Selasa, 27 Mei 2014

Sejatinya Menunggu

Karena fitrahnya wanita adalah menunggu.
Menunggu waktu yang tepat yang ia belum tau kapan, tapi pasti terjadi.

Karena fitrahnya wanita adalah menunggu.
Jika cinta yang kau rasakan datangnya dari Sang Maha Cinta.
Maka tak ada yang sia-sia di waktu menunggumu itu.
Dia yang menciptkan rasamu, Dia pula yang menjaganya.

Maka bersabarlah dalam menunggu.
Seraya dirimu memantaskan diri.
Karena sejatinya, yang baik adalah untuk yang baik pula.

Atika Widiastuti
27 Mei 2014

Kamis, 15 Mei 2014

KAPERMUS (Kajian dan Pernik Muslimah) ROSIL FTUI 2014

Assalamu'alaykum temen-temen blogger!
Alhamdulillah, pada kesempatan yang berbahagia ini, saya kembali menulis di laman tercinta saya, yang walaupun followersnya sedikit atau bahkan cuma saya yang baca tiap postingannya, tapi Alhamdulillah bisa menjadi tempat saya menuangkan pikiran dan perasaan #eaa

Selasa lalu, tepat tanggal 13 Mei 2014. Saya dan teman-teman yang tergabung dalam ROSIL FTUI mengadakan suatu acara kemuslimahan yang bernama KAPERMUS dengan tema nya kali ini adalah "Beauty Inside and Outside As A Muslimah." dengan pembicara yang super pake banget. Siapa dia? Dia adalah Sang Bidadari FKM, namanya Kak Dewi Nur Aisyah. Orang pertama yang saya rekomendasikan untuk menjadi pembicara ketika awal mula pembentukan kepanitiaan kecil Kapermus dan Alhamdulillah beliau bersedia untuk menjadi pembicara pada acara kami.

Postingan kali ini sebenernya saya juga ingin cerita tentang kak Dewina, tapi kayaknya Google udah punya banyak cerita tentang beliau, coba ketik namanya di Google, maka akan muncul banyak link-link pemberitaan tentang dirinya. Saya perkenalkan beliau secara singkat saja, beliau adalah seorang Muslimah yang cemerlang secara akademis dan juga agamanya, barusan saya membaca kembali CV beliau, masyaAllah.. dari 12 halaman, 1 halaman isi biodata, 11 halaman full tentang prestasi. Muslimah idaman :")

Kembali ke Judul, jadi ini merupakan proker kemuslimahan pertama saya dan teman-teman. Masa persiapannya terbilang singkat, hanya beberapa minggu sebelum hari H dan hanya 2x rapat bersama tapi Alhamdulillah... Banyak kendalanya hehe

Yang pertama adalah tentang Publikasi, seperti di postingan sebelumnya tentang LACTESOL, saya masih belum berani buat keluar dari zona nyaman. Interaksi ke senior seadanya saja. Bahkan masih cenderung menghindari. Dibantu teman-teman yang super, akhirnya Kapermus terpublikasikan dengan baik ke warga teknik, khusunya DTS.

Kendala kedua adalah ruangan, hehe ini yang paling bikin dag dig dug dihari H. Ruangan yang akan kita gunakan bentrok dengan mahasiswa lain yang menggunakan ruangan yang sama untuk kuliah. Acara dimulai jam 4, tapi jam 3.30 kita masih bolak-balik PAF untuk minta kejelasan ruangan. Padahal PAF tutup jam 3.30, Alhamdulillah akhirnya kita dapat ruangan, walaupun pindah dari ruang semula.

Ada juga cerita datang dari adik saya di grup One Day One Juz, namanya Cindy, dia anak SMAN 9 Depok. yang kepengen banget dateng acara Kapermus. Walaupun sempet susah cari ruangannya tapi Alhamdulillah ketemu. Makasih ya dee udah dateng.
*ini pertemuan saya yang pertama dengan dia, hehe

Selasa kak Dewina memberikan materi, saya tidak memperhatikan dengan seksama huhu agak sedih :( kebanyakan bolak-balik untuk memastikan semuanya terhandle. Dari luar ruangan terdengar nada-nada kekaguman dari para peserta Kapermus ketika kak Dewina bercerita tentang dirinya.
Dan Alhamdulillah, setelah acara Kapermus, ada satu muslimah DTS yang memutuskan untuk berhijab.

Subhanallah... terima kasih kak Dewina, saya gak tau kakak cerita apa di dalam, sampai bisa membuat seseorang yang baru bertemu denganmu pertama kalinya merasakan seperti itu.
Barakallahu, semoga saya senantiasa terinspirasi untuk menjadi muslimah seperti kakak :)
Kamis, 15 Mei 2014
Atika Widiastuti
Di bawah atap yang sedang diguyur hujan

Minggu, 11 Mei 2014

Belum berjudul #1

Pagi ini adalah pagi yang berbeda dari biasanya, kau tahu? Kemarin ayahku membelikanku sepeda. Memang bukan hal yang ajaib di usiaku yang sudah 19 ini. Zaman di mana orangtua teman-temanku lebih memilih memberikan sepeda motor untuk anaknya.

