Kamis, 09 April 2015

Kusebut Nyata

Biasanya, do'a yang kupanjatkan setelah sholat selalu sama,
do'a untuk kedua orangtuaku. Selebihnya Aku sebutkan dalam satu kalimat,
"Ya Allah, lancarkanlah semua kegiatanku hari ini, dari mulai detik ini Aku berdoa sampai nanti Aku kembali ke rumah lagi."
Jika sedang ujian atau hendak kemana, baru Aku tambahkan do'aku menjadi lebih spesifik.

Tak pernah ku khususkan doa untukmu,
Kamu yang masih samar di masa depan,
Tak berani Aku menyebut nama dalam tiap do'a
Meminta-Nya untuk mendekatkan hatiku dan hati orang yang kusebut

Hingga pagi tadi selepas subuh,
Setelah do'a untuk kedua orangtuaku,
Pikiranku sadar betul apa yang terucap oleh bibir,
kusebut nyata namamu.
Sangat nyata.
Bahkan hatipun ikut berdetak ketika namamu kusebut.

Lantas Aku menjadi takut.
Takut sedih jika ternyata bukan kamu
Takut kecewa jika ternyata, kamupun melakukan hal yang sama dalam do'amu,
kamu menyebut suatu nama.
Apakah kamu sadar akan keberadaanku jika pengharapanmu saja sudah terfokus pada satu orang?

Dan bagaimana jika Ada seseorang yang menyebut namaku dalam do'anya,
ia menjadi seperti diriku dalam pengharapan padamu.
Akankah Aku sadar akan keberadaannya jika pengharapanku saja sudah terfokus pada kamu?
Selalu sulit membayangkan jika kita tidak berada di posisi tersebut.

Itulah alasan mengapa Aku tak pernah mau menyebut nama.
Tapi, tadi.........
Aku.
menyebut.
Namamu.

Waktu Subuh di Depok
Atika Widiastuti

0 komentar:

Posting Komentar