Rabu, 29 Agustus 2018

BROMO MALANG BATU - Sebuah Cerita Perjalanan

Hai!
Aku memutuskan untuk posting tentang ini agar membantu teman-teman yang mau vakansi ke destinasi serupa, juga untuk mengabadikan perjalanan kali ini ke dalam bentuk tulisan, agar terekam terus. Di akhir tulisan nanti akan ada uraian bugdet selama perjalanan, jadi untuk teman-teman yang ingin pergi ke sana bisa memperkirakan keuangan, ya. Ini trip ekonomis bin irit budget, memanfaatkan yang bisa dimanfaatkan.

Perjalanan dimulai pada tanggal 10 Agustus 2018. hari Jum'at. Tiket keberangkatan adalah pukul 15.10 WIB sore hari dari St. Pasar Senen, sehingga setelah dikalkulasi, Aku harus berangkat setidaknya setelah Zuhur dari Depok. Adikku, yang paginya sekolah, langsung ku buru-buru untuk bergegas setelah ia pulang sekolah. Takut tertinggal kereta masalahnya, ia pundung, tapi tetap ikut terburu-buru juga.

Dari Jakarta kami pergi berlima, Aku, Adikku, Nisa, Adiknya Nisa (Arinda) dan Ibunya Nisa. Ibunya Nisa berhenti di beberapa stasiun sebelumnya untuk mudik ke Nganjuk. Jadi perjalanan sampai stasiun Malang hanya dilanjutkan oleh kami ber-empat.

10 Agustus 2018
Hari pertama, 16 jam dilalui dengan berkegiatan di kereta, makan, tidur, main, ngobrol, bersih-bersih, ibadah dll sampai esok paginya.

11 Agustus 2018
Di Stasiun Malang sudah menunggu kami, ada Fajar, sepupunya Nisa dan Arinda juga Joko, kenalanannya Nisa yang bisa dibilang jadi tour guide perjalanan ini. Joko ramah, baru pertama kali ketemu langsung menunjukkan aura akrab gitu. Fajar lebih banyak diam, belakangan aku tahu karena Fajar besar dan tinggal di Jawa, ia mengerti bahasa Indonesia yang kami ucapkan tapi bingung untuk meresponnya, makanya ia lebih banyak diam.
Mungkin rasanya seperti saat ada bule atau english speaker yang lagi berbicara, kita paham maksud dia, tapi kita sendiri bingung untuk merespon, bingung kosakata, grammar, dll-nya. Gitu.

Joko langsung mencari mobil sewa-an kami di sekitaran stasiun, kami mengikutinya. Oh iya, ini penting. Saat persiapan sebelum berangkat, dipastikan dulu selama di sana  akan menggunakan transportasi apa. Angkutan umum sih ada, ojek online juga kabarnya sudah masuk Malang. Tapi agar lebih mudah menjelajah Malang-Batu, kami menyewa sebuah mobil. 350 ribu untuk 12 jam, muat sampai 7 penumpang, harga itu adalah untuk mobil dan supir, belum termasuk bensin. Pilihan sewa mobilnya ada banyak di internet, kamipun menemukannya dari sana, dan cari yang termurah; 350 ribu.

Setelahnya, Joko mengajak kami makan di sekitaran stasiun Malang, makan rawon, untuk pertama kalinya untukku, jelas. Makan pagi kali ini ditraktir Nisa, baik banget emang dia tuh. Tau gitu, nambah ya :p

Lalu kami beranjak ke Taman Tugu, disana berfoto-foto sebentar lalu pergi lagi. Taman Tugu indah kalau malam hari, karena lampu bunga-bunga nya menyala. Aku hanya sempat melintas ketika malam, melihat dari dalam mobil. Joko juga sempat bercerita bahwa di bawah Taman Tugu, dulunya ada lorong yang menghubungkan beberapa tempat di Malang. Tapi entahlah... jadi legenda.
Atika dan Frida, kesilau-an
Fajar, Nisa, Frida, Arinda, Joko
kalau malam, bunga lampunya menyala


