Kamis, 20 Desember 2018

A JOBSEEKER : Cerita Akhir Tahun 2018

2018 hampir berakhir karena sekarang udah tanggal 20 Desember, tapi status gue masih gini-gini aja, single #eh bukan maksudnya masih jadi 'pengangguran' di mata orang-orang. 

Kenapa di mata orang-orang? karena sebenernya, di mata gue, gue sih enggak pengangguran, cuma emang pemasukannya enggak tentu dan terstruktur. Bulan ini di awal, bulan depan di akhir, bulan selanjutnya di tiap weekend. Ya gitu, hidup freelancer!!! Gue mah hepi-hepi aja gitu.

Tapi emang dasarnya Tika ini orangnya melankoli, jadi sangat amat memikirkan perkataan orang terhadapnya, jadi omongan-omongan orang sana-sini itu didengerin terus jadi kepikiran gitu. Alay memang.

Aku udah 2 kali ikut seleksi CPNS sebenernya, di 2017 dan 2018. 2017 lolos passing grade, tapi gak masuk kuota. Kuota cuma 3, jadi diambil 9, aku peringkat 21. *cry. 2018 coba lagi kan, boro-boro lolos passing grade, TKP-nya susah banget masyaAllah :") terus pas di pengumuman hasil, Aku peringkat 16 dan cuma diambil 5 teratas *crylagi.

Terus 2019 katanya CPNS buka lagi pendaftaran hehehehe... Emang anaknya cuma kepengen jadi PNS haha, enggak tertarik banget buat kerja di swasta atau di company-company-gitu. Tapi lagi-lagi, orang-orang mah kiranya aku ini enggak dipanggil-panggil interview kerja, padahal mah, daftar aja enggak pernah ya gimana mau dipanggil? hahahaha

Oleh sebab itu, maka, si Atika yang lulusan Agustus 2017 ini akhirnya membuat rapih CV-nya pada November 2018 dan mengikuti suatu JobFair yang digelar di GBK, atas ajakan seorang teman.

Gak ada persiapan ekstra sama sekali, cuma bermodal print CV 5 lembar dan membawa diri. Sampai sana, sembari menunggu temanku ini, aku melihat tiap-tiap orang ; pakaiannya rapi, kemeja gitu. Bawa map coklat, fotokopi-fotokopi berkas, KTP, transkip nilai, CV, surat lamaran, ijazah lengkap udah dibundel satu-satu. Ya ampun, langsung jiper lah. Malu ke diri sendiri. Tapi berhubung udah sampai di tempat yaa udah, masuk aja.

Ternyata, jobfair itu.....RAME! PARAH! SUMPAH! ini ironis sih sebenernya, ketika suatu acara jobfair banyak yang datang, itu karena dua hal ; acaranya memang bagus makanya jadi mengundang animo masyarakat, atau memang karena banyaknya pengangguran di negeri ini T.T *crycry

Besoknya, Aku datang lagi ke JobFair di Balairung UI, dan yaa.. meski tidak terlalu ramai, tetapi tetap sama aja sikonnya, bedanya yang ini, Atika udah lebih berani nanya-nanya di tiap booth aja.

Intinya di Jobfair adalah kamu bisa dapat kesempatan mendaftar lebih besar daripada orang-orang yang daftar dari rumah masing-masing (yang dalam artian gak datang ke jobfair), karena banyak booth-booth yang hadir, meminta kita untuk scan QR / do something yang cuma bisa dilakukan di booth itu (udah semakin jarang kayaknya sekarang drop CV) terus masuk ke laman perusahaan mereka. Nah. Aku iseng coba di rumah kan, nyoba akses si perusahaan itu, ternyata enggak bisa tanpa akses scan QR di booth acara.
nih contohnya, yang bisa daftar di link pendaftaran cuma yang ada foto selfie di booth BPJS

Jadi semakin canggih ya dunia ini.

Tamparan keras banget rasanya yang gue alami waktu ikutan jobfair adalah, saat di satu booth, booth RCTI-MNCTV gur inget banget. Ada seorang jobseeker juga kayak gue, dan dia tuna wicara, menanyakan ke penjaga booth, yang kurang lebih artinya, "Mas, ada lowongan untuk orang yang tuna wicara?" dengan senyum, mas penjaga menjawab, "oh, enggak ada.", lalu ia bilang terimakasih dan berpindah ke booth lainnya.

Duh. Aku ngerasa malu. Malu banget. Dikasih fisik yang sempurna gini, tapi masih enggak semangat banget buat cari kerja.

Maka setelah dari dua jobfair itu, aku bergegas buka internet dan buat akun di indeed, Jobs.id, jobslike, dan jobsjobs lainnya, upload CV dan berkas-berkas yang diperlukan.

Lamar di beberapa perusahaan, kirim email dan sebagainya, Ah! ternyata gini rasanya? Nunggu-nunggu notifikasi atau email direspon hahaha. Ini loh yang teman-temanku jalani setahun kebelakang dan aku baru memulainya sekarang. Duh. Tika.

Bertepatan juga saat ini lagi urus-urus perihal pembebasan jalan tol (gusuran) yang keluargaku adalah salah satu yang rumahnya kena gusur itu. Aku sama sepupu yang mondar mandir bantu urus, urus ini urus itu, di internal keluarga sendiri (karena masih keluarga besar, jadi ibu dan seluruh adik kakaknya), urus di eksternal, ke RT, RW sampe kecamatan.
Keluargaku kan orang 'dulu' semua gitu, yang gak paham birokrasi gini, bingung sendiri. 

Tapi lebih banyak capeknya sepupu ku ini sih, aku baru ikutan sibuk-sibuk di sekarang-sekarang aja. Terus kemarin, waktu hampir menjelang selesai, ibu berkata, "Ini gimana kalo engga ada tika ya, enggak keurus kali. Untung tika belom kerja ya."

WKWKWKWKWK TIKA BELUM KERJA DIBILANG UNTUNG LOH AMA EMAK :"

Iyasih, karena kalau gue udah kerja pasti enggak bisa kan tiap hari mondar-mandir ngerjain ini. Sampe meriang, pusing kepala. Semua maunya didahuluin, semua maunya diurusin yang pertama, kesel sebel gitu gak sih rasanya. Kayak...INI UDAH GUE URUSIN JUGA LU PADA TINGGAL SABAR AJA NUNGGU KABAR wkwk *gakselow Tapi aku enggak marah-marah kok, senyum terus aku mah.

Dan...
Terlepas dari itu, Aku masih bersyukur. Masih ada keahlian yang bisa dimanfaatkan, di waktu menungu-menunggu panggilan kerja ini. Jadi enggak diam aja di rumah, meski kadang pundung juga, orang-orang mungkin lihatnya aku se-jobless itu kaliya sampai apa-apa pakai tanda perintah 'sekarang' WHOY! AH!

Dan yaa....
di akhir tulisan ini, intinya adalah TETAP SEMANGAT! Temanku cerita dia daftar di Nestle Agustus 2017 dan baru dapet panggilan September 2018, sampe dia-pun lupa kalau pernah daftar di Nestle. Garis waktu kehidupan setiap orang berbeda. Mungkin waktumu berbeda dari temanmu, tapi itu bukan masalah. Tepat waktu dan di waktu yang tepat. Rezeki dari Allah enggak bakal tertukar, asal kamu juga mau untuk terus mengusahakannya. Bukan begitu? :p

Depok, 20 Desember 2018
Atika Widiastuti

2 komentar:

  1. ada yg bilang,orang2 yg kerja kantoran itu cuma buat dianggap 'kerja' sm tetangga..soalnya kadang freelancer disangka kayak pengangguran :') aku pernah juga dinyinyirin disangka pengangguran karna jd freelancer

    BalasHapus