Rabu, 25 Januari 2017

Setengah Sarjana Teknik

Well! Mungkin judulnya engga menggambarkan sungguh-sungguh bahwa ini adalah cerita tentang setengah sarjana teknik karena menurut beberapa dosen, pengerjaan skripsi bukanlah penentu seorang mahasiswa fakultas teknik bisa menjadi sarjana bilamana matkul-matkul lainnya tetap saja ada yang tidak lulus, berbeda jika itu adalah tugas akhir. Tapi yah, pengerjaan skripsi engga bisa dibilang 'cuma' sih, karena tetap aja butuh effort dalam pengerjaannya. Hehehehehe

Jadi disini gue mau cerita tentang suka-suka-duka-suka-suka-suka pengerjaan bab 1, bab 2, dan bab 3 skripsi alias seminar, atau beberapa kampus lain menyebutnya proposal.
Bukan proposal untuk melamarmu, bukan. Gausah baper.

Jadi, di waktu-waktu pelaksanaan Kerja Praktek, disaat gue cuma fokus ke Kerja Praktek (karena meski KP bertiga tapi berasa berdua hehe), beberapa teman yang memang rajin sudah sering bolak-balik ke dosen untuk diskusi topik skripsi mereka, mengajukan beberapa masalah yang berkaitan dengan ke-teknik-lingkungan-an dan meminta saran serta pertimbangan dari sang dosen. Dosen pembimbing ini salah satu yang krusial banget memang, karena akan menentukan tingkat kesuksesan pengerjaan skripsimu nantinya. Sering kan baca meme-meme kalau skripsi itu susah karena dosen susah ditemui? Itu fakta loh, bukan cuma gurauan meme aja.

Ini dia tips pertama dalam pengerjaan skripsi : PDKT-in dosen incaranmu dari jauh-jauh hari. Atur waktu pertemuan untuk berdiskusi. Ibarat cinta datang karena terbiasa, begitupula dosenmu, kemungkinan besar ia akan mengingatmu dan memilihmu menjadi salah satu mahasiswa bimbingannya kalau kamu sering nongol dan berdiskusi dengannya. Buat impression yang baik dengannya.

Sekitaran bulan Oktober 2016, keluar pengumuman dosen pembimbing, dan Alhamdulilah....gue gak dapet dosbing siapa-siapa. Mana topik usulan ditolak pula, hehe. Gak sampe nangis sih, karena emang effort gue kurang waktu itu. Diskusi sama dosen manapun engga pernah, nyari topik skripsi yang 'banyak' dikerjakan senior tahun sebelumnya, alih-alih jadi banyak referensi, pas hari H tau-tau submit sinopsis, ya ditolak lah. Waktu itu ambil topik tentang kompos sebagai adsorben penghilangan warna.

Akibat topik (yang tanpa diskusi dengan dosen manapun) itu ditolak, mau gak mau jadi putar otak buat cari topik skripsi lain. beruntung Alhamdulillah waktu itu gue ke bagian administrasi bareng Eki, yang sepanjang pengerjaan seminar jadi teman berbagi, heu :p

Eki skripsinya tentang Air Lindi dan pengaruhnya ke kali/sungai, cuma karena metodenya belum jelas, maka ia diminta untuk menghadap Prof. Djoko untuk berdiskusi lebih lanjut, alih-alih bingung topiknya apa, akhirnya 'cari' yang agak 'nyerempet' sama Eki, pikirnya waktu itu semoga dapet Prof. Djoko sebagai pembimbing, karena memang setelah melihat daftar dosbing skripsi yang diberikan pihak Administasi, Prof Djoko baru membimbing 2 Mahasiswa S1 saat itu, Tian dan Acil, plus Eki yang masih dibintangi namanya.

Bingung...bingung...galau...ada banyak permasalahan lingkungan, kenapa satu aja engga ada yang nyangkut ke fikiran barang sejenak gitu? Kesel sendiri. Setelah cukup lama 'bermeditasi sendiri', maka terpilihlah topik tentang Air Lindi dan pengaruhnya ke air tanah, he he he gak kreatif yha? biarin.

Setelah nanya-nanya ke grup angkatan, jeng jeng! ternyata topik itu udah ada yang pake, adalah Dul, yang bernama asli Alfandi. Tapi karena satu dan lain hal, topik itu gak jadi dia pake, Dul ganti judul. Alhamdulillah.


