Kamis, 07 April 2016

Semut dan Paldom

Sebulan terakhir entah mengapa di kosan saya jadi banyak semutnya. Apa karena faktor penghuninya? Bukan, maksudnya bukan penghuninya yang manis, tapi penghuninya sering bawa makanan/minuman yang berbau-bau manis lalu berceceran. Sepertinya memang begitu, deh.

Tadi pagi, selagi gambar jaringan Paldom di kertas kalkir (keseruan paldom ini nanti saya ceritakan di postingan lain, ya) mereka jalan-jalan berbaris di depan pintu kamar saya, padahal jelas saya gak lagi minum minuman berasa, apalagi makan. Terus saya baru makan malam ini, masa iya mereka nungguin saya sampai makan malam? ah, ini sih fix saya kepedean. Tuh kan, sama semut aja baper.

Nah, saking banyaknya mereka, ya. Bosan saya dengan kalkir, saya ajak main aja mereka. Saya kasih angin tornado di barisan mereka, iya, saya tengkurap terus tiup-tiupin mereka.

Reaksinya lucu, deh. Meski jalan di lantai yang koefisien geseknya kecil (dibanding jalanan kutek), mereka gak 'terbang' gitu aja ketika ditiup, seakan tangan dan kakinya(?) mencengkeram erat ubin lantai, mereka diam dan tetap pada kondisi itu. Sampai saya biarkan mereka berjalan-jalan lagi, ketika agak rapi barisannya, saya tiup-tiup lagi, kali ini agak keras, beberapa terpental juga. Ya Allah maaf, ini rasanya jahat banget kalau dibayangin sekarang, ya :(

Selesai (atau lebih tepatnya selesai seadanya) gambar di kalkir, saya berangkat ke kampus. Dengan hati riang dan senang karena pikir saya, 'beban' sudah hilang karena kalkir-kalkir ini akan segera dikumpul. 30 menit terlewat dari jadwal aselinya, karena takut diusir sebelum ikut belajar, maka tas saya titip di kelas sebelah, kelasnya anak sipil. Saya masuk bener-bener bawa badan (dan HP) aja. Kertas minta, pun pulpen minjam.

Ah iya. Sebelum berangkat kampus, saya bawa 5 kalkir A0 dalam tabung, juga CD hasil burning tugas besar kelompok. Saya berangkat duluan dari kosan, dengan maksud setidaknya tugas sudah aman sampai di kampus, meski orang dalam kelompok yang hadir baru saya, tiga teman saya yang lain menyusul ; ada yang mandi terlebih dahulu, ada yang bersiap-siap dulu.
Oh iya, ceritanya semalam kami ngumpul di kosan sampai pagi, sampai 15 menit sebelum kelas dimulai. Bukan kok, bukan nugas, yaaa kepingin kumpul ajaa (bohong deng).

Pikir saya lagi, oh yasudah gapapa, toh nanti mereka datang juga. Lagian hari ini di kelas, dosennya menyampaikan materi kok, bukan presentasi atau apapun yang melibatkan kelompok. Materinya paling teori, kan. Disuruh baca buku referensi, khas dosen perancangan gituh. Ah, tenyata pikir-pikir saya diawal itu salah.

Di 30 menit kedatangan saya yang terlambat, materi sudah separuh jalan, karena teman-teman saya tidak kunjung datang juga, saya mau tidak mau memperhatikan penjelasan dengan serius. Siapa yang akan ditanya kalau nanti dipengerjaan tugas kami ada yang kami gak paham? Padahal biasanya saya tidur di kelas, jelek banget ini jangan dicontoh :(
Satu jam kelas berjalan, ternyata memang cuma saya yang datang kelas, tiga lainnya berguguran hahaha :(

Ternyata bukan sekedar teori, kali ini hitung-hitung langsung. Beberapa kelompok maju menuliskan data perhitungan masing-masing, diajarin perhitungannya, per-step-step secara umum tapi mendetail. Yaa pokoknya gitudeh, si Bapak yang satu ini, sebut saja Pak Setyo, memang jadi idola dalam urusan menjelaskan materi. Kami jadi se-ngerti-itu. 

Saya kalap. Takut-takut disuruh maju juga. Sendirian. Mau nulis apa? Lah pulpen aja minjam, kertas boleh minta. Debit kelompok kita berapa? berapaaaa? tidaak~ HP mati pula. Alih-alih duduk di paling belakang, padahal ngumpet gitu, sok-sok-an sibuk mencatat kalau ada yang lagi disuruh maju. Orang 'kejepit' emang jadi banyak akalnya, ya. Sa ae.

