Kamis, 31 Desember 2015

Menjadi Orang Tua

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 29 Desember 2015, saya dan beberapa teman pergi ke Gunung Batu dan Kawasan wisata Leuwi Hejo. Trip ke dua buah tempat wisata dalam satu hari, menggunakan sepeda motor. Singkat cerita, kami pergi berdelapan orang, perempuan empat, sisanya laki-laki. Rentang usia kami beragam, dari mulai SMA, kuliah, fresh graduate, hingga yang sudah kerja. Kami teman di satu yayasan sosial keagamaan di lingkungan tempat tinggal, maka umur yang berbeda sudah menjadi hal yang biasa.

Kami berangkat pukul tiga pagi, alasannya sederhana ; agar tidak terlalu siang hingga menjadi panas saat di Puncak gunung batu, syukur-syukur kami dapat view sunrise.

Ternyata benar ya, dalam sebuah perjalanan, kita jadi bisa mengetahui karakteristik sifat seseorang. Di perjalanan satu hari kemarin, banyak banget hikmah yang bisa dipetik ; yang baik maupun yang kurang baik.

Pantas saja ada yang berkata, untuk bisa menulis yang baik, lakukanlah perjalanan. Karena di perjalanan kau bisa mendapat cerita yang tak terduga. banyak hal yang hanya terjadi pada saat perjalanan, yang bisa dijadikan pelajaran, asal kamu peka mengambil ibrohnya.

Perjalanan kami sebenarnya lancar hingga akhir, hanya saat saat ingin pulang, hujan deras seketika menghampiri dan listrik di Desa Karang Tengah (tempat Leuwi Hejo berada) mati listrik. Lengkap sudah, malam hari, hujan deras, jalanan licin, mati listrik. Kami tak berani pulang.

Hingga akhirnya diadakan rapat kecil sebentar, ada gontok-gontokkan yang terjadi, perbedaan pandangan untuk memutuskan kami tetap pulang atau menginap barang semalam. Hingga akhirnya terjadi mufakat bahwa kami tetap pulang malam itu juga dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Melajukan motor di tengah hujan yang mulai surut, tetapi tetap mati listrik, hati-hati sekali, jalanan nya mengelilingi bukit, mirip-mirip jalan menuju puncak, tanjakan, turunan, dan berkelok tajam. Hingga akhirnya, kami mampir sebentar di rumah salah seorang temannya teman, numpang rebus mie instan, irit pengeluaran. Saat itu sudah pukul 10 malam.

Inti cerita yang saya jadikan judul adalah disini.
Dalam rombongan berdelapan, terdapat tiga orang yang masih usia sekolah ; SMA. Agar orangtua tidak panik, kami menyarankan agar mereka menelepon orangtuanya, mengabari kalau di pukul 10 malam ini mereka masih di jalan, menuju pulang (dengan kondisi yang berangkat pukul tiga pagi). Tapi ada saja masalahnya ; gak ada sinyal, gak diangkat ortunya, mungkin sudah malam.

Ada satu orang yang ayahnya menelepon, menanyakan sedang dimana. Karena nadanya meninggi maka telepon diserahkan ke salah satu rombongan kami yang lebih dewasa, sebagai penanggungjawab.
Ayahnya marah, saya gaktau detailnya gimana, tapi si orang yang berbicara dengan si ayah ini bilang, "inisih alamat gak bisa tidur nanti." maksudnya jadi kepikiran sehabis mendengarkan ayahnya di telepon.

Lantas saya mengingat ibu di rumah, dan cara saya meminta izin saat berangkat ke beliau. Ternyata, beda orangtua beda perlakuan ya, meski mungkin maksudnya sama-sama demi kebaikan anaknya. Terkhusus lagi tentang ayah, entah mungkin, bapak saya akan seperti itu juga pada saya atau mungkin beda, saya tidak tau, belum pernah mengalami (bapak mengomel karena anaknya belum pulang larut malam lalu tidak memberi kabar) dan mungkin juga tidak akan pernah mengalaminya. 

Yang saya tau adalah ibu saya.
Sesimpel saya cuma bilang, "Bu, besok Tika mau pergi ke sini dan ke sini. Berangkatnya jam tiga pagi, menghindari macet dan panas. Perginya sama si ini, ini, ini, naik motor."
lalu ibu hanya menjawab, "oke. ada uang ongkos gak?"
Begitu perlakuan Ibu, orangtua saya. Kemanapun saya boleh pergi, asal jelas kemana dan dengan siapanya, kecuali satu hal ; ibu gak mengizinkan saya ikut aksi/demo/apapun itu, meski aksi damai. Takut kepanasan dan desak-desakan katanya, dan saya punya asma. Oke, alasan ibu bisa diterima, haha.

Usut punya usut, ternyata si anak yang ayahnya marah ini hanya izin ke ibunya, dengan asumsi ibunya akan menyampaikan itu ke ayahnya, ternyata tidak ; atau iya tetapi ada misskomunikasi. Entahlah, si Anak ini juga tidak menjelaskan detail, ketika ditanya, ia hanya menjawab : "Udah biasa mama sama bapak begitu. Biarin aja, nanti di rumah juga diomelin, Tapi yaudah, udah biasa."

Banyak kemungkian-kemungkinan yang muncul di otak saya kala itu ;
1. Mengapa si anak tidak izin juga pada ayahnya? Apa karena sudah tau, izin atau tidak, ia akan tetap dimarahi? 
2. Mengapa si ibu dan si ayah tidak seiya sekata memberi perlakuan pada anaknya?
3. Mengapa respon si anak seperti itu, seolah "udah biasa kayak gitu"?

Ah, lagi-lagi asumsi, lantas saya merefleksikan pada diri saya, jika nanti saya menjadi orangtua. Akan seperti apa saya memperlakukan anak saya?

sebab katanya ;
"Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran
Karena anak belajar dari kehidupannya."

Kembali ke pertanyaan diatas "Akan seperti apa saya memperlakukan anak saya?"
Mungkin jawaban diplomatisnya adalah : "yaa kamu harus menjadi sosok teladan kebaikan hingga bisa diteladani anak-anakmu."
Tapi pertanyaannya terulang kembali, "akan seperti apa perlakuan saya? bagaimana cara mengkonkret-kan jawaban diplomatis-diplomatis tersebut menjadi sebuah aksi nyata?" lagi-lagi saya hanya menemui jawaban diplomatis.

Lalu ada suara dari hati yang membisiki telinga, seperti berkata tapi hanya saya yang mendengar, "Caranya adalah dengan memulai Tik. Belajar mulai dari diri sendiri."

Atika Widiastuti
31 Desember 2015

Senin, 28 Desember 2015

30 Day Writing Challenge!


This is started when I read icanbunbun's post that he shared to facebook. There are two words that caught my attention; "Writing" and "Challenge".
As a result, I was googling what "writing challenge" is and find several sites that give the theme per day for a month, entitled; 30 Day Writing Challenge.
And yes, I think that it looks like fun too. Here is one list that I took from here.
According to my plan, I will begin to write on January 1st, 2016, hehe the earlier resolution of the year. Hopefully istiqomah :P
For you who want to do it too, let's start together :)

After the end of January and this writing challege is completed. I will compile all posts's link on this entry. So for you guys who want to read my writing, no need to looking for the posts one by one,
hehehe

Day 1 - List 10 thing that make you really happy.
Day 2 - Write something that someone told you about yourself that you never forget.
Day 3 - Your dream wedding.
Day 4 - Write about someone who inspires you.
Day 5 - List five places you want to visit.
Day 6 - Five ways to win your heart.
Day 7 - List 10 songs that you're loving right now.
Day 8 - Share something you struggle with.
Day 9 - Post some words of wisdom that speak to you.
Day 10 - Write about your first celebrity crush.
Day 11 - Something you always think "What if..." about.
Day 12 - Write about five blessing in your life.
Day 13 - What are you excited about?
Day 14 - Post your favorite movie that you never get tired of watching.
Day 15 - Something you don't leave the house without.
Day 16 - Post about your zodiac sign, and whether or not it fits you.
Day 17 - Post 30 fact about yourself.
Day 18 - Discuss your first love.
Day 19 - Post about three celebrity crushes.
Day 20 - What three lesson do you want your children to learn from you?
Day 21 - Put your music on shuffle and post the first ten songs.
Day 22 - A letter to someone, anyone.
Day 23 - Write about a lesson you've learned the hard way.
Day 24 - Think of any word. Search it on google images. Write something inspired by the 11th image.
Day 25 - Write about an area in your life that you'd like to improve.
Day 26 - Talk about your sibling(s).
Day 27 - Post five things that make you laugh-out-load.
Day 28 - What are your goals for next 30 days?
Day 29 - Your highs and lows for the month.
Day 30 - Write a poem titled "The End" that isn't about death or a break up.

Forgive about my english, i am still learning, hehe.
and probably most of my posts later will be using Bahasa.

