Minggu, 13 Maret 2016

Alumni Merbabu 2016



Seorang bijak pernah berkata padaku, "cara mudah untuk mengetahui karakteristik dan interaksi sosial seseorang adalah dengan membersamai ia dalam perjalanan, terlebih saat mendaki gunung."

3 hari bersama, rasanya singkat, namun itu cukup untuk menguatkan first impression-ku terhadap seseorang. Bersama orang-orang ini (lagi), dan beberapa teman yang baru saja ku kenal.
Bersembilan. empat laki-laki dan lima perempuan. kesemuanya anak UI ; Ka Hendry FISIP'09, Ka Anjas FMIPA'10, Ka Haula dan ka Igun FIB'11, Ka Darni FIB'12, Ka Ican dan Ka Mahfud FT'12, Regia dan Atika FT'13.

Bagian ini yang Aku suka.
Ketika di awal canggung sangat terasa, melalui perjalanan, canggung itu mencair lantas membeku lagi menjadi keakraban. Kita tidak pernah tahu akan dipertemukan dengan siapa, tetapi kita bisa mencipta, kesan apa yang ingin kita dapatkan setelah dipertemukan.

Merbabu. Ya, karena ini Merbabu.
Merbabu yang diimpikan. Meski destinasi awalnya bukan kesini, tapi mungkin ini yang namanya berjodoh ; dipertemukan ketika kita dipercaya sudah mampu.
Perjalanan kali ini adalah tentang mendaki gunung Merbabu dan disaat musim hujan. Mungkin jika mendaki gunung adalah hal yang biasa untuk saat ini. Mendaki gunung ketika hujan lebat dan berkabut ditambah menggunakan rok adalah pencapaian tersendiri dalam hidup. Unforgetable moment.

Di mulai saat hari Jum'at, hari yang harusnya Aku ikut mencari proyek Kerja Praktek bersama teman satu kelompok. Rencana yang hanya tinggal dilaksanakan, lantas Aku 'matil' dan mengatakan tidak bisa ikut mencari ; Aku mau naik gunung.

Di hari Jum'at pada pekan kuliah. Mungkin tak mengapa jika momen-nya adalah liburan, ketika seperti mendaki Sumbing, tetapi kali ini berbeda. Aku memikirkan waktu kepulangan, bisakah perkuliahanku berjalan normal-normal saja? Haha kadang banyak berfikir malah membuat ragu. Padahal Senin itu masih terhitung 4 hari lagi.

Jum'at, 26 Februari 2016

Di mulai keberangkatan pukul 10 pagi, meski tiket keberangkatan itu pukul 2 siang. Ya, karena hari Jum'at, perjalanan pasti terpotong solat Jum'at.
Aku berangkat dari Depok, naik commuterline sampai di St. Manggarai dan ternyata benar. Terpotong solat Jumat disana. Ka Mahfud, sebagai ketua rombongan Depok, mencari masjid di dekat St. Manggarai terlebih dahulu. Kami yang perempuan, menunggu di sana sembari solat Zuhur dijamak Ashar.

Tepat jam 1, kami melanjutkan perjalanan ke St. Jatinegara lanjut ke Pasar Senen. Lagi-lagi kejadian Sumbing terulang, kami sampai saat klakson kereta sudah berbunyi, jadi turun dari KRL langsung ambil langkah seribu menuju kereta keberangkatan ke Semarang. Alhamdulillah kami masuk kereta, haha.

Perjalanan kali ini, adalah kereta jauh kedua yang kutumpangi, udah gak terlalu norak kayak pertama sih, tapi tetap, kursi pojok dekat jendela adalah kepunyaan Atika, hehe.
Sepanjang perjalanan, banyak aktivitas yang kami lakukan masing-masing, ada yang membaca buku, menonton video di youtube, sibuk dengan online shop di instagramnya, bahkan ada yang sedang menghafal hadits. MasyaAllah.

Celetukan-celetukan, banyolan-banyolan, hingga tebak-tebakan receh pun keluar, awalnya dari Regia, yang juga punya tulisan tentang ini, disini

Sampai di St. Tawang malam hari, langsung dijemput mobil yang sebelumnya sudah dipesan untuk menuju basecamp.
Merbabu kali ini adalah via jalur Wekas, yang berbatu, tidak terlalu famous seperti jalur Selo katanya, karena view nya tidak sebagus Selo. Tapi jarak tempuh menuju puncaknya lebih cepat.

