Kamis, 29 Oktober 2015

Cerita pada Senja

sumber : mediaequalizer.com

Jingga yang teduh.
Pada senja, ia menceritakan kisah hidupnya. Ia berkata, hanya senja lah tempat mengadunya.
Wanita itu duduk di depan teras rumah, setiap sore hari, menunggu matahari menenggelamkan diri, untuk berharap kisah sedihnya juga ikut tenggelam.
Suatu waktu pernah ia bercerita tentang ayahnya,
di waktu yang berlainan ia bercerita tentang ibunya,
tak lupa juga ia bercerita tentang adik perempuan satu-satunya.

Pada senja ia berkata ; Aku tak punya teman selain kamu. Aku tau kamu fana, Penciptamu yang abadi. Tapi Aku juga fana. Jadi bolehkah Aku bersamamu? mungkin memang Kau tak akan menjawab, tapi setidaknya aku punya tempat untuk pulang dan berbagi cerita.

Sore itu ia bercerita tentang sesuatu yang baru pernah senja mendengarnya,
tentang kunci, dan seseorang.
Tiap sore ia rajin mengunci pintu rumahnya, walau ia tau takkan pernah ada yang datang, jadi sebenarnya tak apa jika rumahnya terbuka tanpa dikunci.

Sampai suatu hari seseorang datang dengan sangat sopan, mengetuk pintu dan mengucap salam.
ia intip lewat jendela dan bergumam ; orang asing. mau apa?
Ragu-ragu ia buka kunci pintu rumahnya, mempersilakan orang asing itu masuk dan bercengkrama sebentar, tak pula ia sajikan teh hangat di sore itu.
Sore pertama, yang ia habiskan bukan bersama senja.
Namun senja tau. Senja mengintipnya lewat daun pintu, sambil tersipu.

Keesokannya, seseorang itu datang lagi, bercengkrama lagi. Kali ini, ia juga ikut bercerita pada senja. Tentang masa kecilnya, juga tentang dirinya. Pintu yang dulu selalu terkunci kini tak pernah dikunci lagi, selalu terbuka, sederhana tujuannya ; agar seseorang ini bisa mudah menemuinya kapanpun.

Hingga tepat di hari ketiga puluh, tak ada yang mengetuk pintu, tak ada yang mengucap salam, ia menunggu sampai larut, sampai bulan menggantikan matahari untuk menerangi bumi. Mungkin sedang ada urusan lain, pikirnya mencoba menemukan kemungkinan-kemungkinan yang menenangkan hati dan pikirannya sendiri.

Hari berikutnya masih tetap tidak ada kabar, senja pun mendengar keluhnya, kali ini mereka berdua saja. Senja ikut khawatir, senja kasian padanya.
Kemana?
Kenapa tak kembali?
Mulai saat itu, ditutup rapat kembali pintu rumahnya.
"Lain kali harus lebih hati-hati", batinnya memberitahu.
Pintu rumahnya, memang sudah dikunci rapat.
Tapi sayang ia lupa,
bahwa kunci pintu hatinya, sudah dibawa pergi..........................

Rabu, 28 Oktober 2015

Bulan, merindu, malu

sumber : kafeastronomi.com

Bulan, merindu
pada senyummu yang merekah selalu,
pada candamu yang membunuh waktu,
pada sapamu yang membekas syahdu.

Bulan, menatapmu, malu
pada matamu yang memandang sendu
pada riangmu yang membuat rindu
pada langkahmu yang beriring lucu

Bulan, mengintipmu,
dari balik gedung biru,
memandangmu tiap malam sambil tersipu,
menunggumu,untuk balas menatapnya sewaktu-waktu

Ada bulan yang merindu, mengintip dan menatapmu,
malu ;
Aku.

Jumat, 23 Oktober 2015

Daily Notes.

So... hallo kawan-kawan, sudah lama tak bersua disini. Iya, sekarang lagi pekan UTS nih. Semester lima sudah menemui tengahnya. Entah kapan menemukan labuhan akhirnya #yha #baper

Just want to share something, tentang  ini hehe...
jadi, seperti keterangan yang aku tulis disitu, mulai saat ini aku punya media tulisan baru, di notebook mungil kesayangan, hehe..