 Sungai Pesanggrahan Tercemar Limbah Sampah Cipayung
ini dia dul, dan iya, dia masuk berita tentang air lindi yang mencemari kali pesanggrahan, yang hitam itu air lindi, aliran air di depan dul itu kali pesanggrahan. Beritanya bisa baca di korantempo

Akhirnya bikin sinopsis berlandaskan beberapa jurnal dan berita-berita online tentang pengaruh air lindi, di TPA Cipayung dan pengaruhnya ke air tanah. Pas Eki menghadap Prof Djoko, gue pun ikut. Dan Alhamdulillah, keesokan harinya pas menghadap lagi ke bagian administrasi, diberi tahu kalau Prof Djoko udah dateng sendiri ke bagian administrasi dan bilang kalau Eki dan Atika jadi anak bimbingannya. Alhamdulillah. Lega beberapa saat setelah itu.

Mungkin karena mahasiswa bimbingannya banyak (selain S1, ada S2 dan S3 juga) dan mungkin supaya si mahasiswa yang aktif, bisa dibilang Prof. Djoko gak banyak minta. dan karena gak banyak minta, gue menganggap itu 'gampang'. Yaa emang gak boleh dibilang susah sih, nanti jadi gak bisa-bisa, tapi gak boleh dibilang gampang juga, nanti jadi menyepelekan. Ya gitu deh, intinya, setelah asistensi pertama (waktu itu masih di kertas hijau), gue gak nongol-nongol lagi buat asistensi.

Untuk menjadikan TPA Cipayung sebagai lokasi penelitian, kita harus urus surat-surat dulu, dari Departemen, kasih surat pengantar ke Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik),antar suratnya ke Dinas Kebersihan dan Pertamanan Depok (DKP), dapat surat izinnya, terus diantar lagi ke TPA Cipayung. Rentang Oktober-Desember, beberapa kali berdua sama Eki, gue ke TPA Cipayung buat minta data awal, cuma gak dapet-dapet melulu, karena pimpinannya sedang dinas atau sedang tidak ada di tempat setiap kita ke sana. Pegawainya ada, tapi gak berani kasih data kalau belum mendapat persetujuan dari pimpinan di TPA Cipayung. Yaa tiap pengerjaan skripsi pasti ada ceritanya masing-masing kan.

Di pertengahan Desember pas ambil surat ke DKP Depok, ngobrol sama Eki sambil nunggu angkot, "Ki, kalo seminar gak kita kerjain semester ini ngaruh gak ke IP IPK di SIAK? Kan kita udah ambil matkulnya di semester ini, tapi gak kita kerjain gitu."
Eki jawab, "enggak ngaruh lah, kan ini matkul spesial, ngaruh kalo nilainya udah keluar aja, dan nilai bakal keluar kalo kita udah sidang."

Serasa dapet pencerahan, hingga akhirnya obrolan kita bermuara pada keputusan, Kita sidang semester delapan aja deh yu, Februari atau Maret. Gak keburu kayaknya kalau sekarang, Desember gini aja kita masih bolak-balik cari data.

Fiks. Eki emang pengertian banget.
Desember. Status saat itu baru dua dari delapan tanda tangan asistensi.
Ditinggal lagi pengerjaan seminarnya.

Lalu..secara tiba-tiba, dari pihak administasi udah ngeplot tanggal sidang semua mahasiswa yang ambil seminar di semester 7. Waduw, panik. Lebih-lebih ngeliat nama penguji, tambah paniqq. Gue dijadwalkan sidang tanggal 13 Januari 2017. Hari terakhir dan rangkaian persidangan seminar di semester ini. Ditambah Eki yang akhirnya berkata, "Yaudah, kita kerjain aja yuk tik. Sayang-sayang. Udah dikasih kesempatan."

Fiks. Eki emang pengertian banget._.
Desember. Status saat itu baru dua dari delapan tanda tangan asistensi.
Dilanjut lagi pengerjaan seminarnya.

Ngerjain...asistensi...ngerjain...assitensi...
Sampai akhirnya jadwal sidangnya jadi maju sehari, 12 Januari 2017. H-8 pengumpulan draft seminar, hari asistensi kelima (lima dari delapan), Prof. Djoko minta aliran air tanahnya ditampilkan, supaya tau, aliran air tanahnya ke arah mana, dari aliran tanah ini nantinya bakal dijadiin titik sampel pengujian dan bla bla bla bla gitu.

Bingung lagi. H-8. Besok H-7 udah harus kumpulin draft-nya. Akhirnya Eki bilang, "coba lihat skripsi anak geo yang kemarin tika bilang mirip-mirip, pake datanya aja"
WAH IYA GA KEPIKIRAN!