Hari ini hari Minggu, sudah kuniatkan untuk bersepeda menggunakan sepeda baruku ini. Aku sudah mempunyai rute sendiri di otakku. Mulai bersepeda dari sini, lalu ke sini, setelah itu ke sana dan seterusnya.
Baru saja mengeluarkan sepedaku ini dari dalam rumah, nampak satu rombongan anak-anak berlari-lari kecil mengelilingi kampung, menyapaku dengan senyum khas anak-anak, “pagi Kak Shilaa ..” Aku menjawab satu persatu, “pagi Ido, pagi Adel, pagi Silvi, pagi Adi. Semangat ya lari paginya..”

Aku memacu sepedaku keluar, mengelilingi jalan sesuai ruteku itu. Dipersimpangan jalan ku lihat seorang pemuda asing yang aku belum pernah lihat sebelumnya, ku taksir umurnya sebaya denganku, mungkin lebih tua dia beberapa bulan, batinku.
Dari kejauhan ku lihat ia sedang menatap ke arahku, tatapan pertemanan, seperti ingin mengajak berkenalan lalu bersepedah bersama. Tapi aku alihkan pandanganku darinya, ku lajukan lagi sepedaku, menuju suatu taman di kampungku ini.

Cerita sedikit bahwa Taman ini dulunya kebun kosong, yang lebih sering digunakan warganya untuk membuang sampah, maka akupun menyembutnya “taman sampah" namun beberapa bulan yang lalu sekelompok orang dari LSM Cinta Lingkungan datang kesini, memberi penyuluhan tentang pentingnya taman bagi kehidupan, mereka juga memberikan bantuan yang lengkap, mulai dari dana hingga tenaga pekerja, hingga tempat itu disulap menjadi taman nan asri dengan banyak pepohonan seperti sekarang ini.

Sedang asyik bersepeda, tiba tiba aku jatuh. Ah. Rantainya putus. Ku coba membetulkan tapi tidak bisa, keadaan rantainya putus, benar-benar putus, ada sambungan rantai yang terlepas, bukannya kendur. Pemuda itu menghampiri bermaksud memberikan bantuan,
“kenapa sepedanya?”, tanyanya padaku
“rantainya putus.”, jawabku lirih.
“tolong pegang ini bentaran, gue coba benerin”, kataya seraya memberikan botol minuman padaku, “minum aja kalo lo  haus.”, tambahnya
“ini mah mesti diganti rantainya, musti taro dibengkel” katanya memberitahu
“tuh didepan situ ada bengkel, bisa nanti deh aku tuntun kesana. Thanks ya.” Kataku sembari menyerahkan botol minumnya dan mengambil alih sepedaku darinya.

Bengkelnya masih tutup, mungkin karna hari libur. Namun dari rumahnya -yg bersebelahan dengan bengkelnya-, si pemilik bengkel berkata untuk ku meninggalkan saja sepedaku didepan bengkelnya, sebentar lagi ia baru akan membuka bengkel. “2 dari lagi datang lagi kesini ya neng.” Katanya. “Loh kan cuma rantai pak, kok lama banget?”
“iya, banyak sepeda juga didalam belum sempet ta' pegang, kemarin istri melahirkan jadi gak sempat pegang kerjaan.” Aku hanya ber-oh panjang dan meninggalkan sepeda ku itu, padahal sepeda baru, tapi kenapa sudah rusak saja. Tanyaku sedih.

“Hei. Sekarang mau kemana?”
“Pulang. Mau sepedahan, sepedanya kan rusak. Tuh.” Kataku manyun sambil menunjuk ke arah sepedaku itu
“Sini bonceng sama gue. Ntar gue anterin pulang. Kayaknya rumah lo deket rumah gue. Oh iya, nama gue Maron. Tadi belom sempet kenalin nama.” Katanya seraya mengulurkan tangan.
“Shilaa.. double A dibelakangnya ya, jadi agak dipanjangin kalo panggil nama gue.” Kataku meraih salaman tangannya.
“Sepeda gue gak ada jalu nya, jadi gak mungkin lo diri dibelakang. Sini duduk di depan.”
“Ah gausah deh, jalan aja.”
“Yee.. takut gue macem-macemin apa? Yaudah gue jalan juga aja deh.”

Maron pun menuntun sepedanya, menyamai langkahnya denganku. Padahal baru saja berkenalan, tapi aku sudah merasa akrab dengannya.


To be continued………

Rabu, 07 Mei 2014

Caraku dalam Diam

Ada sesuatu didiamku,
menyimpan rindu yang menderu,
yang ingin kusampaikan padamu yang ku tuju,
Bukan sekarang, tapi nanti di batas waktu.

Diamku, tak berani menyebutmu langsung di depan lainnya
Hanya berani menyebutmu dalam do'aku pada-Nya
Meminta-Nya menyatukanku denganmu,
Menjadikanmu halal bagiku

Menatapmu, hanya ku lakukan dari belakang,
Tak berani ku tatap mata itu dari depan.
Hanya punggung.
Punggung yang sama dengan yang ku tatap sejak pertama.

Dalam diam, ku sampaikan semua itu pada-Nya.
Dapatkah kau tangkap insyaratnya?

Tak mengapa jika tidak, karena memang seperti itulah tujuanku.

Diam. Caraku menyampaikan itu padamu.
Agar hanya Dia yang tau, bukan kamu."



Rabu. 07 Mei 2014
Pukul 23:40 WIB