Selasa, 05 Januari 2016

dari Perahu Kertas

Mungkin Aku terlalu telat atau gimana, tapi malam kemarin Aku baru aja nonton Perahu Kertas 1 dan 2. Iya, filmnya emang dari zaman baheula katanya. Yang booming sama radar Neptunus itu.

Sekilas biasa aja sih filmnya *ditimpuk loversnya*, film cinta remaja. Tentang Kugy yang suka menulis dan mendongeng, juga Keenan yang suka melukis tapi ditentang Ayahnya karena ada "cerita tersendiri" di masa lalu. Mungkin yang udah nonton juga masih pada inget alur ceritanya, hehe

Kugy suka menulis cerita dan mendongeng adalah cita-citanya, namun menurutnya tidak realistis. Keenan memvisualisasikan cerita Kugy menjadi gambar-gambar, dan sejak itu Kugy percaya akan mimpi dan cita-citanya ; berkat gambar Keenan.
Aku bermimpi menuliskan buku dongeng pertamaku, sejak kamu membuatkanku gambar-gambar ini, aku merasa mimpiku semakin dekat. Hari ini aku juga bermimpi, aku bermimpi selamanya bisa menulis dongeng, aku bermimpi  bisa berbagi dunia itu bersama ilustrasimu. Karena bersama kamu, aku tidak takut lagi jadi pemimpi, karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat, segala sesuatunya ada.

Ternyata ada cinta, namun keduanya selalu menafikan itu, ditambah masing-masingnya sudah punya kisah cintanya sendiri. Jadilah cinta itu terpendam, atau sengaja dipendam. Waktu berjalan, orang-orang datang dan pergi dalam kehidupan. Konflik terjadi di dalamnya. Hingga mereka akhirnya bertemu di acara pernikahan sahabat mereka, Eko dan Noni.
Sejak saat itu, hidup terasa berwarna lagi. Ternyata rasanya masih sama.

Hingga akhirnya, antar keduanya saling mengetahui perasaan satu sama lain, namun kondisinya berbeda. Kugy sudah bersama Remi, pun Keenan bersama Luhde. Akhirnya mereka sepakat, untuk "memilih" jalan hidupnya sendiri.

Ada satu kalimat dari Remi pada Kugy:
"Pernah gak Keenan minta dikasih buku ini sama kamu? Pernah gak kamu minta aku kasih cincin ini ke kamu? Gak pernah, kan? Cari orang, yang bisa kasih kamu segala-galanya, apapun itu, tanpa kamu harus minta."

Ada juga Luhde yang berkata pada Keenan :
Hati itu dipilih, bukan memilih. kalo selamaya Keenan memilih disini sama saya, selamanya juga Keenan gak bakal tulus.

---
Well. yang tercetak miring itu inti tulisan ini sih. hehe
Bahwa kadang sering dalam hidup, kita menemukan seseorang yang dengan senang hati kita bahagiakan tanpa harus dia minta, sederhana penjelasannya, karena hati kita telah dipilih olehnya. Maka segala apapun yang kita lakukan untuknya, apapun demi kebahagiaannya, adalah juga kebahagiaan untuk kita. Hati kita menjadi objek, sedang dirinya adalah subjeknya. Hanya seringkali, kita bingung sendiri mendefinisikan hal itu. Kini aku tau frasanya : Karena hati kita dipilih.

Kalau hati kita memilih, secara tidak langsung ada hal yang pasti kita korbankan, karena itu berupa pilihan. Kita subjek, kita yang memutuskan. Beda halnya dengan dipilih, secara tidak langsung itu merupakan suatu keikutsertaan "dengan sendirinya". tanpa harus kita mengorbankan apa-apa.

Dan mungki menjadi kebahagiaan paling paripurna jika orang yang bersama kita nantinya, merupakan orang yang hatinya saling dipilih oleh masing-masing dari kita. Dengan senang hati, antar keduanya saling memberi, memberi, dan memberi. Sudah menemukan?

Entah bagaimana mekanismenya bekerja, tapi Aku sedikit banyak setuju dengan sudut pandang ini,
hehe. Ah, jadi penasaran mau baca novelnya, ada yang punya dan boleh untuk ku pinjam? :)


Atika Widiastuti
05 Januari 2015

0 komentar:

Posting Komentar