Jumat, 25 September 2015

Partially left-handed

sumber : pinterest.com

Diriku terlahir sebagai orang kidal, yang bagian terkuat dan terinisiatifnya adalah tubuh sebelah kiri, tangan maupun kaki.
Ibu bilang faktor keturunan, karena beberapa anak dari nenek dan kakek (baik dari ibu ataupun bapak) banyak yang kidal.
Menendang bola, main gundu, main recorder/suling, menulis, makan, mengacungkan tangan, apapun kegiatan yang melibatkan tangan dan kaki, aku lakukan dengan tangan kiri. Aku seorang yang kiri tulen, pada awalnya.

Pernah sewaktu ngaji, aku memutuskan untuk memegang kalam (alat penunjuk huruf buat ngaji) pakai tangan kiri, karena menganggap bahwa 'tangan baik'-ku adalah tangan kiri.
Sampai akhirnya ditegur sama Pak Ustadz-nya, "kenapa nunjuk iqro nya kok pake tangan kiri?"
akhirnya ku ceritakan bahwa aku kidal. setelah itu, diberitahu besok-besok pakai tangan kanan aja, dan mulai menjadikan tangan kanan adalah tangan baik seperti 'tugas' tangan kiri selama ini.

Sewaktu SD, saat pelajaran menulis sambung. Aku paling senang kalau main dulu-duluan selesia menulis. Dulu waktu kecil memang ambis banget, entah kenapa sekarang jadi 'yang penting selesai' udah Alhamdulillah :')
Waktu itu, selesai menulis langsung maju ke depan, 'pamer' ke ibu guru kalau Aku sudah selesai dan meminta nilai (di kotak nilai yang sudah kuhias sedemianrupa), selalu begitu kalau pelajaran menulis sambung. Sampai akhirnya bu guru menyadari bahwa Tika nulisnya cepat karena selama ini pakai tangan kiri.

Diomeli, karena katanya itu tangan jelek. Aku lupasih detailnya bagaimana, tapi gara-gara itu, aku jadi belajar menulis pakai tangan kanan. Perjuangan banget memang, aku harus membiasakan tangan kanan memegang pensil. Semenjak itu, udah gak pernah lagi maju duluan karena pakai tangan kanan, menulisnya jadi lama.

Sejak saat itu, latihan buat menulis pakai tangan kanan, dan semakin jarang tangan kiri digunakan. Alhamdulillah juga mulai membiasakan kegiatan-kegiatan 'yang seharusnya dilakukan dengan tangan kanan yang semula di lakukan oleh tangan kiri'. Dan karena jarang digunakan, tulisan tangan kiriku sekarang, gak sebagus tangan kanan, tetapi bisa dimanfaatkan untuk dipakai jika tangan kananku pegal, hehe

Sampai sekarang, cuma nulis, makan, minum, dan kegiatan mendasar lainnya (yang seharusnya dilakukan oleh tangan kanan) yang benar aku lakukan dengan tangan kanan, begitu juga kegiatan mendasar tangan kiri, aku lakukan dengan tangan kiri. Selebihnya kegiatan lain yang awalnya kiri dan bukan mendasar seperti menendang bola, megang hp, gendok bayi, genjreng gitar, pegang pisau, iris bawang, pegang codet, atau apapun itu, tetap kulakukan dengan bagian kiri.

Rabu, 23 September 2015

Menulis

sumber : grammarly.com

Aku mulai suka menulis semenjak aku sadar bahwa memori kadang mudah melupakan suatu kejadian, dan aku juga pernah mendengar bahwa Syaidina Ali berkata ; cara mengikat ilmu adalah dengan menuliskannya. Ilmu yang kutangkap di sini bukanlah hanya terpaku pada pelajaran yang diajarkan secara formal seperti sekolah, kampus, les privat dan sebagainya. Tapi kejadian sehari-hari pun juga disebut ilmu. karena darinya, kita bisa mempelajari sesuatu.

Juga, seperti deskripsi laman blog-ku ini, "karena menulis adalah proyek keabadian, maka menulislah" Menulislah, maka ketika kamu meninggalkan dunia ini, ada sesuatu yang kamu wariskan. Menulislah, maka kenanganmu akan abadi, akan hidup selalu membersamaimu, akan selalu menjadi pengingat di kala dirimu membutuhkan.