DAN!
Sekarang Aku punya teman nyata yang bisa diajak berbagi cerita, baik Aku dan dia, sekarang setiap malam kita saling berkirim our daily notes, karena katanya ; "Tik. from now on gue pengen ngulang kebiasaan gue pas SMP ; punya catatan harian. Tapi masalahnya, semenjak jadi mahasiswa, maintaining consistency is a hard thing despite of our not-uniform life pattern. So, ku bakal kirim ke lau supaya lau bisa nagih w kalo w ga ngirim daily notes yak!!!"
Iya, dia emang sok bule. Ngomong dicampur-campur antara bahasa dan inggris, wkwk ampun._.

Awalnya hanya dia yang mengirim, aku hanya menagih dan membaca kadang mengomentari cerita kehidupannya hari itu. Tapi ternyata, seru juga nulis kayak gitu. So, Aku jadi ikutan kirim daily notes juga.
Sederhana sih, karena nulis di blog sendiri aku gak bisa sekonsisten setiap hari, dan yak gitu, like my ms. word captured's description ; kadang ada beberapa hal yang seharusnya tidak usah dipublikasikan agar seluruh dunia tau.
And from now on...I just wanna say ; I'm very happy to have a friend like you, my dearest Ahadya :p
*yhaa terbang *biarin lah sekali-kali

Salam dari yang Senin masih UTS,
Atika Widiastuti

Rabu, 21 Oktober 2015

Semesta Mendukung(?)

Hari-hari berlalu seperti itu setiap jam, menit, detiknya. Kau rasa lelah, tapi tak bisa mengalah. Kau bilang bosan, tapi terus kau lakukan. Semesta mendukungmu untuk melakukan itu, katamu. Berubah dan menyimpang dari rutinitas? Ah, tak usah. Nanti yang ada jadi hancur keseluruhan rangkaiannya.

Hari-hari berlalu, waktumu dan waktunya sama 24 jam. Kau merasa kesal dengannya yang bisa membuat 24 jam-nya produktif tapi tak ada niatan dari diri sendiri untuk mencontoh teladan yang ia lakukan. Semesta mendukungmu?

Hari-hari berlalu, ia sudah berlari kau masih berjalan, Kau menyumpahi nya agar tersandung di jalan, sehingga mungkin kau bisa menyusulnya, ternyata sekalipun ia jatuh, kau masih tertinggal di belakang. Kau mengutuk diri. Semesta mendukungnya?

Sungguh, semesta mendukung setiap orang yang mau mendukung dirinya sendiri. Setidaknya mencoba. Sudahkah Kamu? Sudahkah Aku?

---
Implisit diri.

Kamis, 15 Oktober 2015

Suatu Malam di Ibukota

Yesterday was a very long day. Full of emotions that I don't know, why can be like that. Me, crying all day long. Satu kejadian yang mengubah emosi satu harian itu.

Untuk menghiburku, ia teringat ;
suatu waktu pernah Aku merengek minta untuk diajak ke Monas pada malam hari, Aku berkata, "Tika mau liat air mancur di Monas nari-nari di bawah lampu warna-warni", Padahal enggaktahu, benar atau tidak ada air mancur malam hari di Monas?.

Last night, you give me more.
membawaku berkeliling sebagian kota Jakarta, semendadak itu, mencoba menghibur suasana hati ku yang sedang mendung hari itu.
Di mulai dari membawaku ke daerah Pancoran, menujukkan patung Pancoran, kau bercerita, "tebak kita dimana? Liat tu, Tik. katanya, jarinya patung itu nunjuk ke harta karun rahasia Soekarno." katanya sembari menunjuk satu patung besar diatas kepala kami.
aku ber-oooh panjang, memang selalu saja ada percakapan baru antar kita. Biasanya, selepas info apapun yang datang darinya, Aku kembali mengecek kebenarannya, terutama dari google.
Dia menyebut dirinya ensiklopedia berjalan, dan memang benar.

Spasialku sungguh sangat jelek, aku tidak hafal dan tidak bisa mengingat rute perjalanan kami malam itu, jadi mungkin urutan perjalanan ini akan menjadi sangat random.
"Nanti kita lewatin satu pasar yang disebut Pasar Rumput, karena dulu....duluuu banget, banyak yang parkir kuda disini."
"Parkir kuda? lawas banget."
"Ya kan tadi gw bilang, duluuu banget."