Can't wait to start it! XD

Best regard from Depok, on December 28th
Atika Widiastuti

Jumat, 25 Desember 2015

Kau Sedang Jatuh Cinta

Tereliye berkata :
"Jika kau merasa bahagia dan sakit di waktu bersamaan.
Merasa yakin dan ragu dalam satu hela nafas.
Merasa senang sekaligus cemas menunggu hari esok.
Tak pelak lagi, kau sedang jatuh cinta.

Berbahagialah menyambutnya, atau bersiaplah patah hati."

Lantas Aku tanyakan pada diriku;
Pernahkah Aku merasa sedemikian itu kepada Rabb-ku?
Tidak jatuh cintakah Aku kepada-Nya?
Apakah keberadaan makhluk-Nya lebih memenuhi hati dan pikiranku dibanding kehadiran-Nya?

Sedangkan tiap saat kasih-Nya terus menyertai dan sayang-Nya terus membersamaiku.
Dalam tiap oksigen bersih yang ku hirup gratis
Dalam tiap pelukan hangat ibu di malam hari
Dalam tiap musim kemarau serta penghujan yang datang teratur berganti
seolah tak ingin hamba-Nya bersusah dengan satu musim yang terlalu lama
Dalam......ah! Terlalu banyak!

"Seandainya lautan di bumi menjadi tinta, ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudah keringnya, niscaya tidak akan habis-habisnya kamu menuliskan karunia-Nya."

Tidakkah Aku jatuh cinta?
Apakah Aku patah hati?
Tak pelak lagi,
Aku salah mengartikan apa itu cinta.

sumber gambar : www.digaleri.com

Atika Widiastuti
25 Desember 2015

Senin, 21 Desember 2015

Bagaimana bila Aku rindu padamu?

Bagaimana bila Aku rindu padamu.
Bagaimana bila Aku rindu padamu?
Sebelumnya kita sepakat dan memutuskan bahwa kita melanjutkan perjalanan masing-masing, mungkin aku menuju barat, kamu menuju timur.
Pun jika memang ditakdirkan, kita akan berjumpa juga.
entah di selatan, entah di utara, atau mungkin di tempat kita sepakat memulai titik perjalanan kita.
Sekalipun tidak, kita percaya bahwa masing-masing kita akan ditakdirkan dengan yang lebih baik.
Kita memang mempunyai banyak rencana, tapi ada yang Maha Berkehendak di atas segalanya.

Bagaimana bila Aku rindu padamu.
Bagaimana bila Aku rindu padamu?
Aku pun kembali mengingat kita,
malam-malam bersama bintang, kau menunjuk satu lantas memberinya nama.
Siang-siang bersama semilir angin, kau merajuk tak mengeluh, lantas aku tertawa karenanya.
Sore-sore bersama senja, menunggunya memerah lalu terbenam, meninggalkan malam.
Pagi-pagi bersama ombak, deburannya membawa air mengenai jemari kakiku dan kakimu, kita berlari setelahnya.

Lantas aku tersenyum, mencari jawaban.
Menghubungimu terlebih dahulu jelas tak mungkin,
itu melanggar kesepakatan kita.

Jadi, bagaimana?
Bagaimana bila kamu menjadi Aku?
dan bagaimana bila kamu rindu padaku?
Kamu tak menjawab, memilih membisu.
------------
such a random feeling, killing the time, but oh I have to do something right now; starting the new chapter!

Minggu, 20 Desember 2015

Hati yang Baik

Sumber akal manusia adalah hati, karena pada dasarnya, hati itu bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Ia sensitif, mudah sekali menerima dan menangkap sinyal.
Kian hari makin tak sensitif menerima kebaikan,
mungkin karena terlalu banyak noda yang menutupi.
Susah menerima isyarat yang seharusnya bisa dengan mudah ia tangkap.

"Jadi, seberapa konsisten kamu menjaga hatimu?" :)

Senin, 14 Desember 2015

Jangan

Mari mulai mendefinisikan ulang apa itu menunggu, juga tentang apa itu ditunggu. Aku yakin, aku dan kamu pun takkan mampu. Karena keduanya berbicara tentang waktu.

Maka jangan sekali-kali berkata, "maukah kamu menungguku?"
Meski detik berdetik dalam jarak yang sama,
Kau tau? perasaan dapat berubah dan menjadi tak sama sewaktu-waktu.

Jangan buat menunggu.
Jangan buat anak perempuan seseorang menunggumu. Ayahnya pun takkan rela jika tahu.
Ikat dirinya. Ikat dengan komitmen yang kuat.
Atau bebaskan, jika kamu belum mampu.

Sekali lagi, jangan buat menunggu.

Senin, 07 Desember 2015

Mendengarkan Radio

Mendengarkan siaran radio, buatku adalah hal yang menyenangkan.
Memang aku memiliki playlist lagu tersendiri, tetapi memori ponselku terbatas,
jadi hanya ku simpan beberapa lagu kesukaanku saai ini saja.
Satu "lagu" mu pun ada di playlist ku, kau tak tahu saja.

Namun memang manusia, mudah sekali bosan. Atau hanya aku saja yang merasakan(?)
Meskipun berisi lagu-lagu kesukaanku, aku jengah juga lama-lama.

Maka radio, menjadi teman penghilang kebosanan.
Menjadi teman selama belajar, selama dalam perjalanan.
Aku bisa memilih frekuensi apapun yang aku suka dan memasang pendengaranku pada frekuensi itu.
Mendengarkan suara penyiar, yang bahkan ku tak tahu wajah dan namanya.
Bosan lagi, aku pindah frekuensi.

Berhenti.
Berhenti pada satu lagu.
Lagu lama, yang orang-orang menyebutnya lagu jadul.
Aku menikmatinya, ikut menyanyikan kembali lagu-lagu yang dulu sempat ku suka, tentu sebelum Aku bosan.

Jika aku sedih, aku resapi liriknya.
Jika aku bahagia, aku ikuti iramanya.
Entah, radio kadang mengerti sekali perasaanku.

Pernah waktu zaman keemasannya dulu.
Saat radio benar-benar ku dengarkan melalui radio; bukan melalui radio ponsel atau pun streaming.
Aku mencatat hits yang sedang naik daun kala itu, mengikuti naik-turun nya lagu di chart mingguan. Ikut me-request lagu dengan mengirimkan SMS ke nomer telepon yang disebutkan dengan penekanan khas pada beberapa bagian, bahkan sampai sekarang Aku masih mengingat nomer teleponnya.
Seriously, by sending a  short message service! SMS kala itu masih sangat mahal. Rp. 350,- sekali kirim. maka jadilah tulisanku alay saat itu, disingkat-singkat, dicampur huruf besar kecil, kadang dengan angka, tujuannya tak lain adalah agar SMSku tidak terpotong menjadi 2 bagian.
SMS. Bukan mention twitter ataupun instagram.
Aku pun pernah di telepon oleh si penyiar waktu itu, untuk berkirim salam via suara.
Percayalah, ditelepon penyiar radio kala itu adalah sesuatu yang membahagiakan, hehe.

Sampai suatu ketika, aku bertemu kamu.
yang berkata bahwa kamu sangat suka mendengarkan radio.
Aku tak bercerita apapun, termasuk bahwa aku menyukainya juga.
Kau bercerita alasan kau menyukainya.
Aku dengarkan dengan seksama.

Membayangkan aku dan kamu zaman "dulu", saat sebelum kita kenal.
Mendengarkan radio, dari sudut kamar masing-masing.
Aku tak tahu kamu kala itu, tentu saja.
Dalam hati akupun ikut bersorak, aku menemukan seseorang yang sama.
Kamu tak tahu aku bersorak, tentu saja.

Mendengarkan radio.
Membawaku memaknai lagi lagu-lagu yang terputar acak dari beberapa frekuensi, ku berhenti pada satu saluran, dan melewatkan sebagian.
Bagai mdia penjelajah waktu, beberapanya mengingatkanku pada kisah yang berbeda.

Seperti lagu yang terputar kali ini....
"as we go on... we remember... All the times we had together.. and as our lives changes.. come whatever.. we will still be.. Friends forever..."

Yap. we will still be friend forever, right? :)
Jika kini, Aku berkirim salam dan mengirimkannya untukmu.
Apa kamu mengetahui dan membalasnya?

Ah, tapi Aku urungkan niat itu.
Hanya kembali pada alasan utamaku mendengarkan radio.
Mendengarkan lagu dan aku ikuti iramanya; ya aku sedang senang sekarang.

:)
----
Atika Widiastuti
Dec, 7th 2015

Selasa, 01 Desember 2015

Lupa

Cari sahabat berbagi, agar beban tidak ditanggung sendiri.

Cari pemilik senyum paling berseri, supaya hidup berwarna ketika ia kita pandangi.


Cari pemimpin yang mengayomi, supaya sejahtera negeri di esok hari.


Dan lagi..
Cari pendamping dengan standar serba tinggi,
katanya agar hidup serba mencukupi, takkan kurang bahkan seujung jari.


Kita.
Sibuk mencari, lupa menjadi.


sumber gambar : allaboutme2222.makes.org

Senin, 30 November 2015

Menunggu

sumber : www.digaleri.com

Mengapa masih disitu?
Sebab ia percaya yg ia tunggu pasti akan datang.
Mungkin terlalu cepat atau terlampau lambat.
Tapi pasti datang,
entah kapan.

