Senin, 30 November 2015

Menghimpun yang Berserak #2

Kepada angin yang menerpa wajahku sore tadi.
padanya kusampaikan suatu kabar
yang nanti jika pagi datang, ia akan menyapamu.
Membisikkan kabar dariku,
tentang sesuatu...
yang tak sempat terkatakan.
-- 18 Oktober 2015

***
Pungtuasi,
aku harap akulah titikmu,
biar kamu berhenti.

Atau setidaknya jadi komamu,
biar kamu beristirahat,
sebelum kalimatmu menemui akhir paragraf.
-- 16 September 2015

***
Kala mendung tak selalu mendatangkan hujan.
Kala terik tak berarti cerah seharian.
Sebab apa yang terlihat, tak sesederhana yang kamu bayangkan.

Maka biarkanlah Aku menjadi keduanya, untukmu.
Menjadi terik yang datang setelah rintik.
-- 08 Agustus 2015
***
Kemarin kamu bilang kalau kamu ingin membebaskan hatimu terbang kemanapun,
Lalu kenapa tiba-tiba sekarang kamu biarkan hinggap di tempat itu?
Bumi masih luas, tiap penjuru langit pun belum semua kamu jelajahi.
Belum waktunya hatimu hinggap, apalagi menetap.
Nanti ya, nanti.
-- 08 Agustus 2015
***
Masing-masing kita tidak sedang menunggu,
tetapi sedang ditunggu.

Ditunggu sesuatu,
yang makin hari kita makin dekat dengannya.
Ditunggu sesuatu,
yang setiap hari kita bergerak menujunya.

Masing-masing kita sedang ditunggu,
oleh kematian.
Tapi....
sudah seberapa besar persiapan?
-- 18 Agustus 2015

"karena yang berserak, perlu dihimpun, perlu dikumpulkan, agar rapi, agar tertata."

check this out :
Menghimpun yang berserak part 1

0 komentar:

Posting Komentar