Taman Suropati.
Aku teringat pada seorang teman SMA yang pernah berwacana ingin pergi kesini, mengajakku dan lainnya. Langsung saja ku mengambil foto patung kuda disana dan mengirimkannya pada temanku itu. Pamer. Bahwa aku lebih dulu kesini dibanding dia, ckck
Di taman itu dia berkata, "Kalau sore, banyak orangtua yang kasih makan burung-burung disini. Nah, anak-anaknya lari-larian ngejar burung-burung itu. Di sana ada taman seni, kalau lagi beruntung, kita bisa nonton orang-orang lagi latihan main biola."

Menyebrang sedikit kita sampai di masjid Sunda Kelapa. Minum es kelapa disana, ia berkata lagi "disini emang selalu rame, bahkan kayak lagi ada itikaf. padahal enggak. Emang suka ada kajian tahajud."

Setelahnya kita pergi dari situ, melewati rumah-rumah besar yang kemungkinan adalah rumah para pejabat pemerintah, yang saat itu sedang terbuka pagarnya, satu mobil keluar dari situ, diiringi penjaga berbatik dan memegang handy talky, mempersilakan mobil itu keluar dan memastikan keadaan sekitar aman. Dan wow, aku terkejut, ada banyak sekali mobil di dalamnya, lebih dari enam, meski tak melihat detail karena pagar gerbangnya segera ditutup kembali.
Luar biasa. Berapa orang yang tinggal di satu rumah itu sampai harus punya enam lebih mobil?

Selanjutnya, ia membawaku ke Taman Menteng, menunjukkan icon-nya, piramida rumah kaca atau entah apa namanya dan berkata, "mau foto disitu gak? ini iconic taman menteng. Taman menteng terkenal sama bangunan itunya."

Aku berkata dengan polosnya, "Jakarta tenyata banyak tamannya ya. tapi kenapa gak diperbanyak aja? Jadi lebih banyak interaksi di dalamnya. Depok ada gak sih?"
"Depok ada, cuma gak sebanyak Jakarta emang. Gue tunjukkin luar-luarnya aja, nanti lo explore sendirilah, ama suami lo mungkin."
hahahahaha, Aku tertawa.

"Ini masjid Cut Mutia. Sama kayak Sunda Kelapa, tapi gak se-rame Sunda Kelapa. Bangunannya masih asli sejak pertama dibangun.", jelasnya tanpa diminta memberitahu

"Nah, Tuh ujung Monas keliatan. Udah ya, gue dah bawa lo liat Monas plus stasiun gambir malahan. Btw, katanya ceritanya sih api monas itu gambar patung wanita. Ibu Sarinah. Wanita yang merawat Soekarno. Misteri gitu sih..", katanya tanpa ditanya

"Ini Senen. ada yang namanya Proyek Senen. Tau gak siapa rajanya properti?"
"Agung Podomoro?", tebakku
"Ah masa anak Teknik gaktau. Namanya Ir. Ciputra. dia nantang Soekarno dan bilang 'Pak, saya punya ilmu, tapi kalau gak dipakai, gak guna.' terus Soekarno tantang dia bikin Proyek Senen ini. Sempet bangkrut di zaman Soeharto. Proyek Senen-nya terhenti. Sekarang sih udah selesai, tapi tetep aja kawasan ini dikenalnya dengan nama Proyek Senen."

"Tugu tani, pak Tani itu dulu hidupnya miskiiiin banget, tapi namanya diabadikan jadi nama salah satu partai."
"gue tau kak, dulu belajar IPS pas SMA."
"Nah itu dia. Pak Marhaen."

"Lo tau pekan raya jakarta? pernah kesitu gak? Kita kesitu deh. Nah kalo Ultah Jakarta, orang-orang kumpulnya disini, bukan di Monas. karena jalanannya gede mungkin yaa.. Makanya namanya Pekan Raya Jakarta. Jalan ini gede, dulusih gue di bodoh-bodohin katanya ini buat landasan terbang."

Sudah berkeliling, kami mampir di tempat temannya yang berjualan di Kemayoran. Selepas itu kami pulang. Entah kenapa perjalanan pulang selalu terasa lebih cepat.
Suaraku habis, seriously, karena emang lagi kurang sehat juga, tapi bahagia.
Sangat sederhana sebenarnya, karena diajak muter-muter kelliling Jakarta Selatan-Jakarta Pusat-Jakarta Utara.

sumber : dokumentasi pribadi

Kak, Terimakasih ya.
Sukses dan lancar untuk ikhtiar-ikhtiar nya.
:)

Adik yang sudah mulai besar,
Atika

Senin, 12 Oktober 2015

An Affection.