Menunggu baginya adalah soal kesabaran,
sebab yang ia korbankan adalah waktu.
Menunggu sesuatu yang belum jelas,
sehingga ia selipkan kepercayaan disitu.

Orang-orang di sekitarnya menghiburnya, mencoba membesarkan hatinya.
Katanya, bukan perkara "tepat waktu",
tetapi mereka menyebutnya, di "waktu yg tepat".

Hari ini Aku menunggu.
Menunggu kamu, dan menunggu dia.
Kira-kira, lebih dulu siapa yang datang?
--------
19 Agustus 2015
Atika Widi

Titik Rindu

sumber : harianterbit.com

Titik tertinggi dari rindu bagiku adalah bukan mendo'akan,
karena orang yang rindu,
pastilah selalu menyebut nama orang yang dirindukan,
pun pasti dibawa dalam doanya.

Bagiku, puncak tertinggi rindu adalah saat dimana Aku ingin berjumpa,
tapi terhalang.
Bukan dengan suatu apa yang disebabkan oranglain,
tapi olehku sendiri.

Rindu yang terhalang rasa egois,
untuk mengatakan bahwa Aku rindu dan (harusnya) berusaha untuk menuntaskan rindu itu.

Untuk seseorang,
yang sewaktu kecil menggendongku ketika demam,
yang memidahkanku ke kamar ketika ku terlelap di depan tv,
yang meletakkanku di pundaknya ketika kita di taman bermain.

Untuk seseorang, yang biasa ku panggil Bapak.
----
09 Juli 2015
Atika Widi

Pada Penduduk Langit

sumber : viqriero.devianart.com

Ketika senja datang,
Aku kagum.
Betapa indah bumiku sore ini karena goresan jingganya.

Ketika bulan menampakkan cahaya nya,
Aku kagum.
Betapa terang bumiku malam ini karenanya.

Ketika bintang-bintang bermunculan,
Aku kembali kagum.
Malam sesungguhnya tidak benar-benar gelap karena kehadiran mereka.

Hatiku,
Tertambat pada sesuatu yang sama.
Seseorang yang namanya masih berada di langit.

"Maka sebab ia ada di langit, jangan sebut-sebut namanya pada penduduk bumi. Sebut namanya dalam doa-doa. Karena sungguh hanya doa yang dapat melesat tinggi menembus langit."
-----
Atika Widi
15 Juli 2015

Menghimpun yang Berserak #2

Kepada angin yang menerpa wajahku sore tadi.
padanya kusampaikan suatu kabar
yang nanti jika pagi datang, ia akan menyapamu.
Membisikkan kabar dariku,
tentang sesuatu...
yang tak sempat terkatakan.
-- 18 Oktober 2015

***
Pungtuasi,
aku harap akulah titikmu,
biar kamu berhenti.

Atau setidaknya jadi komamu,
biar kamu beristirahat,
sebelum kalimatmu menemui akhir paragraf.
-- 16 September 2015

***
Kala mendung tak selalu mendatangkan hujan.
Kala terik tak berarti cerah seharian.
Sebab apa yang terlihat, tak sesederhana yang kamu bayangkan.

Maka biarkanlah Aku menjadi keduanya, untukmu.
Menjadi terik yang datang setelah rintik.
-- 08 Agustus 2015
***
Kemarin kamu bilang kalau kamu ingin membebaskan hatimu terbang kemanapun,
Lalu kenapa tiba-tiba sekarang kamu biarkan hinggap di tempat itu?
Bumi masih luas, tiap penjuru langit pun belum semua kamu jelajahi.
Belum waktunya hatimu hinggap, apalagi menetap.
Nanti ya, nanti.
-- 08 Agustus 2015
***
Masing-masing kita tidak sedang menunggu,
tetapi sedang ditunggu.

Ditunggu sesuatu,
yang makin hari kita makin dekat dengannya.
Ditunggu sesuatu,
yang setiap hari kita bergerak menujunya.

Masing-masing kita sedang ditunggu,
oleh kematian.
Tapi....
sudah seberapa besar persiapan?
-- 18 Agustus 2015

"karena yang berserak, perlu dihimpun, perlu dikumpulkan, agar rapi, agar tertata."

check this out :
Menghimpun yang berserak part 1

Harapan.

sumber : ardanradio.com

Adalah keniscayaan jika kita bersedih.
Adalah sebuah kepastian juga jika kita pernah terpuruk.
Tapi adalah kesemestian untuk kita bangkit lagi setelah terjungkal, bahkan tersungkur jatuh.

Karena selepas badai pasti akan ada awan cerah,
karena selepas hujan deras, kita tahu ada pelangi,
karena setelah jalan panjang, kita tahu akan ada tempat peristirahatan,
karena bersama kesusahan, Allah sertakan kemudahan,
ya, Dia sertakan kemudahan.

Ada satu frasa yang juga pasti, bahwa ia akan hadir bersama kesusahan,
yang menjadi lilin terang dalam kegelapan.
yang memberikan kekuatan, pada kita yang tengah berjuang dalam lemah,
yang selalu hidup dan tak pernah mati ; harapan
----
Senin, 30 November 2015
Atika Widi

Minggu, 29 November 2015

Pernahkah?

sumber : pixabay.com

Pernahkah dalam satu waktu, dirimu menjadi sedih tanpa alasan?
Menanyakan pada diri sendiri, "mengapa?" "ada apa?" pada hal-hal yang kamu sendiri tidak tau alasan-nya?
Tapi coba tanyakan sekali lagi pada dirimu, bahwa sebenarnya kamu tahu alasannya.
Hanya saja, kamu enggan menyetujui bahwa memang itu alasannya; karena kamu sendiri mencoba menolak itu sebagai alasan.

Pernahkah dalam satu waktu, dirimu menjadi bahagia tanpa alasan?
Senyum merekah, dan kamu menebarnya pada siapapun yang kamu temui.
Dan kamu, dengan sangat jelas mengetahui alasannya,
mengetahui alasan apa yang membuat kamu bahagia,
Walau jika ditanya, yang kau jawab adalah "tidak tau", padahal dalam hatimu, kamu tahu.
Hanya saja, kamu enggan memberitahu kepada yang lain ; entah takut dianggap berlebihan atau malas mendengar respon mereka

Kita.
Seringkali menaruh perhatian berlebih pada beberapa kejadian-kejadian sederhana dalam hidup,
mengingat "yang paling" dan melewatkan "yang biasa".
Menyeleksi beberapa yang menyakitkan pada satu folder dan beberapa yang membahagiakan di folder yang lain, tetapi masih dalam ruang yang sama; hati.

Mengatur folder dalam hati,
menjadi suatu pekerjaan yang sulit jika dirimu sendiri "tidak tahu" dimana seharusnya berkas kesedihan atau berkas kebahagiaan itu disimpan, membuatnya menjadi campur aduk.

Pernah, kan?
(si)apa yang membuatmu bahagia, di waktu lain ia menjadi alasan terkuat dirimu menjadi sedih berlebihan?

Maka berbahagialah bagi orang-orang yang dapat mengatur folder dalam hatinya dengan rapih, menjadikannya tertata.
dimana kesedihan dan kebahagiakan menjadi sama besar pengaruhnya,
tidak bahagia berlebih, tidak juga sedih berlebih.

--------
Atika Widiastuti,
Minggu pagi yang mendung di Depok.
selesai ditulis pukul 09.41 WIB


Rabu, 18 November 2015

Lingkungan.

sumber : favim.com
Hai. Menulis lagi akhirnya, hehe
Jadi Atika apa kabarnya? Alhamdulillah, lebih baik dari hari-hari sebelumnya :)

Jadi ceritanya, pekan ini lagi suntuk parah. Semua tugas di deadline-kan pekan ini. Kalau bahasanya salah satu anak lingki, "gila yak. semua orang merasa dirinya penting." Huft. Aku hanya bisa ber-wkwk saja.
Buka untuk mengeluh kok. Hanya untuk menertawakan diri sendiri saja.
"Duh kamu Tik, udah semester 5, masih aja gontok-gontokannya sama begituan. Managemen waktu, serba keteter, tugas dan sejenisnya bisa kepegang tapi mepet deadline. Disaat temen-temen yang lain udah bisa masuk koran, jadi project officer seminar nasional, sibuk kampanye di pemira, lomba di universitas lain, keluar negeri sebagai delegasi UI. Lah kamu? ckck. Gausah bangga kalo banyak begadang. Percayalah, Tik. itu bukan tanda kamu pekerja keras, tapi tanda manajemen waktumu buruk."