Sabtu, 27 Februari 2016

Sampai di basecamp pukul 1, Sabtu dini hari, kami mengistirahatkan diri. Bangun pagi diwaktu Subuh, masyaAllah air wudhu-nya nyetrum haha, se-dingin itu.
Pukul 09.30 setelah selesai sarapan dan siap-siap, kami berangkat, setelah sebelumnya pemanasan dan briefing singkat dari Ka Anjas.

Fatalnya disini, saat menyiapkan barang-barang apa saja yang mesti dibawa mendaki, dan barang-barang apa saja yang lebih baik ditinggal. Aku lupa memasukkan celana training / rok celana / apapun untuk ganti karena terbayang saat pendakian Sumbing ; celana yang aku gunakan saat mendaki dan saat turun gunung itu sama saja, malah aku baru menggantinya di basecamp. Jadi daripada carrier tambah berat dengan celana yang tidak dipakai, lebih baik ditinggal di basecamp. Toh Aku akan menggantinya besok setelah sampai di basecamp lagi.

Tapi ternyata salah perkiraan, pendakian kali ini seperti yang ku bilang di awal ; saat musim hujan. Satu fakta tak terelakkan yang sebegitu mudahnya aku terlupa. Ah!

Pendakian dimulai.
20 langkah pertama katanya merupakan langkah terberat, langkah yang menentukan, karena membuat kita berfikir ulang untuk melanjutkan perjalanan atau tidak. 20 langkah penentu.
Belum sampai pos 1, hujan turun. Aku kebasahan meski sudah memakai jas hujan. Bagian bawahnya tidak terlindungi. lantas Aku teringat celana ganti yang lupa dibawa. Menyedihkan.

Perjalanan tetap berlanjut.
Pos 1 terlewati.
Di pos 2 kami memasang flysheet terlebih dahulu, untuk makan siang-sore.
Atika-nya tepar disini, karena waktu sarapan cuma makan mie rebus aja. Gak biasa sarapan makan nasi soalnya.

Perjalanan berlanjut lagi, karena sore sudah menjelang malam, maka diputuskan untuk membangun tenda di antara pos 2 dan pos 3. Tenda kami satu-satunya di area itu.

Solat Zuhur di jamak qasar lagi di waktu Ashar. kali ini dengan tayamum. karena persediaan air terbatas. Terjadi sharing ilmu yang sangat bermanfaat kala itu. Dari Ka Haula kepada kami, tentang tayamum, tentang solat sembari duduk di dalam tenda, serta adab-adabnya.

Maghrib menjelang, setelah solat, dilanjut dengan membaca alma'tsurat. Coba visualisasikan ; diwaktu jingga senja perlahan berganti gelapnya malam, di ketinggian sekian ribu di atas permukaan laut, hujan gerimis menemani, atma'tsurat dilantunkan, dan dirimu ada diantaranya. Priceless moment in your life banget rasanya. Di lanjut makan malam yang 'melimpah', karena apapun pasti terasa enak jika di gunung.
Tentang celana yang terlupa dibawa tadi, akhirnya Aku memakai rok nya ka Haula, Alhamdulillah si kakak bawa rok tambahan. Padahal awalnya Aku berfikir akan memakai bawahan mukena saja.

Minggu, 28 Februari 2016

Kami tidur dan beristirah setelahnya, ditemani murrotal dari Handphone nya Ka Haula, kami terlelap.
Pukul 3 pagi kami bangun, bersiap untuk mendaki ke puncak, tetapi karena satu dan lain hal, perjalanan baru dimulai setelah solat subuh-_-

Perkiraanku, puncak sebentar lagi sampai. Nyatanya, kami berangkat pukul lima pagi pun sampainya baru pukul tujuh, itupun di Puncak Syarif, bukan puncak tertingginya Merbabu. Jalanan menujunya terjal, berbatu, tapi Alhamdulillah sampai juga di (salah satu) puncak :9 ini puncak pertama soalnya hehehehehe

naik gunung kok rame-rame? loh iyadong. Kalo berdua aja namanya naik pelaminan haha
Setelah beralay-alay ria di puncak Syarif, kami turun, sampai di tenda lagi pukul sebelas. Menghabiskan sisa makanan kelompok, agar lebih ringan saat perjalanan turun. Saat beres-beres, hujan turun, tepat saat memasukkan barang-barang ke carrier masing-masing.