TAMAN SELECTA
Waktu sebelum berangkat, aku beberapa kali sempat searching di internet, destinasi apa yang harus dikunjungi ketika di Malang, munculah "Taman Selecta", sebuah taman yang terletak di Kota Batu, tiket masuknya lumayan mahal, di web saat itu 25 ribu per-orang, tapi karena melihat foto-foto tempatnya yang bagus, maka saat disana kami memasukkan Taman Selecta sebagai salah satu tempat destinasi. Perjalanan lumayan jauh, satu jam lebih mungkin. Tapi jalanannya gak macet sama sekali, padat lancar. Cuacanya adem, hawanya sejuk. Ah betah!

Sampai disana, ternyata harga tiketnya 35 ribu per-orang. Waw mahal juga. Tapi ya gapapalah, udah terlajur sampai di sini. Akhirnya kami masuk, dan ya.... agak sedikit melenceng dari ekspektasi kami saat melihat foto-foto di internet. Taman ini lebih kecil dari Taman Bunga Nusantara, tapi di dalamnya cukup lengkap, ada berbagai macam wahana, yang tiketnya harus beli lagi terpisah dari tiket masuk. Mungkin untuk warga sekitaran Batu Malang tempat ini worth it banget untuk dikujungi karena di dalam taman ini juga ada kolom renangnya. Jadi bisa setelah puas berenang, lalu foto-foto di taman, dan satu dua kali naik wahana permainan di sana. Tapi untuk pelancong seperti kami, tidak ada yang bisa dilakukan selain foto-foto dengan backgound bunga -dan naik wahana jika memang ada budget-nya.




Serasa tak ingin sekali meyia-nyiakan tiket 35 ribu tersebut, maka aku, memuaskan diri dengan memotret apapun yang bisa dipotret! Ini beberapa hasilnya, lumayan.. bisa dijadiin wallpaper laptop dan Hp, hehehe





Setelah 'puas' berkeliling taman dan foto-foto. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke Coban Talun, OYOT. Coban itu berarti Curug dalam bahasa Jawa. Medan ke Coba Talun lumayan bikin capek sih. Naik-turun, jalurnya tanah, halus, berdebu, dan belum ada pijakan untuk kakinya. Tapi sampai sana, cukup puas untuk sekedar merendam kaki dalam air. Padahal biasanya Aku akan langsung 'nyebur' main air kalau itu curug di daerah Jawa Barat, ada pakaian ganti dan memang itu tujuannya, kan. Tapi di Coban Talun ini ku tahan..... cukup merendam kaki dan berfoto-foto saja. Foto pakai HP karena mau irit batere kamera, hehe.





Selesai main air di Coban Talun, kami melanjutkan perjalanan ke Alun-Alun Kota Batu. Ah, Alun-alun seperti ini, yang kenapa tidak ada di kota Depok T.T rasanya seru, duduk-duduk mengobrol di bangku taman, sembari makan jajanan gerobak, yang banyak macam dan harganya murah. Menghabiskan sore. Beli susu dan sempol, sesederhana itu.




Puas duduk-duduk disana, dan untuk mengejar waktu juga, karena jam 7 malam, mobil sewa-an harus kembali ke asalnya, ternyata dihitungnya dari jam 7 pagi ya, padahal kami mulai pakai jam 10. Perjalanan kembali ke Malang lumayan padat, enggak macet. Di perjalanan kami mampir dulu ke tempat oleh-oleh, Lancar Jaya namanya, sepertinya sangat terkenal di Malang. Kami membeli makanan khas Malang, kripik tempe, juga makanan oleh-oleh lainnya. Belanja di sini, jika di atas 75 ribu akan diberikan kardus tenteng, jadi gak ribet dan repot bawa belanjaannya.