Bukan mau menyalahkan sistem sih, suatu ketika diberitahu teman yang baru saja bercakap-cakap ringan tapi serius dengan orang di departemen teknik sipil, yang intinya beliau memberitahu bahwa, "lulusan teknik lingkungan itu memang dipersiapkan sebagai lulusan siap latih kok bukan siap kerja."
Bug! duh rasanya ada yang menghujam jantung gitu.
Suatu ketika seorang teman yang jurusan teknik mesin bertanya, "Pernah denger gak ada D3 teknik lingkungan?"
untuk menjawab pertanyaannya aku hampir menghabiskan beberapa waktu untuk searching, dan tidak menemukan jawaban "iya". akhirnya aku menjawab, "Gak ada kayaknya."
"Ya pantes aja banyak praktikum juga, teori juga. Kalian mempelajari semua. Kalo di mesin, kita sedikit praktikumnya. D3 mesin yang nantinya bakal jadi tenaga ahli, udah banyak."
So....deep. Jleb. Aku merasa "hebat" :")

Sering suntuk, sering kesal sendiri dan ujung-ujungnya ngeluh. Yaaa padahal mah..kalo lagi ada waktu luang bukan dimanfaatin buat produktif tapi malah memberikan toleransi , "tidur dulu lah. waktu masih banyak." atau "istirahat dulu lah.. tadikan udah gini gini gini gini...." ke diri sendiri.
24 jam yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Padahal tiap hari punya to-do-list di buku saku. Sebagian tercoret sebagian terabaikan seperti tidak pernah dituliskan.

Tapi Aku coba pahami satu sih. Aku di jurusan ini. Aku kuliah disini. Adalah hal yang sangat amat pantas aku syukuri. Maka ketika rasa kesal menghampiri. Aku melihat lagi pada sekitar. Pada kawanku di jurusan lain, pada teman-temanku yang belum berhasil masuk PTN, pada kedua orangtuaku, (cerita sedikit bahwa kemarin baru bertemu dengan bapak loh, yeay! :))
Melihat anak-anak jurusan Arsitektur yang harus berpikir sendiri lalu mewujudkan ide dari fikirannya sendiri, dengan cara seoptimal mungkin diantara waktu pengerjaan yang mepet. Pernah Aku menyaksikan seorang teman jurusan Arsitektur Interior, sedang menggergaji papan tripleks untuk tugas 1:1 nya. Ya, dia perempuan. Gausah kaget, di Arsitektur banyak yang kayak gitu.
Maka bersyukurlah Aku yang (hanya dituntut) untuk memahami ilmu eksas, menggunakan rumus-rumus serta mencari literatur saja. Apa jadinya Aku jika harus menjadi seperti mereka?

Dan Aku menyadari bahwa ternyata, Aku menyukai jurusanku, Aku menyukai ketika bertambah ilmuku tentang lingkungan, hal yang dekat bahkan sangat dengan kehidupan kita. Sesuatu yang pernah temanku berkata, "aku jadi pengen masuk teknik lingkungan deh tik." setelah menceritakan pengalaman "susah mendapatkan air" selama beberapa waktu di Korea -untuk mempresentasikan abstrak buatannya-, membuatku berkata padanya, "kadang Aku malu loh jadi anak teknik lingkungan. Aku, yang harusnya ilmuku lebih banyak dibanding yang lain, tapi malah enggak tahu apa-apa, se-update ituloh keadaan lingkungan kita tiap saat. Bahkan mungkin lebih banyak pengetahuan lingkungan kamu. Sering banget kan ada lomba-lomba yang bertema environment, atau tentang sampah, pilah sampah, recycle sampah, dll. Terus Aku ngapain? gak ngapa-ngapain. Di saat orang-orang mungkin dari disiplin ilmu lain bisa berkontribusi. Aku malu."

Sisa 3 semester disini.
Happy ending(?) maybe,
but I prefer the happy process, actually.
Ehehe

Selamat belajar!

Kamis, 05 November 2015

Kamis, 29 Oktober 2015

Cerita pada Senja

sumber : mediaequalizer.com

Jingga yang teduh.
Pada senja, ia menceritakan kisah hidupnya. Ia berkata, hanya senja lah tempat mengadunya.
Wanita itu duduk di depan teras rumah, setiap sore hari, menunggu matahari menenggelamkan diri, untuk berharap kisah sedihnya juga ikut tenggelam.
Suatu waktu pernah ia bercerita tentang ayahnya,
di waktu yang berlainan ia bercerita tentang ibunya,
tak lupa juga ia bercerita tentang adik perempuan satu-satunya.

Pada senja ia berkata ; Aku tak punya teman selain kamu. Aku tau kamu fana, Penciptamu yang abadi. Tapi Aku juga fana. Jadi bolehkah Aku bersamamu? mungkin memang Kau tak akan menjawab, tapi setidaknya aku punya tempat untuk pulang dan berbagi cerita.

Sore itu ia bercerita tentang sesuatu yang baru pernah senja mendengarnya,
tentang kunci, dan seseorang.
Tiap sore ia rajin mengunci pintu rumahnya, walau ia tau takkan pernah ada yang datang, jadi sebenarnya tak apa jika rumahnya terbuka tanpa dikunci.

Sampai suatu hari seseorang datang dengan sangat sopan, mengetuk pintu dan mengucap salam.
ia intip lewat jendela dan bergumam ; orang asing. mau apa?
Ragu-ragu ia buka kunci pintu rumahnya, mempersilakan orang asing itu masuk dan bercengkrama sebentar, tak pula ia sajikan teh hangat di sore itu.
Sore pertama, yang ia habiskan bukan bersama senja.
Namun senja tau. Senja mengintipnya lewat daun pintu, sambil tersipu.

Keesokannya, seseorang itu datang lagi, bercengkrama lagi. Kali ini, ia juga ikut bercerita pada senja. Tentang masa kecilnya, juga tentang dirinya. Pintu yang dulu selalu terkunci kini tak pernah dikunci lagi, selalu terbuka, sederhana tujuannya ; agar seseorang ini bisa mudah menemuinya kapanpun.

Hingga tepat di hari ketiga puluh, tak ada yang mengetuk pintu, tak ada yang mengucap salam, ia menunggu sampai larut, sampai bulan menggantikan matahari untuk menerangi bumi. Mungkin sedang ada urusan lain, pikirnya mencoba menemukan kemungkinan-kemungkinan yang menenangkan hati dan pikirannya sendiri.

Hari berikutnya masih tetap tidak ada kabar, senja pun mendengar keluhnya, kali ini mereka berdua saja. Senja ikut khawatir, senja kasian padanya.
Kemana?
Kenapa tak kembali?
Mulai saat itu, ditutup rapat kembali pintu rumahnya.
"Lain kali harus lebih hati-hati", batinnya memberitahu.
Pintu rumahnya, memang sudah dikunci rapat.
Tapi sayang ia lupa,
bahwa kunci pintu hatinya, sudah dibawa pergi..........................

Rabu, 28 Oktober 2015

Bulan, merindu, malu

sumber : kafeastronomi.com

Bulan, merindu
pada senyummu yang merekah selalu,
pada candamu yang membunuh waktu,
pada sapamu yang membekas syahdu.

Bulan, menatapmu, malu
pada matamu yang memandang sendu
pada riangmu yang membuat rindu
pada langkahmu yang beriring lucu

Bulan, mengintipmu,
dari balik gedung biru,
memandangmu tiap malam sambil tersipu,
menunggumu,untuk balas menatapnya sewaktu-waktu

Ada bulan yang merindu, mengintip dan menatapmu,
malu ;
Aku.

Jumat, 23 Oktober 2015

Daily Notes.

So... hallo kawan-kawan, sudah lama tak bersua disini. Iya, sekarang lagi pekan UTS nih. Semester lima sudah menemui tengahnya. Entah kapan menemukan labuhan akhirnya #yha #baper

Just want to share something, tentang  ini hehe...
jadi, seperti keterangan yang aku tulis disitu, mulai saat ini aku punya media tulisan baru, di notebook mungil kesayangan, hehe..

DAN!
Sekarang Aku punya teman nyata yang bisa diajak berbagi cerita, baik Aku dan dia, sekarang setiap malam kita saling berkirim our daily notes, karena katanya ; "Tik. from now on gue pengen ngulang kebiasaan gue pas SMP ; punya catatan harian. Tapi masalahnya, semenjak jadi mahasiswa, maintaining consistency is a hard thing despite of our not-uniform life pattern. So, ku bakal kirim ke lau supaya lau bisa nagih w kalo w ga ngirim daily notes yak!!!"
Iya, dia emang sok bule. Ngomong dicampur-campur antara bahasa dan inggris, wkwk ampun._.

Awalnya hanya dia yang mengirim, aku hanya menagih dan membaca kadang mengomentari cerita kehidupannya hari itu. Tapi ternyata, seru juga nulis kayak gitu. So, Aku jadi ikutan kirim daily notes juga.
Sederhana sih, karena nulis di blog sendiri aku gak bisa sekonsisten setiap hari, dan yak gitu, like my ms. word captured's description ; kadang ada beberapa hal yang seharusnya tidak usah dipublikasikan agar seluruh dunia tau.
And from now on...I just wanna say ; I'm very happy to have a friend like you, my dearest Ahadya :p
*yhaa terbang *biarin lah sekali-kali

Salam dari yang Senin masih UTS,
Atika Widiastuti

Rabu, 21 Oktober 2015

Semesta Mendukung(?)

