Jumat, 20 Februari 2015

Kusebut,

Kusebut Kau rintik air hujan. Turun dengan cepat dan membuatku berlari, berteduh, dan menghindar darimu. Ah, benarkah Aku menghindar?
Kusebut Kau sinar mentari di siang hari. Terik sekali. Membuatku tak ingin keluar dan memilih berteduh di rumah. Menghindarimu, lagi.
Kusebut Kau langit senja. Jingga indahmu membuat simpul senyum di bibirku. Kali ini Aku menghindarimu? Tidak. (:
Kusebut Kau bintang kejora. Sinarmu paling terang di antara sinar lain di atas sana. Kamu berbeda.

Ternyata satu yang membedakan itu semua. Adalah caraku memandangmu.

Rintik air hujan, sinar mentari, langit senja, bintang kejora, Kau adalah sesuatu yang sama-sama "berasal" dari langit.
Ya, tempatmu memang di atas sana. Sementara Aku di Bumi, menunggu untuk Kau kunjungi. Entah kapan, kuharap, semoga.


Teringat suatu hari Aku pernah bertanya sembari meminta janji. Apakah kita akan tetap bersama? Kau jawab itu iya. Dan itu cukup bagiku. Sesederhana itu definisi bahagia untukku.
Aku selalu mencari tahu apa kesukaanmu. Hingga suatu hari kamu bertanya, mengapa Aku melakukan itu semua?
Aku tertawa dan berkata bahwa sesungguhnya Aku tidak punya alasan yang jelas, itu juga yang kuberitahu padamu. Tapi kutanyakan lagi pada diriku dan Aku menemukan jawabannya ; Aku senang kalau kamu senang. Sesederhana itu.

Jika kau tidak suka aku berlaku itu padamu. Anggap saja Aku melakukan itu untuk diriku sendiri. Karena melihatmu bahagia, adalah kebahagiaan untukku, maka ketika Aku melakukan itu, sesungguhnya Aku sedang membahagiakan diriku sendiri.
*) Kalimat random yang diketik sesuai keinginan jari tapi dari hati






Atika Widiastuti
20 Februari 2015

0 komentar:

Posting Komentar