Hari ini, Senin dini hari.
Perasaan dan pikiran memuncak minta dituliskan.
Semua campur aduk.
Pagi ini terbangun, karena fisikku tak sehat. ada sekotak tissue menemani di samping tempat tidur sejak malam tadi. Ada selimut, juga ada dua boneka di kanan dan kiri. sebutuh itu sekelilingku supaya hangat.

Pagi nanti kuis mekanika tanah, pekan lalu saat materi, aku tertidur di kelas.
kemarin ada responsi dengan asisten sebenarnya, pun aku tertinggal setengah jam pelajaran.
Aku tak mengerti materi yang akan dijadikan bahan kuis ini,
padahal di kuis yang sebelumnya aku yang mengajari teman-teman yang lain
Sudah berencana esok pagi ke kosan Nia dulu untuk belajar sebelum kelas.
Belajar hanya jika ada kuis/ujian, ckck

Sudah tentang Aku nya, kali ini aku ingin bercerita tentang seorang Adikku di Teknik Lingkungan, ia angkatan 2014. Sepertinya sudah dua sampai tiga postingan di sini yang kutujukkan untuk dia, meski mungkin ia tak membacanya, karena memang tak pernah kukatakan padanya bahwa ku menulis sesuatu untuknya disini.

😂Jumat lalu, 9 Oktober 2015 sampai dengan Minggu 11 Oktober 2015. Ia dan teman-teman kepanitiaan angkatan 2014 menyelenggarakan KIAS, Kajian Islam Awal Semester. Ia diamanahkan sebagai waPJ bidang Materi. Bidang yang mengurusi materi dan mentor untuk mahasiswa baru 2015 selama KIAS berlangsung. She takes her part in the great way, "kerjanya rapi.", sampai suatu ketika ia diamanahkan tugas tambahan di waktu menjelang puncak kias terselenggara, bertambah sibuk dia. mengurangi waktu tidur, bangun di jam dua pagi untuk mengerjakan tugas kepanitiaan itu sudah biasa. Dan satu yang khas dari dia adalah selalu berkata, "masa aku yang ...... sih kak? ðŸ˜‚😂😂"
kalimat keluhan standar dari seorang adik, tapi disertai emoticon yang seperti itu, menyatakan ia tak mengeluh, hanya tak percaya, kenapa diberikannya ke dia.
Jumat pagi sebelum berangkat kampus, tiba-tiba Aku teringat padanya. seketika terpikir, apa yang bisa kulakukan untuknya mengingat pada malam sebelumnya Aku menolak untuk menjadi moderator di salah satu talkshow dalam rangkaian acara. Duh dek, kalau kamu suruh aku menulis, aku bersedia deh, kalau untuk berbicara........haha

Tiba-tiba Aku teringat diriku setahun yang lalu, bagaimana hectic-nya Aku di hari itu, di hari H KIAS. Bagaimana rasanya lupa lapar, lupa capek, tapi tak ada orang yang mencoba untuk memperdulikan itu. Memang salahku juga sih, mana bisa berharap kepedulian datang jika kita tidak memberitahu kepada yang lain tentang apa yang kita rasakan, tapi entahlah mungkin aku yang terlalu eogis, aku berharap ada yang datang memberikan kepeduliannya tanpa ku minta. Seolah ia tahu bahwa aku membutuhkan itu tanpa kuberitahu padanya tentang apa yang kubutuhkan.

Aku --secara egois lagi-- tak ingin adikku ini menjadi sepertiku waktu itu. Seketika berfikir untuk membawakannya bekal. Hal sederhana sebenarnya ; supaya dia gak lupa makan.
Sedari pagi ku chat terus, "dek lagi dimana?"
"jam 10 kira-kira aku bisa temuin kamu dimana?"
"hey udah dimana? aku ke tempat kamu deh."

     "bentar kak, aku lagi gak di teknik, nanti kalau udah di teknik aku kabarin."
     "kak tika dimana? aku mau ke kober dulu ambil cetakan pin. jangan kemana-mana nanti aku kesitu lagi."
     "kak, masih disitu? aku lagi responsi kelas nih.."