Namun perjalanan pulang tetap dilakukan, dengan menggunakan jas hujan basah seperti yang dipakai saat mendaki di hari kemarin. Seperti saat berangkatnya, tim perjalanan dibagi menjadi dua kloter, aku turun ikut yang awal, tapi jadi seperti "khusus" didampingi ka Mahfud. Karena beberapa yang turun pertama sudah jalan di depan.
Gak ngerti lagi kenapa selalu bertemu dengan orang baik. Alhamdulillah

Turun gunung membawa carrier di trek berbatu lalu berganti tanah bukan perkara mudah, ditambah saat itu hujan turun dan Aku menggunakan rok bahan. Jatuh dan terpeleset, sering terjadi, untungnya gak sampai terkilir atau susah jalan, bahaya. Ka Mahfud setia aja nungguin sampai aku benar-benar bisa bangun dan melanjutkan perjalanan, begitu terus sampai basecamp.

Aku sampai basecamp setelah azan ashar berkumandang, lalu mandi dan berganti pakaian, sembari menunggu kloter kedua sampai basecamp, Aku beberes. Menjemur beberapa pakaian yang kadung basah, agar tidak terlalu memberatkan carrier. Tapi suasananya sedang berkabut, jadi percuma aja sih, gak kering, haha

Pukul lima sore kami pamit dari basecamp, dengan mobil yang sama dengan yang menjemput kami di Stasiun Tawang, Semarang.
Karena tiket kepulangan masih pukul 2 pagi hari Senin. Kami memutuskan untuk berjalan-jalan terlebih dahulu ; ingin ke Simpang Lima, katanya.

Tapi ternyata terjadi miskomunikasi. Tiket kepulangan yang telah dicetak di st. Pasar Senen pada hari Jumat lalu, entah berada dimana. Akhirnya, kami menelepon PT. KAI dan menanyakan hal apa yang harus kami lakukan di posisi yang seperti itu, karena tiket hanya bisa dicetak sekali.

Lupakan Simpang Lima, karena sampai di St. Tawang kami 'sibuk' mengurus tiket kepulangan yang entah berada dimana. Sampai ke bagian customer service, untuk mengecek tiket via komputer pegawainya, tetapi ternyata, kereta kami yang pukul dua itu sudah berangkat.

Bukan, bukan karena kami terlambat, karena jelas kami sampai di St. Tawang baru pukul delapan malam. Tetapi karena kami salah beli tiket kepulangan. Yang seharusnya tiket Senin (29 Feb) pukul dua pagi, malah dibelinya Minggu (28 Feb) pukul dua pagi. Jelas keretanya sudah berangkat, haha

Di tengah kebingungan kami, Alhamdulillah ada kereta tambahan yang diberangkatnya pukul tiga pagi nanti, tetapi karena kereta tambahan, harganya jadi 'lumayan'. Dan tanpa babibu, Ka Hendry langsung mentransfer semua biaya tiket kami. Lagi-lagi gak ngerti, kenapa selalu di pertemukan dengan orang baik. Alhamdulillah :)

Senin, 29 Februari 2016

Pukul tiga pagi kami menuju Jakarta menumpang kereta Kertajaya tambahan. Sampai di St. Pasar Senen pukul sembilan pagi, dengan kondisi Ka Hendry langsung berangkat kerja, karena masuk jam 10. Ka Anjas tertinggal rapat, ka Haula langsung menuju Serang, ka Igun langsung menuju tempat mengajarnya, dan kami sisanya yang masih mahasiswa, berlaku sesuai jadwal kuliahnya masing-masing.

Pukul sebelas aku sampai dikosan, lelah, tapi bahagia.
Sudah berencana tidak ikut kelas PSBTL di jam 1, untuk istirahat dulu. Tapi Aku akan masuk kelas Manajemen Proyek yang jam 4 sore, karena ada kuis. Tapi ternyata ketiduran sampai pukul 4, boro-boro belajar buat kuis, gerakin badan aja rasanya susah, lalu dapat kabar di grup angkatan Lingkungan 2013 bkalau ternyata kuisnya enggak jadi, hehe Alhamdulillah rezeki anak sholeh :p Jadi aku memutuskan tidak masuk juga dikelas jam 4 itu. So, jadi Senin-ku dipakai untuk istirahat, sementara Regia tetap masuk dikelas yang jam empat, pun begitu di kelas yang jam 1, hebat sekali~


Berkesan.
Satu kata yang terlintas di pikiran ketika mengingat perjalanan ini.
Tapi kemungkinan ini gunung kedua, dan yang terakhir untuk saat-saat ini.
Belum punya keinginan menggebu seperti saat menginginkan Merbabu, hehe

Dan seperti yang aku katakan di awal, Kita tidak pernah tahu akan dipertemukan dengan siapa, tetapi kita bisa mencipta, kesan apa yang ingin kita dapatkan setelah dipertemukan.
---
13 Maret 2016,
H+13 hari menjadi alumni

Atika Widiastuti

0 komentar:

Posting Komentar