Aku baru saja memperbaharui "label" ditampilan blog-ku ini. Jika kamu seseorang yang rajin membuka blog-ku via komputer/laptop, maka kamu akan menemukan tab labels di kiri bawah, yang sekarang hanya menyisakan 3 label ; cerita, tulisan, dan #cerpen

Tak ada tujuan apa-apa selain ingin mengelompokkan tulisan disini menjadi sesuatu yang berpola, karena susah untukku membuat tulisan di blog ini menjadi mempunyai tema, semisal Raditya Dika yang konsisten dengan cerita-cerita kejadian sehari-hari yang lucu dan humoris pada website-nya. atau Kurniawan Gunadi dengan postingan tumblr yang melankoli, konsisten berisi prosa dan cerita pendek yang bisa membuat dirimu berdehem panjang karena meleleh membacanya.
Karena seperti tadi, Aku hanya ingin mempunyai proyek keabadian, maka apapun yang berkesan akan kuceritakan di sini, kuharap dengan mengelompokkannya menjadi 3 label besar mungkin akan membuat tampilannya menjadi "sedikit" bertema, ^.^

Cerita...
berisi kejadian sehari-hari yang Aku alami. Baik yang haru, bahagia, membuat marah, kecewa dan sedih, banyak berisi curahan hati yang kutuliskan tanpa kata kiasan yang bisa menimbulkan ambiguitas bagi yang membaca.

Tulisan...
juga berisi curahan hati, namun bedanya, ini aku tuliskan dengan kata-kata bernada, berpola dan sedikit banyak menimbulkan banyak asumsi dan persepsi bagi yang membaca. Aku senang bermain kata, dan ketika selintas kata terlintas di pikiran. Maka segera Aku jabarkan menjadi suatu tulisan yang berima. Prosa, puisi, sajak.

#Cerpen...
Salah satu keinginanku adalah bisa menuliskan cerpen, cerita pendek, yang berisikan pemain dan memuat percakapan-percakapan sederhana antar tokohnya. Aku belum bisa sekonsisten itu untuk membuat satu cerpen yang utuh. Masih lebih suka menulis tulisan-tulisan seperti pada label "tulisan", tulisan lepas, bebas, yang jika hanya ku tulis satu paragraf pun tak menjadi masalah.
Maka doakan ya, semoga bisa istiqomah untuk mulai belajar menulis cerpen, hehe

Sekian pengumuman kecil di blog ini.
Aku percaya bukan Aku saja yang membacanya, hehe
Sudah kadung senang ketika ada teman yang menjapri-ku atau berbicara langsung padaku, dan berkata bahwa ia baru saja membaca tulisan di blogku.
Percayalah, tak ada yang lebih membahagiakan bagi seseorang yang suka menulis, dibanding menemukan orang yang menyukai tulisannya.

Salam dan terimakasih,
Atika
23 September 2015

Senin, 21 September 2015

#GojekGotMeHere

ciee judulnya berhestek, mau ngeshare refferal code Go-jek? haha sudah tak bisa lagi sekarang :(

By the way...
Ini Senin pagi, jadi kuingin bercerita..
Sedang kebingungan nyari dua buku tebal (re : tatakan laptop) punya senior yang gue pinjem Selasa lalu, udah ubek-ubek kamar, ya kali gitu nyelip, tapi gamungkin juga sih nyelip, lah buku tebal gitu. Tapi yaudah nyari dulu aja.
Frustasi karena gak ketemu, akhirnya nanya di grup angkatan. Eh, ada yang japri, memberikan pencerahan.
mhehehehehe-_-
iya ternyata Selasa kemarin gue ke kosan Ayu. Niatnya mau ngerjain tubes bareng-bareng, tapi kepala pusying banget. Akhirnya jadi numpang tidur bentaran. Bentaran....... terus bangun-bangun jam 5. Yawda pamit pulang, terus order Go-Jek gitu, nah jadi nyambung kan sama judul postingan ini? eahahaha sa ae lu.

-----------
#GoJekGotMeHere yaa, #GojekGotMeEverywhere (padahal cuma order dari rumah ke teknik doang pake bilang everywhere-_-)
Sebernya udah lama install Go-Jek, ya gaktau kenapa, seneng aja ngeliat ijo-ijo di peta yang bertuliskan "Drivers near me", sekalian belajar baca peta juga. Memperbaiki kemampuan spasial, hehe
Gue punya Go-Jek Credit 50.000, bisa buat gue pake 4x (2x Promo 10ribu. 2x tarif 15ribu) dan abis. Sekarang saldonya Rp. 0,-.
udah. Sekarang kalo naik gojek bayar.
dah.

