Senin, 27 April 2015

Mawar Matahari

"Gak nyangka gue, lo segitunya. Gak bakal lagi gue ganggu hidup lo. Hidup aja sesuka lo. Simpen aja terus tuh egois lo!"

Postingan dengan awal yang kurang baik memang. Tapi begitulah.
Hari ini, seseorang marah besar, yang katanya karena keegoisan seseorang yang ia bentak itu.
Mari kita panggil ia dengan sebutan mawar, dan orang egois satunya lagi kita sebut Matahari.

Hari ini Mawar sengaja bangun lebih awal karena ingin mengantar Matahari menuju kampusnya. Begitu cerita dari mawar. Singkat cerita si Matahari memang selalu meminta bantuan kepada Mawar dalam hal apapun. Baginya, Mawar adalah sosok kakak. Mawar mengganggap Matahari seperti adiknya sendiri.
"Tugas lo nurut aja sama gue. Tugas gue gangguin lo.", Kata Mawar di suatu waktu.

Pagi tadi, Mawar marah besar, karena menurutnya, Matahari tidak sabar, terlalu egois. Tidak mau menunggu barang sebentar, malah lebih memilih menggunakan transportasi umum ke kampusnya, padahal ia sudah mengorbankan waktunya dan tamu bisnisnya pagi itu.
Padahal menunggu Mawar datang 30 menit kemudianpun, Matahari bakal lebih cepat sampai di kampusnya. Tapi Matahari tidak sabar.
Andai Mawar tahu, ada sesuatu yang jika ia ketahui dari Matahari, ia akan menjadi tidak enak pada dirinya sendiri.
...Karena kadang, membiarkan seseorang hidup dalam persepsinya sendiri itu lebih baik daripada ia harus mengetahui kenyataan yang sebenarnya.
***
Matahari bukan tipe orang yang mudah mengalah, jika tidak salah, ia tidak mau disalahkan, bahkanpun ketika ia salah, ia akan mencari-cari pembenaran-pembenaran sehingga gagasannya bisa sedikit diterima. Keras kepala memang, egois.
Oleh karena itu, meski awalnya ia bilang akan membiarkan sang Mawar hidup dalam persepsinya sendiri, akhirnya ia jelaskan juga alasan-alasan logis atau mungkin bisa disebut pembenaran untuk sikapnya.
Mawar menerima, ia memang marah, tapi katanya, rasa sayang pada adiknya ini, jauh melebihi rasa marahnya.
***
Belakangan memang, Matahari selalu mencari cara agar ia dan Mawar bisa bersikap wajar. Karena beberapa alasan yang mereka berdua sama-sama tahu.
Sang Mawar akan meminang Melati, salah satunya.
Mungkin tak sepenuhnya akan meninggalkan Matahari, tapi pasti jadi berbeda prioritas lagi kan?
Matahari ingin belajar mandiri, supaya nanti ia tak kaget ketika Mawar sudah bersama Melati.
Inginnya begitu.
Tapi praktek selalu tidak semudah teorinya.
Cara baik-baik tak bisa membuat ia dan mawar menjadi biasa.
Tak disangka, terjadi insiden tadi pagi itu.
Padahal Matahari sudah menerima keadaan yang seperti tadi. Dirinya disalahkan. Mawar tidak mau lagi berhubungan dengannya.

...Jika cara baik-baik tidak bisa mewajarkan keadaan, cara yang buruk mungkin tidak akan lagi disebut buruk jika keadaan yang telah tercipta sekian lama bisa menjadi wajar...

Sampai jumpa Mawar! :)
Tak apa hidup dalam persepsimu sendiri tentangku, jika dengan begitu, bisa membuat keadaan menjadi lebih wajar.
Biarkan Matahari menjadi mandiri dengan caranya.
Seperti katamu tempo hari, "Sayang bukan dengan mengekang, tapi membiarkannya tumbuh dalam pengawasan."

Salam untuk Melati.
dari Aku,

Matahari
***
dengan peng-analogi-an
based on true story
27-04-2015
***
By the way, gerimis hadir hari ini, walau tidak membawa hujan, setidaknya ia membawa pesan dari langit untuk bumi. Aku senang. :)


Minggu, 19 April 2015

Sedikit Cerita Saja.

Sedikit cerita teruntuk kamu...
Kamu yang sering pulang pergi kampus atau melewati jalan belakang stasiun UI atau yang lebih terkenal disebut Kober.
Aku bingung mau mulai darimana sebenarnya, jadi maaf ya kalau nanti random, tapi semoga maksud dari tulisan ini bisa sampai di kamu. :)
***
Biasanya kapan sih kamu lewat jalan belakang stasiun UI itu?
Kalau Aku biasanya pagi saat ingin menuju halte st. UI, menunggu bikun biru atau kadang merah untuk menuju ke Teknik.
Atau sore hari ketika pulang, menyebrang jalan margonda untuk kemudian naik angkot menuju ke terminal Depok.
Ada yang menarik perhatianmu kah selama perjalanan di belakang st. UI itu?
Ayo coba pikir-pikir lagi....


Sering atau selalu kamu lihat kakek-kakek penjual kue lepet, bapak penjual kue semprong, kakek-kakek dan anak-anak penjual tissue yang sering ada di situ?
Terbayang gak tadi, saat Aku bertanya apa yang menarik perhatianmu adalah pertanyaan ini? hehe

Jadi ceritanya begini,
beberapa bulan yang lalu Aku sempat membuat tulisan tentang kakek penjual lepet. Cek disini.
Nah ternyata sekarang, si kakek ini sudah tidak lagi berkeliling kampus menjajakan lepetnya (atau mungkin masih, tapi Aku gak memperhatikan dengan seksama), sekarang beliau membuka lapak dagangannya di halte stasiun UI. Sering lihat gak?
Kakek tua pakai peci, sering pakai batik, dagangannya ada di dua tempat anyaman bambu yang biasa dipikul (gatau apa namanya).
Atau
Seorang bapak penjual semprong yang duduk di pinggir jalan kecil di situ?
Selalu tersenyuk ramah dan berkata pada tiap orang yang lewat, "semprongnya neng/mas?"
Atau
Seorang kakek penjual tissue, pakai tongkat berkaki, biasanya jual tissue ukuran kantong, mondar-mandir dari halte sebelah kiri ke sebelah kanan, menjajakan tissue nya.
Ternyata bukan di halte stasiun saja yang seperti ini. Hampir di semua tempat ada ya?

Tapi tulisan kali ini Aku coba fokuskan untuk kamu.
Untuk kamu yang sering lewat jalan belakang stasiun UI, pasti sering melihat mereka kan?

Aku mengajak kamu untuk berfikir sejenak, sejenak saja, lalu bertindak. :)
Coba sesekali beli dagangan mereka, tidak usah setiap hari. Cukup sesekali.
Pasti kamu sudah sangat sering mendengar ajakan ini, bahkan mungkin banyak tulisan-tulisan semacam ini di mana-mana. Tapi kondisi ini dekat denganmu loh, ada di lingkungan sekitarmu, lingkungan tempat kamu menimba ilmu :)

Mereka masih berusaha untuk berdagang, tidak mengemis.
Kalau kamu beralasan, "dagangannya mahal, kalau ngasih ke pengemis kan cuma seribu juga gapapa."
Seberapa mahal sih dibanding uang jajanmu sehari? hehe kan tidak untuk setiap hari kamu beli, tapi sesekali saja. Seminggu sekali, atau sebulan empat kali :p

Andaikan, ada 10 orang saja yang berpikir sama seperti kamu itu, 1000x10 = 10.000, cukup buat beli satu bungkus semprong.
Dari ke-10 orang itu semuanya melakukan hal yang sama, memberikan seribu rupiahnya pada pengemis, yang (maaf) hanya menengadahkan tangan saja di sudut jalan, bukannya berusaha.
Bukan berarti melarangmu berderma pada pengemis, silakan saja. Kan memang wajib menyisihkan paling tidak 2.5% hartamu untuk yang membutuhkan.
Tapi, paham maksudku kan? :)

Ini belum uji ataupun survei apapun sih, hanya selintas pikiranku saja, "Bagaimana kalau pedangan-pedangan itu berpikiran bahwa lebih baik mengemis daripada berjualan? Toh lelahnya tidak seberapa tapi hasilnya sama bahkan lebih banyak. Mungkin ini berlebihan tapi bagaimana kalau ini memang benar yang mereka pikirkan? dan kita (aku dan kamu) adalah salah satu penyebab mereka berpikiran seperti itu? :("
Astaghfirullah...

Sebelum menulis ini, Aku agak ragu, takut dikira sok atau mau pamer karena telah membeli dagangan mereka. Tapi Bismillah, Aku luruskan niat menulis ini untuk mengajak kamu.
Jadi..
Sudah merasa ku ajakkah kamu? :")

*ps : tentang anak-anak kecil yang berjualan tissue, kemarin mereka naik bikun yang sama denganku. Mereka duduk di 3 kursi pertama belakang pak Supir, Aku diseberangnya. Tak ada yang menghiraukan mereka termasuk Aku, sampai ketika seorang perempuan belum berhijab masuk, duduk manis di samping mereka dan mengajak mereka berbicara. Membeli masing-masing satu tissue dari ketiga bocah itu, Sumringahnya bukan main! :")
Dalam hati Aku malu, malu pada diriku sendiri. Katanya seorang Muslimah harus selalu membudayakan kebaikan dimana-mana. Tapi kenapa Aku diam saja? :(

Atika Widiastuti
H-60 Ramadhan

Sebelas April yang Ke-Dua Puluh Kali :)

Hallo, Assalamu'alaykum! :)
Hari ini Atika ulangtahun, yang ke-dua puluh. Usia bertambah namun sejatinya berkurang :(
Ini adalah beberapa ucapan dari teman-teman.
Mau Aku dokumentasikan di sini haha, alay dikit gapapa lah yaaa
Kapan lagi yekan :P

"Cie kepala dua yak, makin-makin ya tik. Semoga semua yang diharapkan berjalan dengan lancar dan selalu diberi keberkahan. Aku memang enggak spesial untuk kamu tapi kamu terlalu spesial buat kita yak kita semua yang ada di sekelilingmu. :)" - Dwita

"Atika, barakallahu fii umrik yaa.. Selamat milad. Semoga apa yang disemogakan tidak hanya berhenti di semoga." - Alfiqie

"Happy milad tikaaa!!! Kawan seperjuangan di DTS. Semoga diberikan kelancaran dalam setiap langkah dan hembusan nafasnya!!! Lulus Agustus 2017 yaaah bareng kitaaa. Pokoknya dunia akhirat deh :)" - Muthiah

"ATIKA SELAMAT ULANGTAHUN :* Semoga sukses kuliah dan organisasinya. Semoga sukses di dunia dan bahagia di akhirat. Semoga lancar belajar dan cepet lulusnya. Semoga lancar rezeki dan jodohnya juga. Semoga selalu dalam naungan Islam dan lindungan Allah. :)" - Ayuningtyas

"Selamat milad Ka Atika. Barakallahu fii umriki. Semoga umurnya berkah rezekinya bertambah :) Semoga selalu diberikan kesabaran oleh Allah. #TikaHarusKuat Love youuu.." - Eka dan Eli

"Selamat milad teman kecil ^^ Barakallahu fii umriki Atika. Semoga sehat selalu. sukses kuliahnya, tambah dewasa. :)" - Devi

"Happy birthday Tika.. Udah kepala dua nih. moga makin dewasa ya. Sukses selalu, semoga apa yang diinginkan tercapai. Cepet nikah yak hoho!!" - Novia
birthday poster(1)
Barakallahu fii umrik Tika. Barakallahu Semoga........................................ aamiin. - Genk Syiar
Request salam dari pantai Anyer hehe

"Dedicated to a person who has been unfortunate to always be there for me, who is currently KZL bgt sama gue, I can't say much, from the corniest recesses of my mind, I just want to say 'selamat menginjak kepala 2, TUA LO!!!" - Ahadya