Akhirnya hari itu juga, ngontak si kakak geo ini, namanya Ka Yuli. Dengan memanfaatkan beberapa koneksi teman di geografi, akhirnya dapet juga nomer Ka Yuli, dapetnya darimana? dari suaminya, he he he he
Akhirnya ka Yuli kirimin data skripsinya, dan data itu yang jadi acuan gue buat nentuin aliran air tanah. Ka Yuli penyelemat banget :" Gak pelit data pula.

Karena pengerjaannya harus pake ArcGIS, akhirnya ngontak ka Anjas, kakak master ArcGIS. Minta tolongnya nodong banget lagi, kirim data jam 11 malem, besokannya harus udah jadi. Alhamdulillah ka Anjas baik, jam 8 pagi keesokan harinya udah mendarat dengan selamat gambar aliran tanahnya di email gue. Makasih Ka Anjas :")
Allah Maha Baik. Gue selalu dikelilingi orang-orang baik.


kontur muka air tanah
Berbekal data itu, akhirnya mantap dan yakin assitensi terakhir ke Prof. Djoko dan alhamdulillah di-approve. Urus-urus pemberkasan administasi dan tinggal bikin ppt untuk sidang minggu depannya. Seminggu menuju sidang, lebih banyak leyeh-leyeh, berasa udah selesai bertempur padahal masih harus mempersiapkan sidang.

Skip.
Skip.
Skip.
Akhirnya hari H sidang datang juga.

Di ruang sidang........
Assalamualaykum wr. wb. saya Atika.....
.....
......
.......
ya, sekian presentasi dari saya. kurang lebihnya saya mohon maaf, wassalamualaykum wr.wb.

Deg-degan
sumpah gak ketulungan
cengengesan buat ilangin nervous. Sampe akhirnya, ternyata respon dari dosen penguji positif, mesti memang masih banyak revisi, tapi bayangan dosen killer, di ruang sidang bakal di bantai, dll gak kejadian. Gue aja amaze sendiri. Dosbing dan dospem di ruang sidang lebih banyak diskusi sendiri, meski tujuannya bisik-bisik, tapi tetep aja gue bisa denger suaranya hehe.
Ada satu pertanyaan yang bahkan nada ngomongnya masih gue ingat sampai sekarang,
"Kenapa parameternya cuma empat? Bokek ya?"
dan gue dengan polosnya menjawab, "iya Pak. Gak punya duit."

duit, instead of uang.
aseli, polos banget lagi sejujur itu.
Padahal katanya ngomongin biaya skripsi itu 'haram', "Karena mahalnya suatu penelitian itu adalah kewajaran, dan justru itu yang bikin menarik dalam dunia skripsi dan bakal dikenang suka dan dukanya". (Sharfan, 2017)

Total presentasi dan tanya jawab semuanya 34 menit, seengak nyangka itu. Di saat sidang itu, dosbing dan dospem menawari kemungkinan-kemungkinan baik buat pengerjaan skripsi nantinya. Apapun itu, yang pasti mohon diaminkan saja hehe karena gak berani sesumbar untuk hal yang belum pasti.



ini dia yang namanya Eki


ini instalasi pengolah air lindi TPA Cipayung

Sekian tulisan panjang banget tentang setengah sarjana teknik,
sampai bertemu lagi di tulisan sarjana teknik, dan paska sarjana teknik (err..ini krusial banget sih) haha

Depok, 25 Januari 2017
Atika Widiastuti

Minggu, 08 Januari 2017

Something You Don't Left the House Without (Writing Challenge #Day15)


HALLO! Kembali lagi.

Alhamdulillah sekarang udah Januari lagi, dan menyadari bahwa Aku gak bisa istiqomah nulis #writingchallenge ini. Iyasih sekarang masih Januari, tapi udah berganti tahun. udah satu tahun berlalu dan masih di #Day15

Tema #Day15 adalah something you don't left the house without - sesuatu yang kalau kamu keluar rumah gak pernah ketinggalan dibawa.

Guess what? Gue kasih clue deh lewat flashback-an di paragraf-paragraf dibawah ini~
Barang ini, menjadi barang wajib yang gak pernah lupa dibawa, meski misalkan cuma ke warung tetangga beli jajanan. Kalau gak bawa rasanya kayak ada yang kurang aja.

Eh, jadi kepikiran flashback haha
Dibanding anak-anak bocah jaman sekarang, kapan sih pertama kali anak-anak angkatan kita (angkatan 90an akhir) punya barang ini?