Karena 4 kali order jadi ada 4 kali cerita nih ceritanya, gue mau ceritain cerita-cerita tentang abang gojek  #ceritaception

1. Bapak Mad Hasan

Orderannya lumayan lama. Eh, sebenernya cepat sih, cuma karena pertama kali pake gojek jadi berasa lama. Karena rumah gue masuk-masuk gang gitu, jadinya gue pesen di depan masjid pinggir jalan besar deket rumah.
Nyampe juga bapaknya.
A : Susah gak pak nemuinnya?
M : Gak mbak, tadi saya nyari masjid. Terus ke sini.
A : Kok gapake atribut pak?
M : Iya. Saya baru jadi gojek mbak
A : Oh.. saya juga baru nih download gojek
.....perjalanan menuju ke teknik, jalannya gak sesuai rute, tapi gue yang tunjukin jalan. kalo ikutin rute, jadi jauh gitu, masa ke RS Bunda Margonda dulu ckck, padahal gue di Tanah Baru.
Si bapak belum pake atribut gojek. Jaket dan helm-nya gak ada gojek-gojeknya. Anterin Atika sampe depan teknik dengan selamat.
A : Pak ini selanjutnya gimana? Saya pake gojek kredit, gak ngerti pak
M : oh, iya udah mbak, nanti otomatis terpotong sesuai tarifnya.
...iseng mata gue ngelirik ke HP bapaknya. Wuiih ternyata tarif asli dari rumah gue ke teknik, yang notabene nya masih di depok juga, lumayan loh. Bahkan lebih mahal daripada tarif ojek pangkalan dari rumah ke teknik. Tapi baiknya gojek, Drivernya tetep dapet bayaran sesuai tarif asli, kita cuma dikenakan tarif 10ribu. sisanya dibayarin gojek.
terus gue jadi mikir...
.
.
Lah iya, secepet itu dapet duit yang lumayan. Pantesan banyak yang banting stir jadi gojek. Semenggiurkan itu penghasilannya..
Di luar bahasan kalau ternyata tarif asli gojek lebih mahal daripada tarif ojek pangkalan dengan rute yang sama. Tapi kita mana mau tau, kan? yang penting murah. Dah.

Padahal kalau dipikir..
Sebenernya siapa yang lebih membutuhkan uang....
Hem...

kisah abang yang lainnya nanti lagi deh.
Ku mau belajar dulu, nanti kuis. ciee
Kelas jam 1 siang, jadi sekarang masih belajar di rumah,--belajar materi dari internet karena bukunya masih di kosan Ayu--
hohohohoho

No More WACANA.

Hai!
Akhirnya hari ini datang juga dan membuktikan bahwa tak selalu rencana yang kita buat menjadi wacana wkwk
Yap, kali ini aku berbicara tentang rencana belajar masak sama si AP. Akhirnya, hari ini kita benar-benar merealisasikannya, yeiy! :)
Jadi ceritanya begini,
Hari ini sepulang dari Teknik sehabis mengumpulkan barang-barang yang harus dibawa untuk kersos. Atika dan AP akhirnya pergi ke apartemennya AP di daerah kalibata, sepanjang perjalanan kita mendiskusikan tentang apa yang mau kita masak nanti nya. Akhirnya tersebutlah sebuah kesepakatan : Opor Ayam! dengan ekspektasi seperti opor-opor lebaran pada umumnya, kuahnya banyak, gurih, kuning, ayamnya empuk gitu. Tapi yang kita bikin adalah opor yang berbeda, AP bilang sih opor sumatera, kuahnya putih agak kental. Tapi tetap enak kok^.^ *makanan sendiri, masa dibilang gak enak*
ditambah dengan makanan ringannya, kita membuat rollade sosis.

Jadi pertama-tama kita pergi ke supermarket untuk membeli bahan masakan. Baiknya AP, dia gak langsung pilih dan ambil bahan-bahannya, walau sebenarnya dia tahu. Tapi secara sabar, membimbing supaya Aku sendiri yang menentukan bahan yang seharusnya digunakan untuk membuat opor ayam. Malu banget rasanya, masa nentuin bahan masakan aja selama itu haha T_T

Selesai itu, kita langsung menuju apartement-nya AP yang lokasinya gak jauh dari situ, And this is my fav part haha kita mulai masaknyaaa :9
Satu hal yang menjadi perhatianku adalah, AP ini, walaupun bisa dibilang hidupnya seperti nge-kost, tapi peralatan masaknya lengkap banget buat ukuran anak kuliah.

And.....the story has begin..
Cerita diatas ditulis tepat kepulangan dari belajar memasak di apart Ahadya.
lalu yang dibawah ini adalah lanjutannya yang aku selesaikan hari ini (20/09/2015), ternyata kemarin masih jadi draft. hehe

Jadi....
mulai saat itu, Ahadya jadi guru masak Atika.
kalau nanya-nanya, jadi ke dia, walau cuma di chat dan gak ketemu langsung.
Selama liburan kemarin juga kan dia KP di Papua.
Dia sering ngeremehin gue, gaktau aja dia... gue emang gak bisa masak.
haha

Ahadya such a nice chef! Waduu gak ngerti lagi sama hebatnya cewek teknik satu ini wkwkwk
Kalo ngeliat orangnya, gak bakal nyangka deh lu kalo ni anak bisa masak haha *ampun Aha*

