Senin, 27 April 2015

Mawar Matahari

"Gak nyangka gue, lo segitunya. Gak bakal lagi gue ganggu hidup lo. Hidup aja sesuka lo. Simpen aja terus tuh egois lo!"

Postingan dengan awal yang kurang baik memang. Tapi begitulah.
Hari ini, seseorang marah besar, yang katanya karena keegoisan seseorang yang ia bentak itu.
Mari kita panggil ia dengan sebutan mawar, dan orang egois satunya lagi kita sebut Matahari.

Hari ini Mawar sengaja bangun lebih awal karena ingin mengantar Matahari menuju kampusnya. Begitu cerita dari mawar. Singkat cerita si Matahari memang selalu meminta bantuan kepada Mawar dalam hal apapun. Baginya, Mawar adalah sosok kakak. Mawar mengganggap Matahari seperti adiknya sendiri.
"Tugas lo nurut aja sama gue. Tugas gue gangguin lo.", Kata Mawar di suatu waktu.

Pagi tadi, Mawar marah besar, karena menurutnya, Matahari tidak sabar, terlalu egois. Tidak mau menunggu barang sebentar, malah lebih memilih menggunakan transportasi umum ke kampusnya, padahal ia sudah mengorbankan waktunya dan tamu bisnisnya pagi itu.
Padahal menunggu Mawar datang 30 menit kemudianpun, Matahari bakal lebih cepat sampai di kampusnya. Tapi Matahari tidak sabar.
Andai Mawar tahu, ada sesuatu yang jika ia ketahui dari Matahari, ia akan menjadi tidak enak pada dirinya sendiri.
...Karena kadang, membiarkan seseorang hidup dalam persepsinya sendiri itu lebih baik daripada ia harus mengetahui kenyataan yang sebenarnya.
***
Matahari bukan tipe orang yang mudah mengalah, jika tidak salah, ia tidak mau disalahkan, bahkanpun ketika ia salah, ia akan mencari-cari pembenaran-pembenaran sehingga gagasannya bisa sedikit diterima. Keras kepala memang, egois.
Oleh karena itu, meski awalnya ia bilang akan membiarkan sang Mawar hidup dalam persepsinya sendiri, akhirnya ia jelaskan juga alasan-alasan logis atau mungkin bisa disebut pembenaran untuk sikapnya.
Mawar menerima, ia memang marah, tapi katanya, rasa sayang pada adiknya ini, jauh melebihi rasa marahnya.
***
Belakangan memang, Matahari selalu mencari cara agar ia dan Mawar bisa bersikap wajar. Karena beberapa alasan yang mereka berdua sama-sama tahu.
Sang Mawar akan meminang Melati, salah satunya.
Mungkin tak sepenuhnya akan meninggalkan Matahari, tapi pasti jadi berbeda prioritas lagi kan?
Matahari ingin belajar mandiri, supaya nanti ia tak kaget ketika Mawar sudah bersama Melati.
Inginnya begitu.
Tapi praktek selalu tidak semudah teorinya.
Cara baik-baik tak bisa membuat ia dan mawar menjadi biasa.
Tak disangka, terjadi insiden tadi pagi itu.
Padahal Matahari sudah menerima keadaan yang seperti tadi. Dirinya disalahkan. Mawar tidak mau lagi berhubungan dengannya.

...Jika cara baik-baik tidak bisa mewajarkan keadaan, cara yang buruk mungkin tidak akan lagi disebut buruk jika keadaan yang telah tercipta sekian lama bisa menjadi wajar...

Sampai jumpa Mawar! :)
Tak apa hidup dalam persepsimu sendiri tentangku, jika dengan begitu, bisa membuat keadaan menjadi lebih wajar.
Biarkan Matahari menjadi mandiri dengan caranya.
Seperti katamu tempo hari, "Sayang bukan dengan mengekang, tapi membiarkannya tumbuh dalam pengawasan."

Salam untuk Melati.
dari Aku,

Matahari
***
dengan peng-analogi-an
based on true story
27-04-2015
***
By the way, gerimis hadir hari ini, walau tidak membawa hujan, setidaknya ia membawa pesan dari langit untuk bumi. Aku senang. :)


0 komentar:

Posting Komentar