Selasa, 16 Februari 2016

Untuk Dirimu Sendiri Saja

Ada orang yang bisa menangis terisak hanya karena menonton drama korea yang (katanya) menyentuh sekali, tak sedikit yang kadang menjadi uring-uringan di dunia nyata hanya karena tokoh idolanya, yang biasanya berperan menjadi tokoh protagonis medapat perlakuan yang tak adil, entah ditinggalkan kekasih hatinya, atau yang lebih dramatik lainnya. Seolah beban di tokoh utama, adalah beban hidupnya juga. Entahlah Aku tak paham dan tidak juga ingin memahaminya.

Ada orang di belahan dunia lainnya, menangis terisak, bukan karena drama korea, tetapi karena kehidupannya, dunia ini panggung sandiwara katanya, kan? Menangis di saat yang sama. Terisak di satu waktu. Dengan alasan yang berbeda.

Keduanya bercerita, pada beberapa orang lainnya, alih-alih berbagi beban dan mencari tempat bercerita. Sebab rata-rata, keduanya berjenis kelamin perempuan. Makhluk yang katanya selalu butuh tempat untuk bercerita, tetapi tempat berceritanya juga perempuan, yang juga ingin selalu bercerita. Apalagi jika lawan bicaranya juga telah menggunakan jasanya untuk mendengakan ; timbal balik katanya. Masing-masing mereka bercerita kisahnya sendiri. Tapi jika sama-sama menjadi mulut, lantas siapa telinganya?

Bahkan, orang yang kamu percaya untuk bercerita saja, bisa bosan juga jika terus mendengar ocehan-ocehan ceritamu. Ia juga butuh kamu dengarkan sesekali, tapi kamu mana peduli, yang penting ceritamu ada yang mendengar.

Selain perempuan, kadang tempat berceritanya adalah laki-laki, yang katanya makhluk paling (tak) peka seantero bumi. Boro-boro mendengarkan cerita dengan seksama, "oh man! kenapa kaum perempuan drama sekali? Setiap orang punya masalahnya sendiri itu pasti, tak usahlah menambah masalah orang tersebut dengan masalah-masalahmu."

Jadi, untuk keseluruhan yang kau ingin ceritakan? simpan untuk dirimu sendiri saja, simpan rapat, cerikan saja di tiap ujung sujudmu. Di waktu-waktu mereka yang sudah lelah menangis karena drama korea tertidur pulas. Di waktu-waktu orang-orang sudah terlelap dan sudah menjelajah mimpinya masing-masing.

Sunyi, senyap, kau sepenuhnya didengarkan. Ceritakan saja. Semuanya. Selengkapnya. Kalau perlu minta solusinya. Kau tak sendiri, kawan! Jika tak ada lagi makhluk yang mau mendengar, ada Sang Khalik yang (sebenarnya) selalu ada tapi kadang tak kau hiraukan.

Tapi sesudah itu, kembali lagi ke kehidupanmu. Dengan senyum menenangkan. Semalam sudah tuntas semua masalahmu. Jangan lupa jadi pribadi yang bersedia mendengarkan ; karena populasi manusia jenis ini sudah tidak banyak.

------
Atika Widiastuti
16 Februari 2016




0 komentar:

Posting Komentar