Curhat sedikit, sampe sekarang masih nyesel kenapa cuma beli enam bungkus kripik tempe, karena rasanya enak banget :( pas cek di shopee ada yang jual tapi satuannya harga 9.000. Padahal aslinya 6.500, dan 1 kg cuma muat 5 plastik. Kayak sayang diongkir dan selisih harganya gak sih, hehehe... Oh iya, entah ini mbaknya lupa masukin atau kardusnya gak muat, pas dicek di rumah, sari buah yang adalah salah satu oleh-oleh yang kubeli gak masuk kardus ternyata. Hmmm....

Mampir ke sebuah masjid di daerah perumahan dalam, kami solat dan bersih-bersih diri. Selesai itu lanjut menuju Alun-Alun Kota Malang. Lagi-lagi, kenapa tidak ada tempat seperti ini di Depok T.T ditempat itu kami berpisah dengan pak supir dan mobil sewa-an kami.


Untuk menuju Bromo, kami akan dijemput pukul 12 malam. Saat itu masih pukul 7 malam, lalu sekarang kita akan kemana? Beruntung Fajar ingat bahwa ia punya sodara (yang berarti adalah saudara Nisa dan Arinda juga) di sekitaran alun-alun Malang. Maka kami memesan grabcar menuju kesana.

Kami di rumah Saudaranya Fajar sampai pukul 23.30 malam kemudian dijemput mobil dari travel agent tempat kami mendaftar trip.  Di sini bergabung Malfin, teman kuliahnya Joko.

12 AGUSTUS 2018
Sampai di basecamp sekitar pukul 01.00 pagi, menunggu jeep sebentar lalu berangkat. Niat awal di dalam jeep ingin tidur, tapi ternyata 'jeep' dan 'tidur' tidak bisa berjalan beriringan, sepanjang jalan berlubang-lubang, goyang kanan goyang kiri, saling kepentok kepala dll, akhirnya aku memutuskan untuk menikmati saja perjalanannya. Salut banget sama bapak driver-nya, hebat banget bisa aman bawa jeep di jalan begitu.

Travel agent kami ini namanya Wisata Ngalam, @wisatangalam username-nya di IG, untuk trip Bromo ini, satu orang kami membayar 250 ribu. Sudah termasuk mobil untuk penjemputan di manapun selama masih di daerah Malang (kami dijemput di tempat saudaranya Fajar), mobil jeep dari basecamp travel menuju ke Bromo, juga diantar kembali untuk pulangnya ke lokasi penjemputan awal. Cukup murah dan terjangkau sih menurutku.

Sampai Bukit Kingkong pukul 03.00 pagi, suhu di sana jangan tanya deh, dingiiiiiiiiiin banget. 4 derajat! Pakai jaket dan sarung tangan pun rasanya gak ngaruh. Sampai sana di jam 3 pagi sudah ramai, turis lokal juga bule dari berbagai negara kumpul jadi satu. Padahal sunrise juga baru muncul pukul 05.00-an lewat, kan. 2 jam menunggu, kami berjibaku dengan dingin sembari mencari spot yang kira-kira bagus untuk difoto ketika nanti sunrise nya sudah muncul. Ah ternyata dimanapun sama rame-nya.

Tapi satu yang pasti adalah, bintang-bintang di sana, sedekat itu. Berasa kayak lagi ada di Planetarium, tapi bedanya, yang ini bintangnya asli, nyata, di depan mata. Untuk sesaat dingin tak terasa, yang ada adalah rasa syukur, karena mataku, bisa sebegitu hebatnya menangkap gambaran ini. MasyaAllah! gak bisa difoto pakai kamera yang kubawa, apalagi pakai HP. Tapi mataku, ia jelas merekam semuanya.

Dan sepertinya untuk sesaat, aku sempat tertidur, di waktu kedinginan itu, saat teman-teman yang lain antri untuk wudhu dan buang air kecil. Karena antrian cukup panjang dan kamar mandi hanya dua.

Sedikit dokumentasi suasana Bromo dari Bukit Kingkong :
gak ada spot yang kosong

Frida si hidung minimalis

Ini bromo udah agak pagi, file asli belum diedit, bagus ya...

