di Stasiun Tawang, Semarang.
Karena tiket kepulangan masih pukul 2 pagi hari Senin. Kami memutuskan untuk berjalan-jalan terlebih dahulu ; ingin ke Simpang Lima, katanya.

Tapi ternyata terjadi miskomunikasi. Tiket kepulangan yang telah dicetak di st. Pasar Senen pada hari Jumat lalu, entah berada dimana. Akhirnya, kami menelepon PT. KAI dan menanyakan hal apa yang harus kami lakukan di posisi yang seperti itu, karena tiket hanya bisa dicetak sekali.

Lupakan Simpang Lima, karena sampai di St. Tawang kami 'sibuk' mengurus tiket kepulangan yang entah berada dimana. Sampai ke bagian customer service, untuk mengecek tiket via komputer pegawainya, tetapi ternyata, kereta kami yang pukul dua itu sudah berangkat.

Bukan, bukan karena kami terlambat, karena jelas kami sampai di St. Tawang baru pukul delapan malam. Tetapi karena kami salah beli tiket kepulangan. Yang seharusnya tiket Senin (29 Feb) pukul dua pagi, malah dibelinya Minggu (28 Feb) pukul dua pagi. Jelas keretanya sudah berangkat, haha

Di tengah kebingungan kami, Alhamdulillah ada kereta tambahan yang diberangkatnya pukul tiga pagi nanti, tetapi karena kereta tambahan, harganya jadi 'lumayan'. Dan tanpa babibu, Ka Hendry langsung mentransfer semua biaya tiket kami. Lagi-lagi gak ngerti, kenapa selalu di pertemukan dengan orang baik. Alhamdulillah :)

Senin, 29 Februari 2016

Pukul tiga pagi kami menuju Jakarta menumpang kereta Kertajaya tambahan. Sampai di St. Pasar Senen pukul sembilan pagi, dengan kondisi Ka Hendry langsung berangkat kerja, karena masuk jam 10. Ka Anjas tertinggal rapat, ka Haula langsung menuju Serang, ka Igun langsung menuju tempat mengajarnya, dan kami sisanya yang masih mahasiswa, berlaku sesuai jadwal kuliahnya masing-masing.

Pukul sebelas aku sampai dikosan, lelah, tapi bahagia.
Sudah berencana tidak ikut kelas PSBTL di jam 1, untuk istirahat dulu. Tapi Aku akan masuk kelas Manajemen Proyek yang jam 4 sore, karena ada kuis. Tapi ternyata ketiduran sampai pukul 4, boro-boro belajar buat kuis, gerakin badan aja rasanya susah, lalu dapat kabar di grup angkatan Lingkungan 2013 bkalau ternyata kuisnya enggak jadi, hehe Alhamdulillah rezeki anak sholeh :p Jadi aku memutuskan tidak masuk juga dikelas jam 4 itu. So, jadi Senin-ku dipakai untuk istirahat, sementara Regia tetap masuk dikelas yang jam empat, pun begitu di kelas yang jam 1, hebat sekali~


Berkesan.
Satu kata yang terlintas di pikiran ketika mengingat perjalanan ini.
Tapi kemungkinan ini gunung kedua, dan yang terakhir untuk saat-saat ini.
Belum punya keinginan menggebu seperti saat menginginkan Merbabu, hehe

Dan seperti yang aku katakan di awal, Kita tidak pernah tahu akan dipertemukan dengan siapa, tetapi kita bisa mencipta, kesan apa yang ingin kita dapatkan setelah dipertemukan.
---
13 Maret 2016,
H+13 hari menjadi alumni

Atika Widiastuti