Hari-hari berlalu seperti itu setiap jam, menit, detiknya. Kau rasa lelah, tapi tak bisa mengalah. Kau bilang bosan, tapi terus kau lakukan. Semesta mendukungmu untuk melakukan itu, katamu. Berubah dan menyimpang dari rutinitas? Ah, tak usah. Nanti yang ada jadi hancur keseluruhan rangkaiannya.

Hari-hari berlalu, waktumu dan waktunya sama 24 jam. Kau merasa kesal dengannya yang bisa membuat 24 jam-nya produktif tapi tak ada niatan dari diri sendiri untuk mencontoh teladan yang ia lakukan. Semesta mendukungmu?

Hari-hari berlalu, ia sudah berlari kau masih berjalan, Kau menyumpahi nya agar tersandung di jalan, sehingga mungkin kau bisa menyusulnya, ternyata sekalipun ia jatuh, kau masih tertinggal di belakang. Kau mengutuk diri. Semesta mendukungnya?

Sungguh, semesta mendukung setiap orang yang mau mendukung dirinya sendiri. Setidaknya mencoba. Sudahkah Kamu? Sudahkah Aku?

---
Implisit diri.

Kamis, 15 Oktober 2015

Suatu Malam di Ibukota

Yesterday was a very long day. Full of emotions that I don't know, why can be like that. Me, crying all day long. Satu kejadian yang mengubah emosi satu harian itu.

Untuk menghiburku, ia teringat ;
suatu waktu pernah Aku merengek minta untuk diajak ke Monas pada malam hari, Aku berkata, "Tika mau liat air mancur di Monas nari-nari di bawah lampu warna-warni", Padahal enggaktahu, benar atau tidak ada air mancur malam hari di Monas?.

Last night, you give me more.
membawaku berkeliling sebagian kota Jakarta, semendadak itu, mencoba menghibur suasana hati ku yang sedang mendung hari itu.
Di mulai dari membawaku ke daerah Pancoran, menujukkan patung Pancoran, kau bercerita, "tebak kita dimana? Liat tu, Tik. katanya, jarinya patung itu nunjuk ke harta karun rahasia Soekarno." katanya sembari menunjuk satu patung besar diatas kepala kami.
aku ber-oooh panjang, memang selalu saja ada percakapan baru antar kita. Biasanya, selepas info apapun yang datang darinya, Aku kembali mengecek kebenarannya, terutama dari google.
Dia menyebut dirinya ensiklopedia berjalan, dan memang benar.

Spasialku sungguh sangat jelek, aku tidak hafal dan tidak bisa mengingat rute perjalanan kami malam itu, jadi mungkin urutan perjalanan ini akan menjadi sangat random.
"Nanti kita lewatin satu pasar yang disebut Pasar Rumput, karena dulu....duluuu banget, banyak yang parkir kuda disini."
"Parkir kuda? lawas banget."
"Ya kan tadi gw bilang, duluuu banget."

Taman Suropati.
Aku teringat pada seorang teman SMA yang pernah berwacana ingin pergi kesini, mengajakku dan lainnya. Langsung saja ku mengambil foto patung kuda disana dan mengirimkannya pada temanku itu. Pamer. Bahwa aku lebih dulu kesini dibanding dia, ckck
Di taman itu dia berkata, "Kalau sore, banyak orangtua yang kasih makan burung-burung disini. Nah, anak-anaknya lari-larian ngejar burung-burung itu. Di sana ada taman seni, kalau lagi beruntung, kita bisa nonton orang-orang lagi latihan main biola."

Menyebrang sedikit kita sampai di masjid Sunda Kelapa. Minum es kelapa disana, ia berkata lagi "disini emang selalu rame, bahkan kayak lagi ada itikaf. padahal enggak. Emang suka ada kajian tahajud."

Setelahnya kita pergi dari situ, melewati rumah-rumah besar yang kemungkinan adalah rumah para pejabat pemerintah, yang saat itu sedang terbuka pagarnya, satu mobil keluar dari situ, diiringi penjaga berbatik dan memegang handy talky, mempersilakan mobil itu keluar dan memastikan keadaan sekitar aman. Dan wow, aku terkejut, ada banyak sekali mobil di dalamnya, lebih dari enam, meski tak melihat detail karena pagar gerbangnya segera ditutup kembali.
Luar biasa. Berapa orang yang tinggal di satu rumah itu sampai harus punya enam lebih mobil?

Selanjutnya, ia membawaku ke Taman Menteng, menunjukkan icon-nya, piramida rumah kaca atau entah apa namanya dan berkata, "mau foto disitu gak? ini iconic taman menteng. Taman menteng terkenal sama bangunan itunya."

Aku berkata dengan polosnya, "Jakarta tenyata banyak tamannya ya. tapi kenapa gak diperbanyak aja? Jadi lebih banyak interaksi di dalamnya. Depok ada gak sih?"
"Depok ada, cuma gak sebanyak Jakarta emang. Gue tunjukkin luar-luarnya aja, nanti lo explore sendirilah, ama suami lo mungkin."
hahahahaha, Aku tertawa.

"Ini masjid Cut Mutia. Sama kayak Sunda Kelapa, tapi gak se-rame Sunda Kelapa. Bangunannya masih asli sejak pertama dibangun.", jelasnya tanpa diminta memberitahu

"Nah, Tuh ujung Monas keliatan. Udah ya, gue dah bawa lo liat Monas plus stasiun gambir malahan. Btw, katanya ceritanya sih api monas itu gambar patung wanita. Ibu Sarinah. Wanita yang merawat Soekarno. Misteri gitu sih..", katanya tanpa ditanya

"Ini Senen. ada yang namanya Proyek Senen. Tau gak siapa rajanya properti?"
"Agung Podomoro?", tebakku
"Ah masa anak Teknik gaktau. Namanya Ir. Ciputra. dia nantang Soekarno dan bilang 'Pak, saya punya ilmu, tapi kalau gak dipakai, gak guna.' terus Soekarno tantang dia bikin Proyek Senen ini. Sempet bangkrut di zaman Soeharto. Proyek Senen-nya terhenti. Sekarang sih udah selesai, tapi tetep aja kawasan ini dikenalnya dengan nama Proyek Senen."

"Tugu tani, pak Tani itu dulu hidupnya miskiiiin banget, tapi namanya diabadikan jadi nama salah satu partai."
"gue tau kak, dulu belajar IPS pas SMA."
"Nah itu dia. Pak Marhaen."

"Lo tau pekan raya jakarta? pernah kesitu gak? Kita kesitu deh. Nah kalo Ultah Jakarta, orang-orang kumpulnya disini, bukan di Monas. karena jalanannya gede mungkin yaa.. Makanya namanya Pekan Raya Jakarta. Jalan ini gede, dulusih gue di bodoh-bodohin katanya ini buat landasan terbang."

Sudah berkeliling, kami mampir di tempat temannya yang berjualan di Kemayoran. Selepas itu kami pulang. Entah kenapa perjalanan pulang selalu terasa lebih cepat.
Suaraku habis, seriously, karena emang lagi kurang sehat juga, tapi bahagia.
Sangat sederhana sebenarnya, karena diajak muter-muter kelliling Jakarta Selatan-Jakarta Pusat-Jakarta Utara.

sumber : dokumentasi pribadi

Kak, Terimakasih ya.
Sukses dan lancar untuk ikhtiar-ikhtiar nya.
:)

Adik yang sudah mulai besar,
Atika

Senin, 12 Oktober 2015

An Affection.

Hari ini, Senin dini hari.
Perasaan dan pikiran memuncak minta dituliskan.
Semua campur aduk.
Pagi ini terbangun, karena fisikku tak sehat. ada sekotak tissue menemani di samping tempat tidur sejak malam tadi. Ada selimut, juga ada dua boneka di kanan dan kiri. sebutuh itu sekelilingku supaya hangat.

Pagi nanti kuis mekanika tanah, pekan lalu saat materi, aku tertidur di kelas.
kemarin ada responsi dengan asisten sebenarnya, pun aku tertinggal setengah jam pelajaran.
Aku tak mengerti materi yang akan dijadikan bahan kuis ini,
padahal di kuis yang sebelumnya aku yang mengajari teman-teman yang lain
Sudah berencana esok pagi ke kosan Nia dulu untuk belajar sebelum kelas.
Belajar hanya jika ada kuis/ujian, ckck

Sudah tentang Aku nya, kali ini aku ingin bercerita tentang seorang Adikku di Teknik Lingkungan, ia angkatan 2014. Sepertinya sudah dua sampai tiga postingan di sini yang kutujukkan untuk dia, meski mungkin ia tak membacanya, karena memang tak pernah kukatakan padanya bahwa ku menulis sesuatu untuknya disini.

