Senin, 23 Desember 2013

Bisa (Mungkin) Karena “Dipaksa”

Alhamdulillah masih diberi kesehatan hingga saat ini, hari ini adalah satu hari setelah hari ibu, 22 Desember. Tapi sedih, tahun ini gak bisa mempersembahkan apa-apa buat ibu :( . Bersyukur sampai saat ini ibu masih diberi kesehatan :’). Hari ini, tepat tujuh hari berpulangnya bibi, adik dari ibu saya. Beliau meninggal karena angin duduk. Jadi selama seminggu ini, ibu menginap di kediaman almarhumah untuk bantu-bantu disana. Jaga kesehatan ya ibu :’)

Menyambung ke judul... Alhamdulillah, sejak 14 Desember kemarin, saya mengikuti program #OneDayOneJuz. Program mengkhatamkan Al-Qur’an secara berjamaah. Menggunakan aplikasi Whatsapp yang banyak dimiliki orang saat ini. Saya bergabung dengan group #ODOJ akhwat 545. Satu grup WA isinya 30 orang, sesuai dengan jumlah juz di Al-Qur’an. Setiap hari kita membaca satu juz secara kontinu dan diharapkan selama sebulan (30 hari) kita bisa khatam satu kali. Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk pencetus ide briliant ini, memanfaatkan gadget untuk beribadah.

Pertama gabung ada rasa takut. Takut jika nanti gak istiqomah di tengah jalan. Tapi dengan niat yang kuat, akhirnya saya mendaftarkan diri juga. Lalu daftar, di approve setelah 2 hari waiting list.

Sebelum bergabung dengan #ODOJ, untuk membaca satu halaman Qur’an saja rasanya berat, sering saya lalai walaupun saya sudah memasang reminder untuk baca Qur’an dimana-mana :’( Niat ada, tapi entah kenapa sulit sekali untuk dijalankan.

Saya gabung tepat 2 hari sebelum UAS. Setiap sebelum memulai belajar saya usahakan untuk sudah khatam dan Alhamdulillah, belajarnya terasa lebih tenang, walaupun masih seperti biasa, tetap gak nyambung sama materinya, tapi hati rasanya gak panik, gak kayak biasanya, beneran. Mungkin ini karena Qur’an memang bisa menenangkan hati :’)

Hari ketiga setelah gabung, tepat saat UAS. Efeknya berasa banget! Dari seluruh soal essay kalk*lus yang ada, saya cuma ngerjain 2 soal. Beneran, ini gak boong. Tapi gak ada rasa panik sama sekali, yang saya fikirkan, saya sudah mengerjakannya dengan jujur, sesuai dengan kemampuan saya. Kalaupun nanti hasilnya jelek, ya berarti belajar saya kurang. Setelah selesai UAS, temen-temen membicarakan kembali jawaban soal-soal tadi, saya hanya berjalan lenggang keluar dan melupakan soal tersebut haha. Kami datang, kami UAS, kami lupakan wkwk.. enggak deng, tetep kepikiranlah sama nilai, namanya juga Maba. Masih belum terlalu ngerti.

Begitu juga UAS di hari selanjutnya, kasusnya sama. Saya baru menyadari, ya Alloh Al-Qur’an-Mu ini maha dahsyat, kenapa saya baru mendekatinya setelah 18 tahun umur saya ini :( ada rasa penyesalan dalam diri. Sedih.

Sekarang sudah 10 hari bergabung, tiap hari ada saja cerita pemotivasi di grup saya itu. Saya berkelompok dengan kebanyakan ibu-ibu, tapi semangat membaca qur’annya Subhanallah :’) malu sama diri sendiri. Mereka bilang, saya dan teman-teman yang masih muda harusnya bersyukur, di umur yang masih terbilang muda, ada media membaca qur’an yang mudah ditemukan seperti ini, tidak seperti zaman mereka yang teknologinya masih terbatas.

Dari mereka ada yang sudah memiliki anak, bahkan 4. Ada yang seorang guru, yang bercerita bahwa ia membaca qur’an sembari mengisi rapot anak muridnya, ada juga ibu muda yang anaknya lagi sakit, musti bolak balik rumah sakit tapi juz bagiannya tetap terbaca. Ada juga yang suaminya lagi sakit, selagi menemani suaminya, beliau membaca qur’an. Subhanallah wanita-wanita ini :’) Bersyukur dipertemukan dengan mereka, walau hanya kenal sebatas “tau nama”.

Mungkin di luar sana banyak yang bisa membaca qur’an, satu hari 1 juz lebih, mungkin banyak yang dalam sebulan bisa lebih dari sekali khatam, namun saya, sangat bersyukur bisa mengkhatamkan bacaan saya, walaupun satu hari hanya satu juz. Saya belum pernah mengambil juz lelangan (jika dalam waktu yang ditentukan bersama, ada anggota yang belum menyetor khatam juz bagiannya, maka juz nya akan dilelang, di khatamkan oleh anggota lain yang bersedia), namun sebisa mungkin saya menyelesaikan juz bagian saya dengan tertib.

Ada rasa tenang setelah juz bagian kita selesai dan rasa gak rela jika juz bagian kita dilelang. Awalnya memang karena ada rasa malu dengan anggota lain yang lebih sibuk tapi bisa mengkhatamkan bacaannya, bahkan mengambil lelangan. Awalnya memang seperti ada “penyengaja ikhlas”, ada rasa kita membaca qur’an hanya karena rasa malu dan hanya menjalankan kewajiban grup, “masa dia khatam, gue enggak? Malu dong??” tapi lama-kelamaan, membacanya seperti suatu kebutuhan. Seperti ada yang kurang lengkap kalau gak dilakukan.

Sesuai dengan pepatah, “Alah bisa karena biasa” dan mungkin “dipaksa” adalah salah satu cara untuk membuat diri menjadi “biasa”? hehe.. bisa jadi bisa jadi :p

Sekian cerita kali ini, Mari Semangat berkebaikan ^^9


Senin, 23 Desember 2013
Atika Widiastuti
sedang me-manage hati :p

0 komentar:

Posting Komentar