Sabtu, 29 Juni 2013

Di Suatu Hari


Ini adalah cerita nyata yang saya alami ketika mengantar salah satu teman ke asrama barunya. Semoga ada hikmah yang bisa diambil. Happy reading^^
 Jam tanganku sudah menujukan hampir pukul 12 siang, menandakan sudah hampir 2 jam kami menunggu Sifa dan keluarganya. Sifa merupakan teman baikku, teman baik kami. Hari ini, 10 Juli 2011 merupakan hari pertamanya bersekolah di sekolah barunya di Bogor. SIfa merupakan salah satu penerima Beasiswa dari Sampoerna Acedemic.

“Ayo, nanti kita terlambat. Keluarga Sifa sudah bersiap akan berangkat” kataku kepada Anik. Kami berangkat dari Depok pukul 09.00 pagi karena kami belum mengetahui dimana letak asrama Sifa itu. Tapi karena beberapa alasan, perjalanan baru dimulai pukul 11.00 pagi.

Mobil sewaan kami sudah menunggu sejak tadi. Ya, kami menyewa sebuah angkot untuk mengantar Sifa ke asrama barunya, Sifa pergi bersama kami. Sedangkan keluarganya berada di mobil pribadi milik salah satu kerabatnya. Di dalam angkot ada orang-orang terdekat Sifa, ada Aku, Kak Anik, Siwi, Meli, Dira, Mega, Kak Eka dan Kak Wandi.
*
“Kok supirnya muda banget, tau jalan gak nih?” Tanya Kak Eka pada Kak Anik
“Iya ya? tapi kita khusnuzon aja deh :)

Setelah 2 jam perjalanan, sampailah kami ke sekolah barunya Sifa.
Setelah melihat-lihat sekeliling asrama dan sholat zuhur akhirnya kami pulang menuju Depok.

*

Saat perjalanan pulang,  kami tidak melewati jalan yang sama seperti waktu berangkat tadi. Karena waktu itu sebenernya abang angkotnya emang abang cabutan, jadi gak tau jalan :’(
“kapan nih mau pake jilbab???” Tanya Ka Eka kepada kami.
Ntar ka selesai PKL.” Kata Mega
Umur gak ada yang tau lohhh ..hehe. “Kak Anik menambahi
Yang lain hanya saling berpandangan sambil tersipu malu.
*
Mobil kami melewati rel kereta api. Alarm peringatan sudah berbunyi, menandakan bahwa kereta api akan lewat. “Neng…neng.. neng” tapi sang supir malah nekat dan mobil kami terjebak ditengah-tengah rel karena keadaannya pada saat itu macet. Seketika kami panik.

Dira terlihat paling panik diantara yang lain, “maju bang, maju!!” Perintahnya kepada Sang Supir.
Aku lemas seketika,  sudah tidak tau mau berbuat apa lagi. Kak Wandi yang duduk di samping supir hanya menengok ke belakang-ke depan-kebelakang lagi melihat keadaan kami.

Kami berdoa agar diberi keselamatan. Saat itu, hanya itu yang bisa kami lakukan. Mobil sedikit demi sedikit maju dan akhirnya kami lolos dari maut. Bagaimana tidak? Tepat setelah angkot kami melewati rel, palang penutup jalan langsung menutup jalan. Beberapa menit kemudian, kereta melaju dengan kencangnya. Satu menit itu berharga banget teman :’)

Sebuah pelajaran untuk kami semua. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Terima kasih ya Allah, Engkau ingatkan kami bahwa kematian itu sebenarnya amat sangat dekat.
Beberapa hari kemudian setelah kejadian itu, Siwi memutuskan untuk memakai jilbab. Alhamdulilah, mungkin ini hikmahnya :)

0 komentar:

Posting Komentar