Akhirnya, baru bisa bertemu dan duduk bareng dengannya jam 5 sore, sedangkan bekalnya sudah siap dari jam 10 pagi.
"Kamu gak usah makan ini deh, udah dingin banget, udah siap dari jam 10 pagi tapi baru dimakan jam 5 sore. Aku gak enak jadinya.."
     "Gakpapa..sini. apaan ini kak?"
"Yaudah makan aja. Pasti daritadi belum makan ya?
"
ia hanya balas tertawa kecil, membuka kotak bekalku sembari terharu-haru gitu, "kak pinjem HP, mau aku foto. HPku memorinya penuh."

Sebahagia itu Aku melihat senyum di wajahnya, aku ceritakan bahwa tahun lalu aku juga seperti dia, tahun ini aku gakmau dia jadi sepertiku dulu. "Berarti tahun depan Aku harus begini juga dong sama wakaops 2016 nanti?", tanyanya sembari tertawa.
"ya terserah, kalau kamu rasa perlu, ya lakuin aja."
Bekal dingin itu dimakan habis, haha entahlah aku jadi terharu sendiri.

Dek, aku emang gak bisa kayak kakak-kakak kamu yang lain, gak bisa kasih saran yang super atau langsung mengatakan "iya" ketika kamu memintaku untuk menjadi front man atau apapun itu di depan. Tapi sebisaku membantu mengatasi itu dengan caraku. Tak perlulah ku beritahu bagaimana aku membujuk oranglain yang (lebih kompeten pastinya) untuk menjadi moderator menggantikan aku, bagaimana aku langsung mengatakan "iya" ketika diminta untuk menjadi mentor walau cara memintanya yang to the point, di H minus berapa hari acara puncak. Karena aku cukup merasakan menjadi Kamu, setega itukah aku menambah kesusahanmu disaat kamu sedang susah dengan yang lain?
Aku akan melakukan apapun yang bisa ku lakukan, dengan cara terbaik. Se-niat itu memang Atika jika sudah menaruh minat pada sesuatu, pun pada seseorang.
Senin ini, kuliahnya libur, tak ada matkul katanya. jadi mungkin, senin ini ia beristirahat total di rumah.

Teruntuk adikku yang sejak jumat hingga minggu berteman dengan toa, HT, HP, pulpen dan kertas di tangannya, yang minggu pagi nyengir di hadapanku dan berkata, "kak aku udah mandi dong." terimakasih karena sudah memberitahuku apa dan bagaimana definisi dari "sayang" itu :)

foto candid :p



Senin, 05 Oktober 2015

Pro dan Kontra...Gatau, bingung.

sumber : www.suv-cars.de
Gaktau, bingung.
Akhirnya aku bisa menuliskan sesuatu disini, lagi T.T
Percayalah sejak postingan terakhir kutulis, aku ingin keesokannya langsung menulis lagi. Tapi ya gitu, waktunya terlalu banyak ku pakai leha-leha, padalah kalau dipakai untuk menulis kan bisa menghasilkan sesuatu. Memang ya, nikmat yang paling sering dianggap remeh itu waktu sehat dan waktu luang. #terussedih

Jadi..gaktau, bingung.
Sekarang jarang update berita dari TV. TV sekarang jadi kayak radio buatku. Didengerin suaranya doang, iya dari kamar. Dan yang terdengar bukannya berita, tapi gosip selebritis terus. Kalau kata ibu, "hiburan". Aurel sama miminya berantem di instagram aja sampe heboh jadi headline infotainment tiap pagi, tetapi korban-korban asap di Riau, cuma jadi breaking news, bahkan running text di TV. #terussedihlagi

Dan ya gaktau, bingung.
Selama beberapa hari belakangan ini banyak peristiwa-peristiwa yang terjadi, bukan sekedar lewat. Aku ikutin sih perkembangannya, tapi gak mendalam banget gitu. Misalnya ; suatu pagi baca celotehan di ask.fm tentang aktivis lingkungan, yang menolak penambangan di daerahnya. Ia menentang itu, akhirnya dibunuh sama yang pro dengan penambangan itu. Aku penasaran, aku search di google terkait beritanya, innalillahi..Gak kuat rasanya baca berita itu sampai habis. Sebegitu gak ada harganya nyawa dibanding tambang, dibunuhnya sadis banget :( Sampai e-mail-ku dikirimi petisi oleh change.org untuk menuntasan penyelidikan kasus itu. Tapi lagi-lagi gak jadi headline news di TV.

Tentang Pro dan Kontra.
Di semester 5 ini ada sebuah matkul yang mengharuskan kita taking sides of everything from pro and contra-nya. Nama matkulnya "Permasalahan Lingkungan dalam Isu Global" panjang ya, memang. Tahunku ini kebagian tema tentang plastik, tahun lalu tentang pesisir, jadi beda-beda gitu tiap angkatan. Iya, satu semester ini kita belajar tentang plastik 'aja'. Aja dalam tanda kutip ya, karena ternyata bahasan tentang plastik itu sendiri gak ada habisnya. Mungkin memang semua hal gak bakal bisa menemui akhir ya kalau dibahas terus. Sebegitu hebatnya ya ilmu, connecting the dots of information, and make it a new knowledge. Aku jadi tambah sadar gitu, kenapa menuntut ilmu itu wajib.
Kembali ke plastik tadi,
Kita sedang berada dalam dilema sebenarnya, di satu pihak banyak yang menkampanyekan untuk kita meninggalkan penggunaan plastik dan beralih pada barang lain yang lebih aman untuk lingkungan, semisal botol minum air mineral, yang biasanya kita beli, sudah , mari mulai sekarang ganti dengan tumblr. Kurangin penggunaan plastik dan mari mulai gunakan kantong belanja, atau bawa tas belanja dari rumah. Itu pandangan dari yang kontra plastik.
Dari yang pro plastik ya beda lagi.. semisal pemasok plastik kresek, pekerjaannya bisa hilang kalau semua orang beralih ke barang bukan plastik. Toko-toko swalayan yang sudah amat sangat bahagia dengan penggunaan plastik sebagai kantong belanja, lalu diganti dengan kantong bahan atau kantong belanja coklat yang biaya pengadaannya lebih mahal, kira-kira, mau tidak?
Benar kan, tentang plastik aja kita dilema sebenarnya, tapi enggak semua orang menyadari hal ini, ya karena masing-masing dah punya fokusannya sendiri, hal ini belum menjadi fokusan bersama.
Coba kamu sesekali, satu hari saja, hidup tanpa plastik? Bisa tidak? Susah ya kayaknya.
Pernah Aku coba, dari pagi udah gak main sama plastik, eh pas malamnya beli nasi goreng dibungkus, terus dibawa pulang pake plastik kresek item #yhaaa #gagal
Jadi gatau, bingung.

Lebih gress-nya lagi tentang Pro dan Kontra,
kemarin baru terjadi (lagi) bentrokan antara abang ojek online dan abang ojek pangkalan. Akibatnya tadi, pas mau pulang dari kampus, jam-jam sore, Aku pesan ojek online karena harus buru-buru sampai di tempat mengajar. Aku harus berjalan dulu keluar kutek, biar aman. Iya, Tika emang sukanya cari aman. Bukan sampe kutek ajasih. Jalan terus sampai Jalan Misan (itu salah satu gang di jalur angkot 04), baru abang ojek online nya "menampakkan diri".
Ia bercerita banyak. Dari beberapa kali order, baru sama abang ini yang dari naik sampai turun motor, perbincangan kita gak berhenti gitu, masih muda juga sih abangnya. Terus tadi gue yang nelpon dia, bukan dia yang nelpon gue. Gue yang nyamperin dia, bukan dia yang nyamperin gue. Khan ucul.
Terus? ya gitu, Pro dan Kontra abang Ojek Online, bahasannya udah banyak dimana-mana. Pasti udah pada tau juga, gak bakal dibahas juga disini, ilmunya kurang ah, gak mau sotoy.
Tapi intinya ya gitu, hidup kita ini sebenarnya dikelilingi oleh pro dan kontra, cuma kadang kita gak mau menyadari aja. Atau mungkin karena cara berpikir manusia beda-beda ya, ada orang yang menyadari pro dan kontra, dan langsung memihak ia ada di pihak mana. Buatku...itu sulit.

-----
Terus yang baca postingan ini komentar : "yaelah tik, idup lu gak jelas amat ginian aja dipikirin."
Iya emang. Gue suka gitu, suka memperhatikan sekitar, terus sadar, terus bingung, gue harus gimana? ya gitu. Sulit.

5 Oktober 2015
di sela-sela mengerjakan laporan praktikum
YEIY, akhirnya nulis blog lagi!