😂Jumat lalu, 9 Oktober 2015 sampai dengan Minggu 11 Oktober 2015. Ia dan teman-teman kepanitiaan angkatan 2014 menyelenggarakan KIAS, Kajian Islam Awal Semester. Ia diamanahkan sebagai waPJ bidang Materi. Bidang yang mengurusi materi dan mentor untuk mahasiswa baru 2015 selama KIAS berlangsung. She takes her part in the great way, "kerjanya rapi.", sampai suatu ketika ia diamanahkan tugas tambahan di waktu menjelang puncak kias terselenggara, bertambah sibuk dia. mengurangi waktu tidur, bangun di jam dua pagi untuk mengerjakan tugas kepanitiaan itu sudah biasa. Dan satu yang khas dari dia adalah selalu berkata, "masa aku yang ...... sih kak? ðŸ˜‚😂😂"
kalimat keluhan standar dari seorang adik, tapi disertai emoticon yang seperti itu, menyatakan ia tak mengeluh, hanya tak percaya, kenapa diberikannya ke dia.
Jumat pagi sebelum berangkat kampus, tiba-tiba Aku teringat padanya. seketika terpikir, apa yang bisa kulakukan untuknya mengingat pada malam sebelumnya Aku menolak untuk menjadi moderator di salah satu talkshow dalam rangkaian acara. Duh dek, kalau kamu suruh aku menulis, aku bersedia deh, kalau untuk berbicara........haha

Tiba-tiba Aku teringat diriku setahun yang lalu, bagaimana hectic-nya Aku di hari itu, di hari H KIAS. Bagaimana rasanya lupa lapar, lupa capek, tapi tak ada orang yang mencoba untuk memperdulikan itu. Memang salahku juga sih, mana bisa berharap kepedulian datang jika kita tidak memberitahu kepada yang lain tentang apa yang kita rasakan, tapi entahlah mungkin aku yang terlalu eogis, aku berharap ada yang datang memberikan kepeduliannya tanpa ku minta. Seolah ia tahu bahwa aku membutuhkan itu tanpa kuberitahu padanya tentang apa yang kubutuhkan.

Aku --secara egois lagi-- tak ingin adikku ini menjadi sepertiku waktu itu. Seketika berfikir untuk membawakannya bekal. Hal sederhana sebenarnya ; supaya dia gak lupa makan.
Sedari pagi ku chat terus, "dek lagi dimana?"
"jam 10 kira-kira aku bisa temuin kamu dimana?"
"hey udah dimana? aku ke tempat kamu deh."

     "bentar kak, aku lagi gak di teknik, nanti kalau udah di teknik aku kabarin."
     "kak tika dimana? aku mau ke kober dulu ambil cetakan pin. jangan kemana-mana nanti aku kesitu lagi."
     "kak, masih disitu? aku lagi responsi kelas nih.."

Akhirnya, baru bisa bertemu dan duduk bareng dengannya jam 5 sore, sedangkan bekalnya sudah siap dari jam 10 pagi.
"Kamu gak usah makan ini deh, udah dingin banget, udah siap dari jam 10 pagi tapi baru dimakan jam 5 sore. Aku gak enak jadinya.."
     "Gakpapa..sini. apaan ini kak?"
"Yaudah makan aja. Pasti daritadi belum makan ya?
"
ia hanya balas tertawa kecil, membuka kotak bekalku sembari terharu-haru gitu, "kak pinjem HP, mau aku foto. HPku memorinya penuh."

Sebahagia itu Aku melihat senyum di wajahnya, aku ceritakan bahwa tahun lalu aku juga seperti dia, tahun ini aku gakmau dia jadi sepertiku dulu. "Berarti tahun depan Aku harus begini juga dong sama wakaops 2016 nanti?", tanyanya sembari tertawa.
"ya terserah, kalau kamu rasa perlu, ya lakuin aja."
Bekal dingin itu dimakan habis, haha entahlah aku jadi terharu sendiri.

Dek, aku emang gak bisa kayak kakak-kakak kamu yang lain, gak bisa kasih saran yang super atau langsung mengatakan "iya" ketika kamu memintaku untuk menjadi front man atau apapun itu di depan. Tapi sebisaku membantu mengatasi itu dengan caraku. Tak perlulah ku beritahu bagaimana aku membujuk oranglain yang (lebih kompeten pastinya) untuk menjadi moderator menggantikan aku, bagaimana aku langsung mengatakan "iya" ketika diminta untuk menjadi mentor walau cara memintanya yang to the point, di H minus berapa hari acara puncak. Karena aku cukup merasakan menjadi Kamu, setega itukah aku menambah kesusahanmu disaat kamu sedang susah dengan yang lain?
Aku akan melakukan apapun yang bisa ku lakukan, dengan cara terbaik. Se-niat itu memang Atika jika sudah menaruh minat pada sesuatu, pun pada seseorang.
Senin ini, kuliahnya libur, tak ada matkul katanya. jadi mungkin, senin ini ia beristirahat total di rumah.

Teruntuk adikku yang sejak jumat hingga minggu berteman dengan toa, HT, HP, pulpen dan kertas di tangannya, yang minggu pagi nyengir di hadapanku dan berkata, "kak aku udah mandi dong." terimakasih karena sudah memberitahuku apa dan bagaimana definisi dari "sayang" itu :)

foto candid :p



Senin, 05 Oktober 2015

Pro dan Kontra...Gatau, bingung.

sumber : www.suv-cars.de
Gaktau, bingung.
Akhirnya aku bisa menuliskan sesuatu disini, lagi T.T
Percayalah sejak postingan terakhir kutulis, aku ingin keesokannya langsung menulis lagi. Tapi ya gitu, waktunya terlalu banyak ku pakai leha-leha, padalah kalau dipakai untuk menulis kan bisa menghasilkan sesuatu. Memang ya, nikmat yang paling sering dianggap remeh itu waktu sehat dan waktu luang. #terussedih

Jadi..gaktau, bingung.
Sekarang jarang update berita dari TV. TV sekarang jadi kayak radio buatku. Didengerin suaranya doang, iya dari kamar. Dan yang terdengar bukannya berita, tapi gosip selebritis terus. Kalau kata ibu, "hiburan". Aurel sama miminya berantem di instagram aja sampe heboh jadi headline infotainment tiap pagi, tetapi korban-korban asap di Riau, cuma jadi breaking news, bahkan running text di TV. #terussedihlagi

Dan ya gaktau, bingung.
Selama beberapa hari belakangan ini banyak peristiwa-peristiwa yang terjadi, bukan sekedar lewat. Aku ikutin sih perkembangannya, tapi gak mendalam banget gitu. Misalnya ; suatu pagi baca celotehan di ask.fm tentang aktivis lingkungan, yang menolak penambangan di daerahnya. Ia menentang itu, akhirnya dibunuh sama yang pro dengan penambangan itu. Aku penasaran, aku search di google terkait beritanya, innalillahi..Gak kuat rasanya baca berita itu sampai habis. Sebegitu gak ada harganya nyawa dibanding tambang, dibunuhnya sadis banget :( Sampai e-mail-ku dikirimi petisi oleh change.org untuk menuntasan penyelidikan kasus itu. Tapi lagi-lagi gak jadi headline news di TV.

Tentang Pro dan Kontra.
Di semester 5 ini ada sebuah matkul yang mengharuskan kita taking sides of everything from pro and contra-nya. Nama matkulnya "Permasalahan Lingkungan dalam Isu Global" panjang ya, memang. Tahunku ini kebagian tema tentang plastik, tahun lalu tentang pesisir, jadi beda-beda gitu tiap angkatan. Iya, satu semester ini kita belajar tentang plastik 'aja'. Aja dalam tanda kutip ya, karena ternyata bahasan tentang plastik itu sendiri gak ada habisnya. Mungkin memang semua hal gak bakal bisa menemui akhir ya kalau dibahas terus. Sebegitu hebatnya ya ilmu, connecting the dots of information, and make it a new knowledge. Aku jadi tambah sadar gitu, kenapa menuntut ilmu itu wajib.
Kembali ke plastik tadi,
Kita sedang berada dalam dilema sebenarnya, di satu pihak banyak yang menkampanyekan untuk kita meninggalkan penggunaan plastik dan beralih pada barang lain yang lebih aman untuk lingkungan, semisal botol minum air mineral, yang biasanya kita beli, sudah , mari mulai sekarang ganti dengan tumblr. Kurangin penggunaan plastik dan mari mulai gunakan kantong belanja, atau bawa tas belanja dari rumah. Itu pandangan dari yang kontra plastik.
Dari yang pro plastik ya beda lagi.. semisal pemasok plastik kresek, pekerjaannya bisa hilang kalau semua orang beralih ke barang bukan plastik. Toko-toko swalayan yang sudah amat sangat bahagia dengan penggunaan plastik sebagai kantong belanja, lalu diganti dengan kantong bahan atau kantong belanja coklat yang biaya pengadaannya lebih mahal, kira-kira, mau tidak?
Benar kan, tentang plastik aja kita dilema sebenarnya, tapi enggak semua orang menyadari hal ini, ya karena masing-masing dah punya fokusannya sendiri, hal ini belum menjadi fokusan bersama.
Coba kamu sesekali, satu hari saja, hidup tanpa plastik? Bisa tidak? Susah ya kayaknya.
Pernah Aku coba, dari pagi udah gak main sama plastik, eh pas malamnya beli nasi goreng dibungkus, terus dibawa pulang pake plastik kresek item #yhaaa #gagal
Jadi gatau, bingung.