Frida ber-background bromo

Atika (udah enggak) kedinginan

Udah mirip poster-poster buat quotes motivasi belum?
Akur sekali adik kakak ini
Pukul 06.00 pagi kami turun dari Bukit Kingkong, dan ternyata bapak supirnya menunggu sejak kami naik pukul 03.00 tadi. Kami langsung diajak berkeliling Taman Nasional Bromo ; Bukit Savana Telletubies, Pasir Berbisik, Kawah Bromo, satu lagi aku lupa namanya. Cukup lama kami berfoto dengan jeep ber-background Gunung Bromo, karena tidak ingin menyia-nyiakan momen. Cukup banyak sampai sempat satu persatu naik ke atas jeep untuk difoto bergantian.







Lanjut ke kawah Bromo, disana lagi-lagi kami hanya berfoto saja, karena dari kejauhan sudah terlihat antrian manusia di tangga menuju kawah, berjejer seperti semut, maka kami urungkan untuk ikut serta ke dalam kerumunan itu.





Lanjut ke Pasir Berbisik, di sana cuma sebentar karena mengejar waktu kepulangan, juga karena bau pasirnya menyengat sekali, jadi gak kuat lama-lama, bau belerang mungkin, ya..
Disana kami hanya mengambil foto bersama, melompat, mandatory photo kalau trip rame-rame. Pakai timer.

timer adalah penyelamat
Kami tidak diberi waktu batasan, hanya saja kami membatasi diri sendiri, agar tak tertinggal kereta pulang. Meski kereta menuju Jakarta-ku berangkat pukul 17.50 sore, tapi kami sepakat mengakhiri sesi keliling Taman Bromo ini pada pukul 10.00 karena kereta Nisa, Arinda dan Fajar berangkat pukul 14.50 sore. Hanya aku dan adikku yang pulang ke Jakarta sedangkan Nisa dkk menuju ke Nganjuk untuk mudik.

Di bukit Telletubies saat itu sedang gersang, disaat yang sama, Aku dan Nisa singgah di sana hanya untuk buang air kecil. Setelah selesai dengan urusan kami dan kembali ke rombongan ternyata teman-teman yang lain sedang makan bakso dan sudah selesai. Bisa dibayangkan seberapa lama kami mengantri toilet?



Pukul 10 pagi kami selesai berkeliling, kembali naik jeep, jam 1 siang sampai di basecamp, kemudian diantar lagi menuju rumah saudaranya Fajar, sampai di sana pukul 2 siang. Beres-beres barang juga bersih-bersih, kami diberikan makan siang pula. Baik sekali.

Pesan Grabcar untuk menuju stasiun kereta Malang, begitu sampai, Nisa dkk langsung masuk karena kereta lokalnya sudah tersedia, sedangkan aku dan adikku baru bisa masuk pukul 4 sore. Jadilah kami, 2 jam menunggu di luar. Karena bosan akhirnya kami berjalan-jalan sebentar, ke sebuah taman di depan stasiun kereta Malang, Taman Trunojoyo, sambil makan sempol (lagi).


Pukul 16.30-an, Aku kembali ke stasiun Malang dan masuk ke gerbong, akhirnya. Beli beberapa cemilan dan makanan berat dulu sebelum masuk kereta. Ajaibnya, atau mungkin naluri kakak ya, saat itu yang terpenting adalah adikku bisa ada makanan, urusan aku gimana itu gampang. Tapi Alhamdulillah, Allah Maha Baik, kami bisa beli dua porsi makan dengan uang yang tersisa saat itu, enggak usah tanya uangnya berapa, karena sampai Stasiun Senen yang pertama kali kucari adalah ATM! Haha

Di kereta, 16 jam berkegiatan di dalam, berdua. Berasa dewasanya gitu, pergi jauh jagain adek hahaha

13 AGUSTUS 2018
Kereta sampai di Jakarta pukul 10.00 pagi, lalu Aku langsung mencari ATM untuk ambil uang dan beli makanan. Selesai makan kira-kira pukul 11.00 baru kami masuk ke gerbong KRL, cukup lama perjalanan KRL dari St. Ps. Senen- St. Depok, sekitar 2 jam. Sampai rumah sekitar pukul 2 siang, lalu langsung bersih-bersih, maklum selama trip kan gak bersih-bersih diri dengan proper :p