Kalo gue, gue inget banget! Pertama kali gue punya itu waktu kelas 6 SD, dibeliin karena juara kelas. HP pertama waktu itu adalah Nokia 2626, fitur terkeren saat itu adalah recorder suara! Seseneng itu dulu bisa ngerekam diam-diam suara cem-ceman waktu SD, terus di-play terus-terusan xD (you know kan artinya cem-ceman? haha). HP ini ending-nya bukan hilang, tapi rusak. Ini HP yang menemani dari kelas 6 sampe SMP. Nah yang kayak gini penampakannya :

Hasil gambar untuk nokia 2626
sumber klik


Masuk SMA, lagi trend banget HP qwerty blackberry, dan karena waktu itu harganya cukup mahal, maka demi memenuhi keinginan punya HP qwerty, jadinya dibeliin blackberry-kw alias china punya, haha. Merknya D-One. D-One DG628 model Javelin. Warnanya merah dan norak banget! haha ini tertipu box-nya sih, karena di box nya merah maroon pas dibuka merah darah. Hemm.. HP ini hilang waktu LDKR acara Rohis SMA. Bukan cuma HP gue aja, karena seluruh HP peserta hilang, 24 buah! dimaling. udah lapor polisi sih, tapi yaudah diikhlaskan saja.
Hasil gambar untuk D-One DG628 merah javelin
sumber klik

Selanjutnya... sempet gak pegang HP karena gak enak juga minta dibeliin paska hilangnya hp D-One. Akhirnya dipinjemin HP sama sepupu, HP sejuta umat yang tahan banting dan baterenya awet banget. Yap! Nokia 3310, yang kayak gini penampakannya :
Hasil gambar untuk nokia 3310
legend banget nih hp!

Setelah itu, akhirnya dibeliin HP lagi. Nokia. Tapi lupa spesifikasinya apa... hp ini lucu! memorinya cuma 10 MB, akhirnya cuma bisa buat menampung 8 lagu playlist. kalau mau save lagu baru, harus relain lagu lama dihapus. HP ini berakhir karena rusak dan ada di tukang service tanpa pernah dicari tahu lagi bagaimana kabarnya hehe



yang dilingkari, lupa type apa.



Menjelang akhir SMA, waktu itu Samsung lagi jadi trend banget. Nokia yang gak salah apa-apa, tau-tau 'tergusur'. Dan inilah HP yang menemani akhir-akhir SMA menjelang kuliah. Samsung Champ! ini kayaknya gue punya sebelum HP touchscreen jadi trend. Jangan salah, ini HP touch loh, meskipun lebih bisa dibilang mesti di-pencet ketimbang di-sentuh sih layarnya.
Hasil gambar untuk samsung champ pink
cantik banget pink imut-imut
Waktu itu, awal masuk kuliah, gue gak langsung gabung ke grup-grup angkatan dikarenakan champ masih java, gak mendukung ada WA, apalagi Line. Nah selanjutnya adalah pengganti di Champ yaitu Samsung Galaxy Young, Alhamdulillah ini awet lumayan lama. Sampe sekarang, HP ini kalau di-charge masih kedip-kedip, tapi layarnya gak menampilkan tanda-tanda kehidupan apapun, kadang sesekali juga alarm-nya masih suka bunyi. Udah sering banget diservice dan yaudahlah.
Hasil gambar untuk samsung young
sumber klik disini

Dan karena waktu itu banyak kegiatan yang mengharuska punya HP yang RAMnya mumpuni, enggak sih sebenernya, kepengen yang kamera nya bagus aja hehe. Akhirnya beli Acer Zenfone-C. Dan ini dia HP yang hilang di kereta pas mau berangkat Kerja Praktek itu huhu. Nyesek juga sih ya. Jadi gak bisa berkegiatan apa-apa rasanya kalau gak ada HP.

Hasil gambar untuk acer zenfone c biru
KLIK!



Nah, karena HP yang terakhir hilang dicopet, jadi status gue saat ini adalah gak punya HP, hehe. Gak punya bukan berarti gak pegang. Karena sekarang gue tetep pegang HP. Kebetulan diamanahkan jadi markom (marketing dan komunikasi) nya Yayasan Rumah Iqro Insani, jadi gue pegang HP yayasan. Xiaomi Redmi 2. Ini HP RAMnya gede, semua apps medsos gue double-in pake parallel apps (aplikasi pengkloning apps), jadi WA, Line, FB, IG, dan akun medsos lainnya serba dua, punya yayasan dan punya gue. Dan kalau misalnya orang dibagian markom diganti, ya siap-siap aja HP ini bakal pindah tangan dan mesti nabung biar punya HP sendiri hehe
Hasil gambar untuk xiaomi redmi 2
Klik sumbernya
***
So, something that I don't left the house without, jawabannya adalah....HP!

#Day14 disini
#Day16 disini