Selasa, 27 September 2016

Lakukan Saja

Selasa, 20 September 2016
ketika saya sedang berjalan dari kost menuju kampus, tak sengaja bertemu dengan seorang Ibu, yang kemudian saya ketahui bernama Ibu Rina. Sembari menggendong anaknya yang berusia 2 tahun, bu Rina berusaha menjual kerudung-kerudung bergo bekas miliknya, lima ribu rupiah perpotongnya. Keringatnya bercucuran, padahal saat itu belum siang, jam tangan saya belum genap menunjuk angka 10. Saya sempat hampir saja menghiraukan dagangannya, karena terburu-buru, takut tertinggal kelas yang dimulai pukul 10 dan sama sekali ga boleh telat.

Maha Baik Allah, atau mungkin memang sudah ditakdirkan, sang Ibu lantas bercerita tentang alasan mengapa ia berjualan kerudung-kerudung miliknya. Sembari mengeluarkan surat tagihan pembayaran sekolah anaknya, yang jumlahnya memang tidak sedikit. ia berkata : “Untuk bayaran sekolah anak saya, Neng. Senin dia ujian, tapi khawatir gak boleh ikut karena belum bayaran.” Alasan yang membuat saya sejenak mendengarkan ceritanya dan menjadi terdiam, tiba-tiba saya teringat akan ibu saya.

Dengan perantara surat tagihan itu, ia bercerita ringkas tentang kehidupannya, dimana lokasi tempat tinggalnya, dimana sekolah anaknya, dan hal mendasar lainnya. “Ibu, saya balik ke kost-an sebentar, ibu tunggu sini ya.”
Saya izin pamit sebentar kembali ke kost-an, mengambil sejumlah uang, karena memang tidak membawa uang lebih dari sepuluh ribu rupiah di dompet saat itu (sebenarnya untuk meredam keinginan jajan-jajan yang gak perlu, maklum anak kosan hehe), tetapi belum cukup untuk meng-cover semua tagihan sekolah anaknya itu.

Saya meminta kontak sang Ibu, untuk ‘kemungkinan-kemungkinan baik’ ke depannya. Namun ia berkata bahwa tak hapal nomer telepon anaknya, maka saya memberikan kontak saya, agar dihubungi setibanya ia dirumah.

 “Ibu, saya ada kelas jam 10, jadi mau langsung ke kampus, Ibu juga langsung pulang ke rumah ya. Gak usah keliling-keliling lagi.”
“Iya. Terimakasih banyak ya Neng… Ya Allah bersyukur banget ketemu Eneng. Yang pinter ya sekolahnya, iya, saya langsung pulang, nanti anak saya hubungin Eneng ya.”
Selalu terharu kalau didoain kayak gitu, emang baper parah ini anaknya. Dan entah, nama saya tiba-tiba berubah jadi Eneng, padahal saya udah memperkenalkan diri, hehe

Sekitar habis Zuhur selesai kelas, ada telepon masuk, ternyata dari sang Ibu. Lagi-lagi berterima kasih tanpa henti.

Hari ini, Sabtu, 24 September 2015
Saya dan beberapa teman dari Yayasan Rumah Iqro Insani, datang bersilaturahim ke rumah beliau, melanjutkan ‘kemungkinan-kemungkinan baik’ yang saya kemukakan di awal.  Di sebuah kontrakan petak, ibu Rina, Pak Agus, dan lima orang anaknya tinggal. Sehari-hari bapak bekerja sebagai ojek pangkalan dengan status kendaraan milik temannya, jadi bagi hasil. Sementara sang Ibu merupakan ibu rumah tangga yang mengurus 5 orang anak, Ibu juga bekerja, namun tidak tetap, hanya jika ada tetangga yang memerlukan bantuan tenaganya saja, untuk mencuci, menyetrika pakaian, dan lain-lain.

Selesai bersilaturahim dari kediaman Ibu Rina, saya dan teman-teman menuju sekolah sang anak, di bilangan Srengseng Sawah untuk menemuinya. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.

Kami bertanya beberapa hal mendasar pada Hilmi, nama sang Anak, apa kebutuhan untuk pendidikannya? bagaimana biasanya ia berangkat sekolah? pembayaran untuk ujian-ujian yang sebelumnya bagaimana? juga mencicil tagihan-tagihan pembayaran sebagian, belum semua.

----Social Project Bidikmisi dan Program Kakak Asuh Rumah Iqro----

Pada salah satu Seminar Bidikmisi untuk angkatan 2013, diputar video tentang Pak Budi Soehardi, CNN Hero of the Year 2009, Captain Pilot Singapore Airlines, yang mendedikasikan harta bahkan hidupnya untuk banyak anak asuhnya di Panti Roslin, NTT. Juga pembicara pada Seminar Bidikmisi di semester selanjutnya dengan program "Sedekah Air". Menjadi bahagia dengan cara membahagikan orang lain.

Maka kami, para penerima manfaat beasiswa diarahkan untuk melakukan hal serupa, melalukan sebuah proyek sosial di jangka waktu Juli sampai September 2016. Alih-alih mengerjakan ‘tugas’, saya berfikir untuk membuat social project yang berkelanjutan, tidak terbatas pada periode Juli sampai September saja.

Maka saya, dan beberapa teman dari Yayasan Rumah Iqro Insani menggagas sebuah program penyaluran beadidik dan pembinaan bagi pelajar dan mahasiswa yang memiliki keterbatasan dalam hal  finansial namun memiliki semangat yang tinggi dalam pendidikan. Program yang diharapkan dapat membantu meringankan beban keluarga dengan membantu dalam hal pembiayaan biaya sekolah atau kuliah agar semakin banyak generasi muda yang dapat menikmati pendidikan tinggi hingga sarjana atau sederajat, mampu keluar dari  himpitan  ekonomi  dengan  adanya  peningkatan tingkat pendidikan dalam keluarga dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga di masa depan. Berangkat dari hal itu, maka pada Agustus 2016, diluncurkan sebuah program yayasan dengan nama Program Kakak Asuh dengan jargonnya “Sarjana di tiap Keluarga.”.

Alhamdulillah, sudah ada sekitar 23 adik asuh yang terdaftar saat ini, dengan Hilmi, anak pertama Bu Rina, salah satunya penerimanya, insyaAllah.

Kita memang tidak pernah tahu akan dipertemukan dengan siapa dan dalam kondisi yang bagaimana. Namun, kita bisa mencipta kesan apa yang ingin dapatkan setelah kita dipertemukan.

Hujan deras sore tadi, mungkin pertanda bagi kita untuk senantiasa bersyukur dengan hidup. Juga, katanya berbagi itu salah satu kunci kebahagiaan, maka lakukan saja. Just do it. Selama kamu yakin dengan tujuanmu, Allah pasti beri kemudahan.

Bagi teman-teman yang ingin berpartisipasi menjadi Kakak Asuh dalam Program Kakak Asuh dan membantu Hilmi-Hilmi lainnya, dalam bentuk apapun, dapat menghubungi saya di atikawidi11@gmail.com. Sesuatu itu, mungkin kecil bagi kita, namun di tangan orang yang memerlukan, nilainya akan sangat berbeda.

Terimakasih telah sabar dan menyempatkan diri membaca cerita panjang pada laman blog saya.

Atika Widiastuti
Teknik Lingkungan 2013
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Poster Program Kakak Asuh
Silaturahim ke kediaman ibu Rina


0 komentar:

Posting Komentar