Dan berikut adalah list pengeluaran selama 4 hari 3 malam trip ke Bromo Malang-Batu :
- Ojek Online PP Rumah-St. Depok
   Rp.     22.000
- Open trip Bromo
   Rp.  250.000*
- Tiket Kereta Matarmaja PP
   Rp.  218.000*
- Tiket KRL PP St. Depok-Ps. Senen
   Rp.     14.000
- Oleh-oleh 
   Rp.  163.000
- Tiket masuk Taman Selecta
   Rp.    35.000
- Patungan bensin dan sewa mobil
   Rp.    70.000*
- Tiket Coban Talun, OYOT
   Rp.    10.000
- Makanan dan cemilan selama trip
   Rp. 333.000
- Toilet dan kebersihan
   Rp.    10.000
- Patungan Grabcar selama trip
   Rp.    15.000

Karena aku mengajak adik, maka seluruh pengeluaran di atas dikali dua, kecuali untuk oleh-oleh dan makanan. Yang aku beri tanda bintang adalah pengeluaran inti untuk trip ini, sedangkan yang lain itu menyesuaikan keinginan masing-masing aja. Bagaimana? untuk ukuran 4 hari 3 malam, tanpa penginapan (karena kita tidur di kereta), cukup ekonomis, kan?

Sekian cerita perjalanan yang panjang dan banyak fotonya ini.

Terimakasih Tim Bromo terkhusus Frida, adikku yang setelah lihat rincian biaya, gamau ikut lagi jalan-jalan (katanya :p), Joko sang tour guide, Nisa yang ngajakin ikut trip, Arinda dan Fajar, yang bikin rombongan ini tambah rame, juga Malfin sang fotografer, yang membuatkan video perjalanan yang saaaangat apik (Ada di postingan instagram profilku @atika_widi, tapi kepotong durasi, atau bisa dilihat di IGTV nya Malfin untuk versi lengkapnya, @malfin.nugraha).

Terimakasih sekali lagi, Terimakasih.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk yang ingin melakukan trip serupa.
Sampai jumpa ditulisan jalan-jalan selanjutnya! Yeay!


Atika Widiastuti,
Depok, 29 Agustus 2018



Selasa, 28 Agustus 2018

Mijo, Pokky, si Putih

Ceritanya...
Sudah mendekati satu bulan Aku (dan adikku) punya hewan peliharaan, seekor kucing.
Dia peranakan kucing kampung dan persia katanya. Awalnya kucing tetangga lahiran, anaknya 4, karena tidak bisa untuk pelihara semua, akhirnya dibagi-bagikan ke tetangga yang mau. Aku ambil satu, yang warna bulunya putih semua. 

Yang olehku diberi nama (setelah sekian lama akhirnya diputuskan) adalah Mijo, tapi oleh Adikku dipanggil Pokky, oleh Ibu dipanggil Putih. Ya gakpapa lah....

Jangan salah, Mijo ini bukan karena Aku suka korea-korea-an, awalnya itu mau dinamain Miku (MIrip KUcing), tapi enggak enak gitu disebutnya, mirip-mirip dikit ganti jadi Miko, tapi kok jadi nama karakternya Raditya Dika (Malam Minggu Miko -red). Akhirnya geser lagi, dari Miku jadi Miko jadi Mijo, lebih enak disebut. Haha

Awal mula punya kucing, rasanya newbie banget kan. Tanya-tanya temen yang udah lebih senior masalah perkucingan, hingga beli perintilannya yang gak murah. Kandang, bak pasir dan pasirnya, sampo, kalung dan makanan pastinya. Awal mula makanannya adalah wiskas yang basah, karena masih kecil. Beruntunglah setelah empat bungkus wiskas, dia udah gak suka lagi makanan basah, akhirnya diganti sama makanan kucing lokal beli di petshop, engga ada merk-nya. Lahap dia. Hebat Mijo memang pengertian! hahahahaa

Punya hewan peliharaan rasanya hepi gitu ternyata ya, rasanya bisa ngilangin pikiran-pikiran negatif yang bikin kita jadi stess atau bengong gitu, karena gak ada waktu tuh buat stress, waktunya abis buat main sama kucing.