"Tika hari ini 20 tahuuuun. Yeay, Barakallahu. Tika udah kepala dua -.-v" - Amara

"Selamat ulangtahun Atika. Semoga jadi bunda yang sholehah, jadi insinyur, proffesor, doktor, hafidzah. Semua yang tika inginkan dan butuhkan bisa tercapai." - AO

"Barakallahu fii umrik Tika Mbul~ Lupakat m*a*d*a*t itu masalalaumu." - Rani

"Bunda Tika selamat milad yaa cantik. Barakallahu fii umrik. Jangan galau lagi tentang masa depan. if it's meant to be, it'll be. Apalagi masa lalu hehe, Semangat terus yaa. Peluk cium sayang dari Vina Cantik.. :* - VD

"Happy milad kakak Cantik, Atika Widiastuti. Barakallahu fii umrik!! <3 pasti kakak nungguin ucapan dari Aku kan? wkwk. Aku sengaja ngucapin jam segini, biar jadi prang terakhir yang ucapin. Karena yang terakhir pasti yang paling diingat. :P

Aku turut berduka atas perginya waktu-waktu yang tidak akan pernah kembali. Tapi Aku turut bersuka juga karena ulangtahun itu waktu untuk bermuhasabah untuk diri kita sendiri, yang nantinya insyaaAllah membuat kakak jadi lebih baik. :8
Selamat bermuhasabah kakak cantik. Semoga semakin disayang Allah <3" - Maryam
ps : anak ini ngucapin jam 23.58 WIB

"Selamat ulangtahun Atikaa!!! Sukses kuliahnya biarpun kegiatannya banyak yaaa T_T :*" - Dita
terimakasih dita! :)
"Barakallahu fii umrik Atikaaa.. Semoga panjang umur, sehat selalu, diberi kebahagiaan, keselamatan, reseki yg tiada putusnya. Dilancarkan segala urusannya. Sukses kuliahnya, semakin berkah umurnya. Aamiin :)" - TM

"Tikaa. Selamat ulangtahun yaa. Apapun yang tika inginkan, impikan, citakan, mudah-mudahan terwujud semua. Tiup lilin dan nyanyi happy birthday nya digantiin sama ucapan do'a dari sini yaa.." - DA

"Barakallahu fii umrik Atika, semoga berkah usianya, tercapai segala cita-citanya. Bahagia dunia akhirat. :)" - Ka WA

"Selamat ulangtahun Tika. Barakallahu fii umrik.. Semoga senantiasa diberi umur yang berkah dan bermanfaat, dilancarkan segala urusannya." - SK

"Happy birthday Atika.. Semoga makin sukses di dunia dan di akhirat nanti yaa, makin soleh makin lancar rejekinya dan didekatkan jodohnya. Sukses teros tik. Happy birthday! :)" - ED

"Happy birthdaaaaaaaaaaaaaaaaaaay. Panjang umur sehat selalu lancar rejeki aamiiin..." - ER

"Tika happy birthday. Met milad. Selamat ulangtahun. Semoga makin sholehah, dewasa, sukses kuliahnya, berkah umurnya. Aamiin." - SR

"Atikaa barakallahu fii umrik.. Sukses selalu dunia akhirat, urusannya dipermudah, enteng rezeki dan jodoh yaaa ;) Aamiin.." - Ka NA

"Atika ; gadis yang berusia 20 tahun. Akhwat teknik UI yang sedang berusaha menggapai mimpi-mimpi. Semoga keberhasilan dari-Nya selalu menghampiri." - Ka AS


"Selamat ulangtahun, Atika Widiastuti!!! Semoga sukses jadi muslimah teknik, semoga sisa umurnya bermanfaat, dan semoga Silvestre ditraktir. Semoga bisa melihat pantai-pantai di Indonesia di kala senja dengan senyumnya. :) - DF

"Selamat ulangtahun Atika. Semoga sukses terus dan diberikan yang terbaik. Semangat di Tekniknya yaa.." - BSP

"Selamat ultah yaa.. Barakallahu fii umrik Atika. Semoga dipermudah yaa semua apa yang diharapkan dan dapat tercapai. Dijadikan perempuan muslimah yang indah akhlak dan cintanya. Dipertemukan jodohnya di waktunya. Aamiin ya robbal 'alamin. Ciee kepala dua nih sekarang. Udah dewasa yaa.." -PS

"Ada yang lebih nyala dari rona Purnama. Doa-doa yang terapal dari bibir lirih yang penuh harap, harapan untuk seorang Adik. Semoga setiap hela nafas bernilai kebaikan. Wish U all the best! :) Kapanpun do'a dipanjatkan ia tidak akan pernah telat tiba di sisi-Nya kan? :* - Ka DA



Sebenarnya masih banyak yang lainnya. Apalagi di zaman teknologi dan maju kayak sekarang ini. Ucapan-ucapan di grup maupun yang langsung. Walau yang tak langsung menggunakan perantara, tapi ketulusan mengucapkannya sampai kok ke hati #eaa
Semoga semua do'anya terkabul. Atika di usia 20 tahun bisa mewujudkan semua doa temen-temen.
Sampai bertemu lagi, 11 April 2016 di usia bioskop! :")

Atika Widiastuti
very latepost
*harusnya ini diposting tepat tgl 11, tapi tetiba mager dan baru dilanjutkan sekarang haha







Kamis, 09 April 2015

Kusebut Nyata

Biasanya, do'a yang kupanjatkan setelah sholat selalu sama,
do'a untuk kedua orangtuaku. Selebihnya Aku sebutkan dalam satu kalimat,
"Ya Allah, lancarkanlah semua kegiatanku hari ini, dari mulai detik ini Aku berdoa sampai nanti Aku kembali ke rumah lagi."
Jika sedang ujian atau hendak kemana, baru Aku tambahkan do'aku menjadi lebih spesifik.

Tak pernah ku khususkan doa untukmu,
Kamu yang masih samar di masa depan,
Tak berani Aku menyebut nama dalam tiap do'a
Meminta-Nya untuk mendekatkan hatiku dan hati orang yang kusebut

Hingga pagi tadi selepas subuh,
Setelah do'a untuk kedua orangtuaku,
Pikiranku sadar betul apa yang terucap oleh bibir,
kusebut nyata namamu.
Sangat nyata.
Bahkan hatipun ikut berdetak ketika namamu kusebut.

Lantas Aku menjadi takut.
Takut sedih jika ternyata bukan kamu
Takut kecewa jika ternyata, kamupun melakukan hal yang sama dalam do'amu,
kamu menyebut suatu nama.
Apakah kamu sadar akan keberadaanku jika pengharapanmu saja sudah terfokus pada satu orang?

Dan bagaimana jika Ada seseorang yang menyebut namaku dalam do'anya,
ia menjadi seperti diriku dalam pengharapan padamu.
Akankah Aku sadar akan keberadaannya jika pengharapanku saja sudah terfokus pada kamu?
Selalu sulit membayangkan jika kita tidak berada di posisi tersebut.

Itulah alasan mengapa Aku tak pernah mau menyebut nama.
Tapi, tadi.........
Aku.
menyebut.
Namamu.

Waktu Subuh di Depok
Atika Widiastuti

Selasa, 07 April 2015

Postingan Random tentang Empat Hal

Akhirnya, curhat lagi di sini setelah sekian lama postingan isinya prosa melulu. Jadi hmm sebenarnya banyak sekali yang ingin dituliskan di sini. Jadi mari dimulai saja, mungkin random karena judulnya pun begitu. Dimulai dari tentang diriku, dan mungkin semua curahan hati di sini isinya memang tentang diriku haha

Atika sudah semester 4 di tempat kuliahnya. Tapi sampai sekarang masih belum tahu "tujuan hidup"-nya apa. Akademis biasa saja, organisasipun demikian. Entahlah sedikit sekali orang yang ku kenal, yang baik di kedua bidang tersebut. Pasti unggul di salah satunya *nambah kenalan makanya*
Bukan dalam arti meninggalkan keseluruhan yang satu untuk mengunggulkan yang satu, tapi unggul yang satu dan biasa saja di satunya lagi.

