Sabtu, 06 Februari 2016

My 17 of 34 in 2016 ; Bandung

Catatan kali ini adalah tentang wishlist kebahagiaan nomer 17. Sudah agak telat memposting sebenarnya, tapi tak mengapa, mari kita mulai.

Bandung.
Belakangan ini menjadi sebuah kota dengan bayangan menyenangkan bagi siapa yang menyebutkannya, yang terbayang tak lain dan tak bukan adalah karena walikotanya, yang dengan dedikasi dan rasa sayangnya pada Bandung, seolah 'menyulap' Bandung menjadi kota kebahagiaan bagi siapa saja yang mendatanginya. Kalau paragraf ini tidak berlaku untukmu, setidaknya itulah yang Aku rasakan.

30 Januari 2016, Atika, Dito, Indah, Novia, dan Husen dari Silvestre (nama 'keren; kelas 12 IPA 3 SMAN 49 Jakarta angkatan 2013) mengadakan one day trip ke Bandung. Dari 40 orang penghuni kelas, yang bisa ikut hanya kami ber-5, sedangkan yang lainnya pulang kampung, PKL, magang, masuk kuliah, dan lain-lain. Tapi bukan jadi masalah, kita berlima tetap jalan, ditambah Brizky dan Deryl, jadilah kita menuju Bandung bertujuh.

Siapa yang mengusulkan Bandung? Aku salah satunya, alasannya adalah karena ini merupakan wishlist nomer 17, harus terlaksana jika ada kesempatan, hehe. Maka meski berlima, tetap jalan.
Husen yang mengendarai mobil, sedangkan Dito jadi pengarah Gmaps-nya. Nyasar dan masuk ke perkampungan warga beberapa kali, tapi akhirnya kami sampai selamat di Bandung.

Sepanjang perjalanan yang ada di bayangan adalah bahagia aja, dan ya benar. Destinasi pertama ke Tangkuban Perahu, cukup ramai wisatawannya karena memang musim liburan, tapi kami masih mendapatkan spot-spot bagus untuk berfoto-foto, lalu kita menuju destinasi selanjutnya ; De Ranch Lembang, dengan tiket masuk 10 ribu rupiah, tempat ini worth it banget dijadiin kumpul keluarga, ramai dengan anak-anak, tiket masuknya juga merupakan tiket penukaran satu susu gelasan gratis.
Indah - Novia - Dito - Husen - Atika - Brizky - Deryl


Menjelang sore kami menuju Masjid Raya Bandung untuk solat Ashar sekaligus malamnya kami berjalan-jalan santai di sekitaran Jalan Asia Afrika. Dan disinilah sebenarnya "Bandung" tujuanku.

Pertama kali datang, pandanganku langsung menyapu rumput hijau sintetis di depan Masjid Raya, tak ada hal lain yang tertangkap mata selain kebahagiaan, seketika aku melepas sepatu dan 'masuk' ke kerumunan tersebut, Brizky berkata, "Loh, Tik. mau kemana? kok lepas sepatu?"
Iya, semua orang yang berada di rumput tersebut melepas alas kakinya, entah ditenteng atau dimasukkan ke dalam plastik, yang pasti semuanya ; yang duduk-duduk, yang berkejaran, yang foto-foto, yang selfie, semuanya patuh untuk melepas alas kakinya, walau disana tak ada tulisan papan pengumuman untuk melepas alas kaki (sepenglihatanku, ya).

sampe susah gitu nemuin spot foto yang kosong belakangnya, hehe

Hujan turun deras, hingga semuanya berteduh, termasuk kami dan pengunjung alun-alun. Karpet rumput sintetis itu lenggang dari segala aktivitas manusia. Selang beberapa waktu, hujan berhenti, menyisakan gerimis, orang-orang langsung mengerubung kembali ke 'Karpet Sintetis', walau rumputnya masih basah, masih berair, tidak mengurangi kebahagiaan orang-orang ini. Aku yang melihatnya pun ikut berbahagia, sesederhana itu mencipta kebahagiaan diri, hehe

Selepas maghrib kami berjalan di Jalan Asia Afrika, tujuan "Bandung"-ku yang lain. Ini salah satu tempat yang aku ingin kunjungi dalam postinganku yang ini. Alih-alih mencari Patung kertas Pak Ridwan Kamil dan Ir. Soekarno (yang ternyata sudah tidak ada di situ), kami 'menyesatkan' diri ke dalam kerumunan orang-orang bahagia malam itu. Yap, Jalan Asia Afrika ditutup pada malam minggu, sepertinya memang diperuntukkan sebagai ruang publik pengunjung agar bisa berinteraksi lebih leluasa, menikmati malam di Bandung.



Berfoto ala-ala pada quotes dari Pidi Baiq dan berfoto pada Bola dunia monumen Asia Afrika sepertinya menjadi "ke-alayan" yang wajar. Banyak yang mengantri untuk mengabadikan momen itu. 

Banyak aktivitas pada malam hari di situ ; remaja-remaja tanggung yang bersepeda dan ber-skateboard ria, sekelompok mahasiswa berlatih paduan suara, beberapa cosplayer yang menyediakan diri untuk difoto bersama pengunjung, mulai dari Hello Kitty sampai Naruto dan tentu saja ; para pemburu spot bagus seperti kami, hehe





Di kerumunan manusia-manusia itu, kau tau? Aku terharu bahagia, kenapa di Depok enggak ada yang kayak gini? hehe
Sayangnya, jam di tangan sudah menunjukkan pukul 20.00 malam, itu artinya kami harus segera bergegas jika ingin sampai di Jakarta tidak kelewat 'pagi'. Kebahagiaan itu selesai.

Soon, ya. Aku pastikan Aku akan ke sana lagi. Insya Allah. :)
--------
a super late posting,
6 Februari 2016
Atika Widiastuti

4 komentar:

  1. Halo ka,
    Ka boleh nanya nanya ke kaka ga tentang teknik lingkungan ?

    BalasHapus
  2. Ka boleh minta email kaka atau bbm line ? Makasih ka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah pernah saya kasih waktu kamu komentar di postingan saya yang lain. Atikawidi11@gmail.com

      Hapus