Tiap pagi sebelum mulai aktivitas, kerjaanku itu ngelus-ngelus sambil bersihin beleknya, biar tetep ganteng, bersihin bak pasir, buang poop-nya, ganti sama pasir yang hari kemarin udah dijemur, refill makanan sama minumnya. Dia keluar dari kandang terus main, tapi gak pernah jauh-jauh dari sekitaran rumah.

Mijo laki-laki, suka gigit suka nyakar, tapi banyak yang bilang cantik. Heu. Karena bulunya putih kali, ya... Mijo suka lari-lari, dan Aku suka banget fotoin dia, fotogenik nih kucing, dari angle mana aja masa cakep. Kebayang ntar pas gue punya anak, kayaknya tiap hari bakal gue fotoin. heu :")

Kemarin waktu lagi Idul Adha kan nyate tuh.. Iseng-iseng kasih satu tusuk sate ke si Mijo, awalnya dibuat main doang sama dia, pas besok paginya dicek, itu sate udah tinggal dikit, mungkin dimakan. Eh dia muntaber masa........ muntahnya riak gitu, terus poop-nya cair. Lemeees banget seharian, tidur aja. Jangan mati dulu dong mpus, jangan tinggalin Aku pas lagi sayang-sayangnya.

"Mpus jangan mati dulu dooong.. Jangan mati..." drama gitu seharian itu (padahal dalam hati bilang, ntar kandangnya buat apa... udah dibeli mahal-mahal juga hahaha). Ditidurin aja di atas dada, terus dipindahin kandang, diselimutin, pindahin ke kasur, nurut aja, tidur terus. Padahal hari itu jadwal dia mandi, seminggu sekali, tapi karena lagi sakit, di-skip. Pinter kamu.

Dear Mpus, hidup yang lama yaaaaa.... :)

Tampang siaga ketika daun diatas kamera di krasak-krasakin pake tangan, dah kayak mau nyerang tampangnya haha

Model pohon alpukat~

Lagi nyantai di pohon, alias gak bisa turun
Entahlah lagi mikir apa dia, galau banget kayaknya haha tapi photoghenic!
Masih susah diajak selfie hmm
Ps : All photos belongs to me. hehe

Yang Boleh disebut

Sejak beberapa bulan ke belakang, Aku mulai aktif lagi di lingkaran yang berbeda, sebenarnya sih bukan orang-orang baru, karena orang-orang ini sudah aku kenal sejak aku SMP. Lingkaran ini mentoring namanya, liqo.

Karena orang-orangnya semua berusia di atasku, (bahkan ada satu yang sudah menikah dan hampir setiap melingkar anaknya dibawa), maka apapun materinya, pasti selalu mengarah ke pembahasan pernikahan. Aku lebih banyak mendengarkan sih, gakpapa lah, ilmu. 

Akhirnya suatu ketika Aku mengajukan pertanyaan kepada kakak murabi,
"Kak, kalau suka sama orang nih, boleh gak sih kita nyebut satu nama dalam do'a gitu?"

Dan inilah jawaban kakak murabi kece-ku,
"Jangan disebut namanya, karena kalau jadinya bukan sama kita, nanti sedih, nanti kecewa. Coba sebutkan aja sifat-sifatnya yang bikin kita tertarik sehingga orangnya ingin kita sebut dalam doa.

Misalnya, Tika suka sama seseorang itu karena ia ramah, murah senyum, santun, jago menulis, bisa moto dan lain sebagainya.. Nah yang disebut itu-nya, jangan orangnya. Sehingga nanti enggak akan kecewa jika jadinya bukan sama dia."

Mendetail tapi tidak menjurus.

Ah. Selalu deh. Terbaik.