Lebih gress-nya lagi tentang Pro dan Kontra,
kemarin baru terjadi (lagi) bentrokan antara abang ojek online dan abang ojek pangkalan. Akibatnya tadi, pas mau pulang dari kampus, jam-jam sore, Aku pesan ojek online karena harus buru-buru sampai di tempat mengajar. Aku harus berjalan dulu keluar kutek, biar aman. Iya, Tika emang sukanya cari aman. Bukan sampe kutek ajasih. Jalan terus sampai Jalan Misan (itu salah satu gang di jalur angkot 04), baru abang ojek online nya "menampakkan diri".
Ia bercerita banyak. Dari beberapa kali order, baru sama abang ini yang dari naik sampai turun motor, perbincangan kita gak berhenti gitu, masih muda juga sih abangnya. Terus tadi gue yang nelpon dia, bukan dia yang nelpon gue. Gue yang nyamperin dia, bukan dia yang nyamperin gue. Khan ucul.
Terus? ya gitu, Pro dan Kontra abang Ojek Online, bahasannya udah banyak dimana-mana. Pasti udah pada tau juga, gak bakal dibahas juga disini, ilmunya kurang ah, gak mau sotoy.
Tapi intinya ya gitu, hidup kita ini sebenarnya dikelilingi oleh pro dan kontra, cuma kadang kita gak mau menyadari aja. Atau mungkin karena cara berpikir manusia beda-beda ya, ada orang yang menyadari pro dan kontra, dan langsung memihak ia ada di pihak mana. Buatku...itu sulit.

-----
Terus yang baca postingan ini komentar : "yaelah tik, idup lu gak jelas amat ginian aja dipikirin."
Iya emang. Gue suka gitu, suka memperhatikan sekitar, terus sadar, terus bingung, gue harus gimana? ya gitu. Sulit.

5 Oktober 2015
di sela-sela mengerjakan laporan praktikum
YEIY, akhirnya nulis blog lagi!

Jumat, 25 September 2015

Partially left-handed

sumber : pinterest.com

Diriku terlahir sebagai orang kidal, yang bagian terkuat dan terinisiatifnya adalah tubuh sebelah kiri, tangan maupun kaki.
Ibu bilang faktor keturunan, karena beberapa anak dari nenek dan kakek (baik dari ibu ataupun bapak) banyak yang kidal.
Menendang bola, main gundu, main recorder/suling, menulis, makan, mengacungkan tangan, apapun kegiatan yang melibatkan tangan dan kaki, aku lakukan dengan tangan kiri. Aku seorang yang kiri tulen, pada awalnya.

Pernah sewaktu ngaji, aku memutuskan untuk memegang kalam (alat penunjuk huruf buat ngaji) pakai tangan kiri, karena menganggap bahwa 'tangan baik'-ku adalah tangan kiri.
Sampai akhirnya ditegur sama Pak Ustadz-nya, "kenapa nunjuk iqro nya kok pake tangan kiri?"
akhirnya ku ceritakan bahwa aku kidal. setelah itu, diberitahu besok-besok pakai tangan kanan aja, dan mulai menjadikan tangan kanan adalah tangan baik seperti 'tugas' tangan kiri selama ini.

Sewaktu SD, saat pelajaran menulis sambung. Aku paling senang kalau main dulu-duluan selesia menulis. Dulu waktu kecil memang ambis banget, entah kenapa sekarang jadi 'yang penting selesai' udah Alhamdulillah :')
Waktu itu, selesai menulis langsung maju ke depan, 'pamer' ke ibu guru kalau Aku sudah selesai dan meminta nilai (di kotak nilai yang sudah kuhias sedemianrupa), selalu begitu kalau pelajaran menulis sambung. Sampai akhirnya bu guru menyadari bahwa Tika nulisnya cepat karena selama ini pakai tangan kiri.

Diomeli, karena katanya itu tangan jelek. Aku lupasih detailnya bagaimana, tapi gara-gara itu, aku jadi belajar menulis pakai tangan kanan. Perjuangan banget memang, aku harus membiasakan tangan kanan memegang pensil. Semenjak itu, udah gak pernah lagi maju duluan karena pakai tangan kanan, menulisnya jadi lama.

Sejak saat itu, latihan buat menulis pakai tangan kanan, dan semakin jarang tangan kiri digunakan. Alhamdulillah juga mulai membiasakan kegiatan-kegiatan 'yang seharusnya dilakukan dengan tangan kanan yang semula di lakukan oleh tangan kiri'. Dan karena jarang digunakan, tulisan tangan kiriku sekarang, gak sebagus tangan kanan, tetapi bisa dimanfaatkan untuk dipakai jika tangan kananku pegal, hehe

Sampai sekarang, cuma nulis, makan, minum, dan kegiatan mendasar lainnya (yang seharusnya dilakukan oleh tangan kanan) yang benar aku lakukan dengan tangan kanan, begitu juga kegiatan mendasar tangan kiri, aku lakukan dengan tangan kiri. Selebihnya kegiatan lain yang awalnya kiri dan bukan mendasar seperti menendang bola, megang hp, gendok bayi, genjreng gitar, pegang pisau, iris bawang, pegang codet, atau apapun itu, tetap kulakukan dengan bagian kiri.

Rabu, 23 September 2015

Menulis

sumber : grammarly.com

Aku mulai suka menulis semenjak aku sadar bahwa memori kadang mudah melupakan suatu kejadian, dan aku juga pernah mendengar bahwa Syaidina Ali berkata ; cara mengikat ilmu adalah dengan menuliskannya. Ilmu yang kutangkap di sini bukanlah hanya terpaku pada pelajaran yang diajarkan secara formal seperti sekolah, kampus, les privat dan sebagainya. Tapi kejadian sehari-hari pun juga disebut ilmu. karena darinya, kita bisa mempelajari sesuatu.

Juga, seperti deskripsi laman blog-ku ini, "karena menulis adalah proyek keabadian, maka menulislah" Menulislah, maka ketika kamu meninggalkan dunia ini, ada sesuatu yang kamu wariskan. Menulislah, maka kenanganmu akan abadi, akan hidup selalu membersamaimu, akan selalu menjadi pengingat di kala dirimu membutuhkan.

Aku baru saja memperbaharui "label" ditampilan blog-ku ini. Jika kamu seseorang yang rajin membuka blog-ku via komputer/laptop, maka kamu akan menemukan tab labels di kiri bawah, yang sekarang hanya menyisakan 3 label ; cerita, tulisan, dan #cerpen

Tak ada tujuan apa-apa selain ingin mengelompokkan tulisan disini menjadi sesuatu yang berpola, karena susah untukku membuat tulisan di blog ini menjadi mempunyai tema, semisal Raditya Dika yang konsisten dengan cerita-cerita kejadian sehari-hari yang lucu dan humoris pada website-nya. atau Kurniawan Gunadi dengan postingan tumblr yang melankoli, konsisten berisi prosa dan cerita pendek yang bisa membuat dirimu berdehem panjang karena meleleh membacanya.
Karena seperti tadi, Aku hanya ingin mempunyai proyek keabadian, maka apapun yang berkesan akan kuceritakan di sini, kuharap dengan mengelompokkannya menjadi 3 label besar mungkin akan membuat tampilannya menjadi "sedikit" bertema, ^.^

Cerita...
berisi kejadian sehari-hari yang Aku alami. Baik yang haru, bahagia, membuat marah, kecewa dan sedih, banyak berisi curahan hati yang kutuliskan tanpa kata kiasan yang bisa menimbulkan ambiguitas bagi yang membaca.

Tulisan...
juga berisi curahan hati, namun bedanya, ini aku tuliskan dengan kata-kata bernada, berpola dan sedikit banyak menimbulkan banyak asumsi dan persepsi bagi yang membaca. Aku senang bermain kata, dan ketika selintas kata terlintas di pikiran. Maka segera Aku jabarkan menjadi suatu tulisan yang berima. Prosa, puisi, sajak.

#Cerpen...
Salah satu keinginanku adalah bisa menuliskan cerpen, cerita pendek, yang berisikan pemain dan memuat percakapan-percakapan sederhana antar tokohnya. Aku belum bisa sekonsisten itu untuk membuat satu cerpen yang utuh. Masih lebih suka menulis tulisan-tulisan seperti pada label "tulisan", tulisan lepas, bebas, yang jika hanya ku tulis satu paragraf pun tak menjadi masalah.
Maka doakan ya, semoga bisa istiqomah untuk mulai belajar menulis cerpen, hehe

Sekian pengumuman kecil di blog ini.
Aku percaya bukan Aku saja yang membacanya, hehe
Sudah kadung senang ketika ada teman yang menjapri-ku atau berbicara langsung padaku, dan berkata bahwa ia baru saja membaca tulisan di blogku.
Percayalah, tak ada yang lebih membahagiakan bagi seseorang yang suka menulis, dibanding menemukan orang yang menyukai tulisannya.