Sekarang kita sama-sama ikutan UI Cooking Club. Club masak gitudeee. Rencananya si Aha, kalo udah demis ngurusin duit lembaga di teknik, mau ngurusin duit disini katanya haha

Beberapa masakan yang jadi, dan yang didokumentasikan.
Yaa teknik fotografinya emang jelek, tapi rasanya enak :P
Mau jadi tester gak?
Nanti kubawain deh haha
Tester pertama gratis kok :p

      
 

Gunung dan Laut

dok. pribadi, Mt. Sumbing

Tata Surya.
Bumi dan matahari itu berjarak, begitu setiap waktunya.
Walau dengan keberjarakannya, matahari tetap menjadi sumber energi, bahkan yang utama di bumi.

Langit dan tanah berjarak, begitu setiap saatnya.
Tapi dengan keberjarakannya, hujan bisa turun membasahi.
Pun demikian, airnya kembali ke langit ; evaporasi.

Gunung dan laut
Yang satu tinggi sedang yang lain rendah.
Aku tak tahu hubungan apa yang menyatukan.

Tapi..
karena membersamai bukan berarti selalu berdekatan.
atau mungkin memang berjarak, tetapi tetap beriringan.
Gunungmu berbahagia bersama fajar.
Lautku berbahagia bersama senja.

Mungkin di suatu waktu nanti bisa kita coba?
Gunungmu bertemu senja dan lautku bertemu fajar.
Jingga nya sama.
hanya saja yang satu menyambut hari, sedang yang lain menunggu kepulangan.

Tapi Aku tau,
Aku bukan sebaik-baik pemberi jawaban.
Jadi jika kau ingin meminta sesuatu, mintalah kepada-Nya.

Jadi,
sampai jumpa di sana.
Di titik temu.
ketika keberjarakan berubah menjadi kebersamaan yang diperbolehkan. :)
-----------------------
21/09/2015
Menulis ini setelah memutuskan sesuatu yang seharusnya sudah dilakukan sedari awal.
Salah jalan dan berbalik di perjalanan, walau sudah jauh, mungkin lebih baik
daripada sudah sadar sedari awal bahwa kita salah jalan, namun terus memaksakan.

Terimakasih pengertiannya.
Bismillah (:

Jumat, 18 September 2015

Ketertidakbisaan

Hullaaaa, ku kembali.
Sedang kacau balau sekali pikiran.
Hem... bukan tentang itu, tapi tentang ini. #apasih

Jadi, belakangan ini sering sekali terjadi kehilangan padaku.
kehilangan yang bukan punyaku, tetapi kebanyakan pada apa yang dititipkan padaku.
Aku sedang dalam proses menyelidikinya sih, semoga berbuah hasil ya.

Sebenernya gak mau percaya,
tapi kondisi yang terjadi membuat praduga-praduga terbawa kesana.
masa diriku percaya akan keberadaannya?
ah, tuyul ngeselin.

---
random//kzl sama tuyul.

Selasa, 01 September 2015

Seleksi Diri

sumber : wallpapercave.com

Pernah terlontar pertanyaan darinya, bagaimana sikapmu dalam berteman?
jawaban yang terbersit adalah ; Aku tidak memilih-milih, kok. Aku berteman pada siapapun.

Lalu ia menjawab dengan panjangnya,
"Mungkin awalnya iya, kamu tidak memilih-milih, karena kamu belum mengetahui karakter masing-masing dari orang-orang itu. Namun semakin lama kalian berinteraksi, dirimu sendiri yang menentukan, seseorang ini dapat dikategorikan sebagai teman atau bukan.

Dirimu, secara ajaib seperti memiliki 'standar' atau yang lebih halusnya, adalah 'parameter', seperti apa orang yang bisa kau jadikan teman. Banyak jenis-jenis manusia yang mendatangimu, atau kamu yang mendatangi mereka, tapi ada berapa yang benar-benar bisa kau jadikan teman? tidak semua kan?
Karena kamu 'menerima' seseorang, berdasarkan 'suatu parameter' yang mungkin secara tidak sadar telah kamu tentukan, tak heran jika orang yang bersamamu, adalah orang yang 'sejenis', atau kamu bisa bilang 'satu frekuensi'.
Itulah makanya, ada kalimat yang mengatakan "kamu tidak jauh berbeda dengan orang-orang di sekelilingmu.", seperti yang Aku bilang tadi.

Apa itu salah?
"Tidak. Setiap orang melakukan itu, tapi pastikan saja, kalian berada di satu frekuensi kebaikan."

--------------------------
another conversation with Kakak Matahari
Senin, 31 Agustus 2015
hari pertama semester 5.