Sebenarnya, Aku mau fokus kemana?
Teman-teman yang lain sudah seringkali submit abstrak ke berbagai perlombaan sampai ikut konverensi di luar negeri,Aku memperbaiki bahasa inggris saja masih enggan. Mana ada yang langsung bisa tanpa belajar?
Ada lagi yang ikut PKM dan lolos atau berwirausaha kecil-kecilan atau mengikuti karya tulis dan walaupun tidak juara, tapi seengaknya mereka mau mencoba. Semuanya itu DIMULAI. Dan Aku memulai saja enggan. Maunya apa? :(


Yang kedua adalah, umur. Ah, tahun ini sudah masuk ke-nol kedua dalam hidup. Dari buku yang pernah ku baca ada kutipan begini, "Setiap kamu memasuki nol baru dalam usiamu, itu berarti kamu memasuki fase baru dalam hidupmu."

Beberapa hari lagi Aku memasuki angka itu, 20, dua puluh tahun. Fase baru di mulai beberapa hari lagi. Angka yang sudah cukup seharusnya untuk seseorang mempunyai tujuan hidup. Tujuan hidup tanpa tanda kutip seperti yang di atas.
Tapi lagi-lagi dan lagi-lagi, Aku belum memiliki itu.
Aku kembali lagi bertanya ke diri sendiri, "sebenarnya Tik, apa yang kamu cari, sih?"
Jawaban yang selintas lewat di pikiran adalah "Aku cari aman."

Kembali lagi ke masa-masa awal kuliah, kenapa memilih UI dan lebih terkhusus mengapa memilih Teknik Lingkungan?
Bahkan Aku-pun tak punya jawaban yang meyakinkan kecuali, "karena Aku ingin membuktikan pada keluarga Bapak dan keluarga Ibu bahwa ada keturunan mereka yang bisa kuliah di tempat yang akreditasinya bagus. Menghapus stigma bahwa biasanya orang Betawi itu gak bisa sekolah tinggi. Paling lulus SMA lalu dinikahkan. Dan Aku belum ingin bekerja seperti keinginan ibu agar Aku SMK saja waktu dahulu menentukan SMA atau SMK."
Hanya itu, hanya menghindari bekerja dan ingin membuktikan pada orang-orang, 'ini ada loh anak yang kayak gue. Beda dari pandangan-pandangan orang pada umumnya'
Apa bedanya dengan pamer? :(

Bukan jawaban hebat semisal, "Aku kuliah di UI di jurusan Teknik Lingkungan karena Aku ingin memperbaiki Indonesia, tetapi ahli lingkungan masih sedikit di sini dan semoga dengan adanya Aku, Aku bisa menjadi salah satu dari penggerak perubahan lingkungan yang sedikit itu"
Ah bahkan dulu masuk Teknik Lingkungan pun karena jurusan ini yang tidak ada saingannya untuk SNMPTN undangan waktu SMA. Tapi semakin kesini Aku mulai menyukainya, Alhamdulillah :)

Yang ketiga tentang teman. Teman sebaya yang Aku maksudkan.
Kalau teman yang biasa Aku panggil Kakak, itu beda hitungan.
Teman bermainku banyak. Tapi ada berapakah orang yang benar-benar Aku percaya untuk Aku ceritakan semua baik buruk dan kisah hidupku padanya?
Ada satu, hampir.
Tapi masih ada sekat antara kita dan sekat itu memang tak bisa dihilangkan bahkan sekedar dipindahkan.
Ini pandangan di usia 19 tahun, mungkin beberapa tahun lagi akan berubah.
Entahlah, orang-orang berlalu lalang dalam kehidupan, comes and go~

Aku susah mendeskripsikan Aku ini siapa. Seperti apa dalam bergaul tapi yang Aku tahu adalah, dalam berhubungan dengan orang lain, aku tak mau membuat lawan bicaraku sakit hatinya. Dan jika Aku sudah merasa nyaman dengannya, Aku akan melakukan apapun untuknya, termasuk mengorbankan kepentinganku sendiri. Aku selalu menomorsatukan perasaanku di sana.
Tapi jeleknya, ketika Aku tak mendapat balasan yang sama dari yang bersangkutan, Aku menjadi sedih. Sepertinya Aku perlu belajar banyak tentang ketulusan.

"Kamu bisa memberi tanpa cinta, tapi kamu tak bisa mencintai tanpa memberi.", kutipan kalimat di novelnya Tere Liye.

Yang keempat, ini agak sensitif jadi tak akan Aku bahas secara rinci.
Tentang kedua orangtua.
Aku sedang berpikir, kedepannya banyak momen-momen yang selayaknya kedua orangtuaku hadir lengkap, semisal wisudaku (mesti tak menjadi keharusan, tapi aku berharap sekali keduanya hadir), dan hmm menjadi pendamping di pelaminan pernikahan nanti mungkin(?) hehe
yang kedua random sekali-_-

Bisakah mereka bersama dalam jangka waktu tertentu untuk satu dan banyak momen berharga dalam hidupku? Aku harap jawabannya iya.
Sebagai Anak yang baik, apa yang bisa Aku lakukan sekarang?
Bahkan hal mendasar seperti membagi kasih sayang dalam porsi yang adil saja Aku tak bisa.
Selalu Ibu, bagaimana Bapak?

PS : Tadi baru saja membantu disertasi seorang S3 di FEB UI. Diskusi kecil bersama beberapa mahasiswa lintas fakultas dan lintas angkatan di UI tentang bahan disertasinya. Ternyata, diskusi itu cukup mengasyikan.


Atika Widiastuti
ditulis seraya mengumpulkan semangat untuk mulai menghitung lagi

Minggu, 05 April 2015

Memori




Karena sejatinya, ia takkan pernah bisa dihapus.
Sekuat apapun kamu mencoba.
Ia hanya bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain, masih di ruang yang sama, ruang memorimu. Mirip seperti hukum kekekalan energi.

Pantas jika semakin kamu berusaha menghapusnya, kamu akan semakin mengingatnya.
Yang melakukan pekerjaan berat itu tetap sama, memorimu.

Tapi pernahkan kamu coba untuk melibatkan hati di sana?
Dengannya, ada sesuatu yang mempermudah pekerjaan memorimu.
Ia selipkan keikhlasan untuk melepas relakan.
Sesuatu yang memori tidak miliki.

"Maka, maukah kamu melibatkan Aku dalam melepasrelakan apa yang tidak bisa kamu hapus dengan usahamu sendiri? :)", Kata Hati pada Memori.


Atika Widiastuti
Latepost

Setidaknya Pernah Sekali


Nyaman.
Mungkin itu kalimat pertama yang kau dapati dari dirimu padanya.

Setidaknya pernah sekali,
kamu hidup dalam cara berpikirnya.
kamu melihat dari kacamatanya.
kamu berargumen dari kata-katanya.
dan kamu menelan itu bulat-bulat,
menurutinya saja tanpa bertanya mengapa.
Sumber terpercayamu adalah apa yang datang darinya.
Karena apa?
Kamu bilang itu nyaman.

Suatu ketika kamu mendapati bahwa ada cara lain dalam memandang sesuatu.
Ada cara lain dalam menganalisis setiap kejadian.

Sampai seseorang memberitahumu, "sudut di busur derajat itu ada 360. Tapi tidak mutlak 360, tidak terbatas hanya pada 360 sisi. Ada 1 derajat, 1.111 derajat, 356.798 derajat, hingga 360 derajat.
Ternyata banyak kan? Tak terhingga.

Sudut pandang itu tidak cuma satu."

Kamu tertawa, merasa bodoh dengan yang terjadi padamu kemarin, betapa polosnya kamu.
Berawal dari satu kata yang kau resapi sendiri secara bebas, "nyaman".