Salam dan terimakasih,
Atika
23 September 2015

Senin, 21 September 2015

#GojekGotMeHere

ciee judulnya berhestek, mau ngeshare refferal code Go-jek? haha sudah tak bisa lagi sekarang :(

By the way...
Ini Senin pagi, jadi kuingin bercerita..
Sedang kebingungan nyari dua buku tebal (re : tatakan laptop) punya senior yang gue pinjem Selasa lalu, udah ubek-ubek kamar, ya kali gitu nyelip, tapi gamungkin juga sih nyelip, lah buku tebal gitu. Tapi yaudah nyari dulu aja.
Frustasi karena gak ketemu, akhirnya nanya di grup angkatan. Eh, ada yang japri, memberikan pencerahan.
mhehehehehe-_-
iya ternyata Selasa kemarin gue ke kosan Ayu. Niatnya mau ngerjain tubes bareng-bareng, tapi kepala pusying banget. Akhirnya jadi numpang tidur bentaran. Bentaran....... terus bangun-bangun jam 5. Yawda pamit pulang, terus order Go-Jek gitu, nah jadi nyambung kan sama judul postingan ini? eahahaha sa ae lu.

-----------
#GoJekGotMeHere yaa, #GojekGotMeEverywhere (padahal cuma order dari rumah ke teknik doang pake bilang everywhere-_-)
Sebernya udah lama install Go-Jek, ya gaktau kenapa, seneng aja ngeliat ijo-ijo di peta yang bertuliskan "Drivers near me", sekalian belajar baca peta juga. Memperbaiki kemampuan spasial, hehe
Gue punya Go-Jek Credit 50.000, bisa buat gue pake 4x (2x Promo 10ribu. 2x tarif 15ribu) dan abis. Sekarang saldonya Rp. 0,-.
udah. Sekarang kalo naik gojek bayar.
dah.

Karena 4 kali order jadi ada 4 kali cerita nih ceritanya, gue mau ceritain cerita-cerita tentang abang gojek  #ceritaception

1. Bapak Mad Hasan

Orderannya lumayan lama. Eh, sebenernya cepat sih, cuma karena pertama kali pake gojek jadi berasa lama. Karena rumah gue masuk-masuk gang gitu, jadinya gue pesen di depan masjid pinggir jalan besar deket rumah.
Nyampe juga bapaknya.
A : Susah gak pak nemuinnya?
M : Gak mbak, tadi saya nyari masjid. Terus ke sini.
A : Kok gapake atribut pak?
M : Iya. Saya baru jadi gojek mbak
A : Oh.. saya juga baru nih download gojek
.....perjalanan menuju ke teknik, jalannya gak sesuai rute, tapi gue yang tunjukin jalan. kalo ikutin rute, jadi jauh gitu, masa ke RS Bunda Margonda dulu ckck, padahal gue di Tanah Baru.
Si bapak belum pake atribut gojek. Jaket dan helm-nya gak ada gojek-gojeknya. Anterin Atika sampe depan teknik dengan selamat.
A : Pak ini selanjutnya gimana? Saya pake gojek kredit, gak ngerti pak
M : oh, iya udah mbak, nanti otomatis terpotong sesuai tarifnya.
...iseng mata gue ngelirik ke HP bapaknya. Wuiih ternyata tarif asli dari rumah gue ke teknik, yang notabene nya masih di depok juga, lumayan loh. Bahkan lebih mahal daripada tarif ojek pangkalan dari rumah ke teknik. Tapi baiknya gojek, Drivernya tetep dapet bayaran sesuai tarif asli, kita cuma dikenakan tarif 10ribu. sisanya dibayarin gojek.
terus gue jadi mikir...
.
.
Lah iya, secepet itu dapet duit yang lumayan. Pantesan banyak yang banting stir jadi gojek. Semenggiurkan itu penghasilannya..
Di luar bahasan kalau ternyata tarif asli gojek lebih mahal daripada tarif ojek pangkalan dengan rute yang sama. Tapi kita mana mau tau, kan? yang penting murah. Dah.

Padahal kalau dipikir..
Sebenernya siapa yang lebih membutuhkan uang....
Hem...

kisah abang yang lainnya nanti lagi deh.
Ku mau belajar dulu, nanti kuis. ciee
Kelas jam 1 siang, jadi sekarang masih belajar di rumah,--belajar materi dari internet karena bukunya masih di kosan Ayu--
hohohohoho

No More WACANA.

Hai!
Akhirnya hari ini datang juga dan membuktikan bahwa tak selalu rencana yang kita buat menjadi wacana wkwk
Yap, kali ini aku berbicara tentang rencana belajar masak sama si AP. Akhirnya, hari ini kita benar-benar merealisasikannya, yeiy! :)
Jadi ceritanya begini,
Hari ini sepulang dari Teknik sehabis mengumpulkan barang-barang yang harus dibawa untuk kersos. Atika dan AP akhirnya pergi ke apartemennya AP di daerah kalibata, sepanjang perjalanan kita mendiskusikan tentang apa yang mau kita masak nanti nya. Akhirnya tersebutlah sebuah kesepakatan : Opor Ayam! dengan ekspektasi seperti opor-opor lebaran pada umumnya, kuahnya banyak, gurih, kuning, ayamnya empuk gitu. Tapi yang kita bikin adalah opor yang berbeda, AP bilang sih opor sumatera, kuahnya putih agak kental. Tapi tetap enak kok^.^ *makanan sendiri, masa dibilang gak enak*
ditambah dengan makanan ringannya, kita membuat rollade sosis.

Jadi pertama-tama kita pergi ke supermarket untuk membeli bahan masakan. Baiknya AP, dia gak langsung pilih dan ambil bahan-bahannya, walau sebenarnya dia tahu. Tapi secara sabar, membimbing supaya Aku sendiri yang menentukan bahan yang seharusnya digunakan untuk membuat opor ayam. Malu banget rasanya, masa nentuin bahan masakan aja selama itu haha T_T

Selesai itu, kita langsung menuju apartement-nya AP yang lokasinya gak jauh dari situ, And this is my fav part haha kita mulai masaknyaaa :9
Satu hal yang menjadi perhatianku adalah, AP ini, walaupun bisa dibilang hidupnya seperti nge-kost, tapi peralatan masaknya lengkap banget buat ukuran anak kuliah.

And.....the story has begin..
Cerita diatas ditulis tepat kepulangan dari belajar memasak di apart Ahadya.
lalu yang dibawah ini adalah lanjutannya yang aku selesaikan hari ini (20/09/2015), ternyata kemarin masih jadi draft. hehe

Jadi....
mulai saat itu, Ahadya jadi guru masak Atika.
kalau nanya-nanya, jadi ke dia, walau cuma di chat dan gak ketemu langsung.
Selama liburan kemarin juga kan dia KP di Papua.
Dia sering ngeremehin gue, gaktau aja dia... gue emang gak bisa masak.
haha

Ahadya such a nice chef! Waduu gak ngerti lagi sama hebatnya cewek teknik satu ini wkwkwk
Kalo ngeliat orangnya, gak bakal nyangka deh lu kalo ni anak bisa masak haha *ampun Aha*

Sekarang kita sama-sama ikutan UI Cooking Club. Club masak gitudeee. Rencananya si Aha, kalo udah demis ngurusin duit lembaga di teknik, mau ngurusin duit disini katanya haha

Beberapa masakan yang jadi, dan yang didokumentasikan.
Yaa teknik fotografinya emang jelek, tapi rasanya enak :P
Mau jadi tester gak?
Nanti kubawain deh haha
Tester pertama gratis kok :p

      
 

Gunung dan Laut

dok. pribadi, Mt. Sumbing

Tata Surya.
Bumi dan matahari itu berjarak, begitu setiap waktunya.
Walau dengan keberjarakannya, matahari tetap menjadi sumber energi, bahkan yang utama di bumi.

Langit dan tanah berjarak, begitu setiap saatnya.
Tapi dengan keberjarakannya, hujan bisa turun membasahi.
Pun demikian, airnya kembali ke langit ; evaporasi.

Gunung dan laut
Yang satu tinggi sedang yang lain rendah.
Aku tak tahu hubungan apa yang menyatukan.

Tapi..
karena membersamai bukan berarti selalu berdekatan.
atau mungkin memang berjarak, tetapi tetap beriringan.
Gunungmu berbahagia bersama fajar.
Lautku berbahagia bersama senja.

Mungkin di suatu waktu nanti bisa kita coba?
Gunungmu bertemu senja dan lautku bertemu fajar.
Jingga nya sama.
hanya saja yang satu menyambut hari, sedang yang lain menunggu kepulangan.

Tapi Aku tau,
Aku bukan sebaik-baik pemberi jawaban.
Jadi jika kau ingin meminta sesuatu, mintalah kepada-Nya.

Jadi,
sampai jumpa di sana.
Di titik temu.
ketika keberjarakan berubah menjadi kebersamaan yang diperbolehkan. :)
-----------------------
21/09/2015
Menulis ini setelah memutuskan sesuatu yang seharusnya sudah dilakukan sedari awal.
Salah jalan dan berbalik di perjalanan, walau sudah jauh, mungkin lebih baik
daripada sudah sadar sedari awal bahwa kita salah jalan, namun terus memaksakan.

Terimakasih pengertiannya.
Bismillah (: