Rabu, 19 September 2018

Forever Crush (Dua Setengah Tahun yang Lalu)

FOREVER CRUSH
Entah sejak kapan, awal mulanya aku sebegitu naksirnya sama orang ini. Sampai pada suatu hari setelah kurang lebih dua setengah tahun berlalu, saat sedang berkumpul dengan teman-teman dan memasuki sesi curhat masalah percintaan / lawan jenis / menikah, aku terus saja mendengarkan cerita teman-temanku, "kok pada ada aja sih cerita tentang itu, gue masa gak ada.", kataku. Temanku menjawab, "itu cerita tentang si anu, forever crush lu. Gak ada?"
Aku tertawa terbahak-bahak. 

Hahahaha forever crush katanya.
Seketika memori-memori dua setengah tahun lalu itu terputar otomatis di benakku. Aku terbahak lagi. Tapi jujur aku paham kenapa temanku itu menamai "dia" dengan sebutan forever crush.

Dia, si baik hati yang murah senyum itu, memang berbeda.
Di saat yang lain sibuk dengan gambaran besar, dia pun melakukan itu, sembari memperhatikan detail, gambaran-gambaran kecil, meski sepele.

Misal saja, saat kerja berkelompok kami, ada yang tidak beres, alih-alih menyalahkan keadaan, dia malah bertanya kepada perorang dari kami, "kenapa? ada apa? kok bisa begitu? mau cerita?" Siapa yang tak jatuh jika diperhatikan begitu.

Sudah ku bilang, dia berbeda.

Waktu itu, setiap hal tentangnya pasti jadi tulisan baru di blog-ku ini, maka jangan heran, jika kamu membaca postingan lama-ku di sekitaran dua setengah tahun lalu, isinya prosa romansa (alay dan jijik) semua. haha

Lihat senja yang indah, ingat dia.
Lihat bus, ingat dia.
Lihat KFC, ingat dia.
Waktu hujan, ingat dia.
Ada pelangi, wah apalagi.

Aku bisa serame itu kalau sama yang lain, tapi jika ada dia, entah rasanya lebih banyak diamnya. Jaga image, mungkin? Lucunya, aku menjadikan diriku orang lain demi bisa diterima dia gitu. Huft.

Waktu dua setengah tahun lalu, cita-cita jangka pendekku adalah memberikannya sesuatu di setiap momen spesialnya, apapun itu, tapi yang pasti buatan tanganku sendiri. Cita-cita jangka panjangnya, kamu tahu lah, gak usah disebutin, apalagi kalau bukan menikah sama dia? hehehehe disebut juga, kan.

Tipe persona yang melankoli romantis, jika menemukan seseorang (laki-laki maupun perempuan) yang bisa membuatnya sayang, dia akan melakukan apapun untuk orang itu.

Tapi memang benar ya, waktu itu penyembuh segala sesuatu.
Mungkin kalau temanku yang kuceritakan diatas itu tidak menyebut forever crush di obrolan kami, Aku mungkin tidak akan ingat jika dua setengah tahun lalu, aku membiarkan diriku jatuh terus-terusan, pada satu orang itu. Haha

Lagi-lagi hanya masalah waktu,
Dulu Aku berpikir, apa bisa ya kalau suatu saat ternyata jodohku bukan dia?
Apa bisa ya suatu hari nanti Aku gak sedih kalau dengar kabar dia berjodoh dengan orang lain?
Tapi lihat sekarang, Aku malah sangat lancar menulis tulisan ini hahahaha

Sepulang dari kumpulku dengan teman-teman, aku memasang sebuah status di medsos, dan kamu tahu?
Dia me-reply itu.

Ya Allah, cobaan apa ini haha.
Dan benar, memori-memori dua setengah tahun lalu dengannya, terputar lagi,
Bagai kaset yang sudah ada tracklist-nya, dimulai dengan intro, lagu pertama, lagu kedua dan seterusnya, terputar bergantian.

Tapi Aku yang sekarang, sudah pasti lebih mengerti daripada yang dulu. Mungkin di dua setengah tahun lalu, aku senang dan sulit rasanya memulai obrolan dan mempertahankannya.

Maka sekarang, aku balas sewajarnya, jika ia tak merespon lagi tidak masalah, aku tak perlu sulit-sulit mencari bahan obrolan.

Karena rasa yang dulu itu, sudah berbeda sekarang. Menjadi sewajarnya, terbiaskan waktu. *cailah

Ps. Ini fiktif apa berdasarkan cerita nyata ya :p