Hingga akhir jam kuliah, setidaknya ada tiga tugas yang diberi deadline hari Senin besok untuk diasistensikan kepada si Bapak.
Terus si Paldom merasa menang, ia berteriak seketika setelah di Bapak menutup pintu keluar "Lo kira dengan lo ngumpulin kalkir, kita bakalan udahan? Hahahahahaha belom lah yaw."

Selesai kelas, saatnya mengumpulkan 5 lembar kalkir beserta CD ini. Tak semulus itu ternyata. Hingga karena saking gak kuatnya lagi, saya titip aja kalkir dan CD kelompok saya ke kelompok lain ; saya lapar, mau makan. Setelah diingat, loh iya belum makan dari kemarin siang, lah kuat.

Beli siomay abang-abang lalu pulang ke kosan. Muka udah kucel banget, hati udah gak karuan aja. Yang ada di pikiran saat itu cuma es krim.

Sampai di kosan, engga ada komunikasi yang terjadi di antara saya dan teman-teman saya itu. Tapi saya tau, sikap saya itu salah. Tapi di satu sisi, gak baik juga kalau saya langsung mulai obrolan. Janji saya, nanti saya bakal minta maaf. Saya takut 'meledak' kalau ngobrol saat itu juga. Biasa, orang melankolis O, kalau udah begini, suka ngerasa jadi makhluk paling merana, yang ditinggal sendiri setelah dibersamai sepanjang waktu. Jadi biarinlah, saya 'ademin' diri saya dulu. Ademin secara harfiah ; mandi. Haha. Tugas tetap saya share di grup kelompok. Cuman katanya gak ada senyum-senyumnya saya di grup. Bahasa chat hebat ya. Padahal tulisan doang, tapi orang bisa 'ngebaca rasa' gitu.
Duh ngebaca rasa. hahaha

Udah ngerasa adem, saya cari es krim, beli deng. Deket sih, di Cijantung, hehehehehe
Lalu saya kembali lagi ke kosan. Jam lima sore. Langsung masuk kamar, masih belum ada obrolan juga. Padahal saya janji, malam ini bakal jelasin tugasnya ke tiga orang teman saya itu.

Sampai akhirnya,
beberapa menit lepas Isya, mereka masuk ke kamar saya. Bertiga. Bawa ketan duren. Duh, sa ae emang dah ah.
Karena dikiranya saya ngambek, karena sejak pulang kampus engga ngobrol, pun di grup nongol seadanya.

Padahal bukan ngambek, cuma memang sayanya aja yang sifatnya seperti ini. Tapi saya ingat janji saya tadi siang. Saat itu juga, selesai jelasin tugas yang diberikan si Bapak, sambil saya ceritain di kelas tadi gimana. Saya minta maaf ke mereka. Minta maaf atas sikap saya yang nyebelin dan ngebetein dan menjadikan mereka membelikan ketan duren buat saya, hahaha.

Mereka bertiga, hampir berbarengan jawab, "Aaaaaa~ harusnya kita yang minta maaf~ " Dasar. Cewek. Lucu bin awkward banget kita jadinya.

Terus duren ketannya kita makan bareng-bareng. Aseli, enak. Gratis soalnya. Duren pula. Siapa yang nolak? hehe

Lalu kita makan malam bareng di kosan, pesen lele kremes Cak Mul. Pesen, delivery ke kosan. Males banget emang padahal tinggal keluar, ckck Si ketan duren ini saya tinggal di meja belajar. Tempatnya kan tinggi, diplastikin juga, amanlah yaa~ Kami makan bareng dulu di ruang TV. Setengah jam kemudian, balik ke kamar. Duh.

Ketan durennya dikerubuti semut.
Mana item-item lagi, gede-gede.
Ini saya mikir, jangan-jangan saya kualat.
Tadi pagi saya tiup-tiup mereka.
Sekarang lagi balas dendam ceritanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tapi, kenapa harus di ketan duren? :"
no pict = hoax ,gitu katanya

--------------------------------------
tulisan malam gak jelas, didedikasikan untuk tiga orang teman hidup di semester enam.
Terimakasih yaa :*


0 komentar:

Posting Komentar