Selasa, 19 Januari 2016

Tentang Dia yang katamu Aku

Sore tadi Aku ingin memberitahumu sesuatu. Tapi ku urungkan. Aku sedang enggan berdebat, karena ujung-ujungnya (sesekali memang karena kau sengaja mengalah) pasti selalu Aku yang memenangkan perdebatan kita. Ya, Tuan Putri-mu ini tidak pernah kalah. Tapi demi untuk tidak merepotkanmu, Aku berkata bahwa nanti aku akan menulis saja.

Alih-alih berkata iya, kamu malah berkata,
"Apa? Omong-omong tentang tulisan-tulisanmu, cuma mau kasih tau, Aku malas membaca lagi postingan-postingannya, haha." katamu.

Aku tahu, itu kalimat jebakan. Berharap setelah itu Aku akan bertanya, kan? Haha tidak akan :P
Siapa Aku memaksamu untuk membaca tulisan-tulisanku jika memang kamu tidak minat.
Aku cukup tahu rasanya berlaku dusta hanya demi menyenangkan orang lain, hehe
Maka jawabanmu tadi, sedikit banyak membuatku berucap terimakasih, setidaknya kau mau berkata jujur.
Tapi ya...kalau boleh sedikit berbangga.
Kamu toh akan tetap setia membaca tulisan-tulisan ini, tanpa ku minta, apalagi ku suruh. Hmm...kadang soktau dan percaya diri ditambah jumawa beda tipis memang.

Nah, jadi ceritanya seperti ini.

Ada seseorang dari masa lalu mu, terus hidup bersamamu hingga hari ini. Hidup di tiap hari-harimu. Kau berkata padaku bahwa sifatnya, sangat mirip dengan sifatku. Susah diberitahu. Keras kepala. Tidak dewasa. Seperti anak kecil. Tapi, ada yang janggal sebenarnya. Dari semua kejelekan-kejelekkanku itu, kamu masih mau terus-terusan bersamaku? Aneh.

Kau bercerita tentangnya padaku. Sepotong-sepotong, entah akan kapan selesainya potongan-potongan itu membentuk cerita utuhmu dengannya selama 3 tahun.

Setiap ku berlaku A, kamu berkata "Jadi ingat, dulu dia...."
Lalu aku berlaku B, kamu pun bersuara, "Dia juga sepertimu. Sukanya bla bla bla bla.."
Aku meladeni saja, tak marah, apalagi cemburu. Semua ini, lucu.

Potongan-potongan ceritamu, lambat laun membuat pertanyaanku terbentuk. Apa sebenarnya Kau hanya rindu padanya dan secara tepat betul semesta mempertemukanmu padaku?
Apa sebenarnya, Aku hanya bayang-bayang darinya? Mungkin kau sesungguhnya tak ingin bersamaku. Hanya seperti katamu, 'Aku mengingatkanmu padanya.'

Dan waktu.
Pertanyaan setelahnya terbentuk lagi.
Ini bukan pertanyaan cemburu, sungguh.
Hanya masalah waktu.
"Apa yang terjadi, jika orang yang bertemu denganmu 3 tahun yang lalu itu adalah Aku. Dan orang yang kamu temui hari ini adalah dirinya? Apakah sama, Dia menjadi bayang-bayangku? Kau dengan riangnya menceritakan tentangku (orang masa lalumu) padanya, sama seperti saat ini kau menceritakannya padaku?"

Pamungkasnya adalah, "Jika orang di 3 tahun lalu mu itu benar-benar Aku, dengan seluruh sifat-sifatku, dengan seluruh kekanak-kanakan dan ke-keraskepala-annya. Apakah kau juga akan menyudahi cerita kita seperti kamu menyudahi ceritamu dengannya?"

Tapi lagi-lagi masalah waktu saja.
Tentang siapa yang lebih dulu, dan tentang siapa yang datang setelahnya.

----------------------
19 Januari 2016
*Peringatan kecil : Bebas berasumsi. Tapi jangan pakai asumsimu itu sebagai senjata untuk menuduhkan sesuatu pada aku yang menulis ini. Tidak ada yang benar-benar tau, ini tentang apa kecuali aku, kan?
Terimakasih perhatiannya. :)

3 komentar: