Rabu, 04 Maret 2015

Namanya Matahari

Namanya Matahari, yang munculnya di sore hari setelah hujan.
Tidak menyengat tetapi menyejukkan.
Seharusnya Aku senang karena Aku akan melihat lengkungan senyum itu, ya Pelangi.
Keindahan yang dibawa Matahari setelah hujan yang turun membasahi.

Tapi tidak kali ini,
Matahari tidak membawa kabar langit sedikitpun, ia berbeda sore ini.
Lengkung pelangi itupun tak muncul.
Aku menduga, jangan-jangan sedang tidak ada kabar menarik dari langit?
Atau mungkin Matahari enggan membahas itu denganku karena tahu Aku tidak suka?
Atau barangkali, Matahari memang sedang tidak ingin membicarakan itu karena ia bosan dan ingin menenangkan pikiran, itulah sebabnya ia menemuiku sore ini tanpa membawa apa-apa dari langit.
Semoga yang benar adalah kemungkinan yang terakhir, kuharap.

Tapi Matahari,
Saat kamu menemui batas waktumu dan tiba-tiba langit menghitam,
Ku lihat sekeliling, kamu sudah tidak ada.
Hei, mengapa pergi tanpa pamit?
Itu tidak sopan.
Bahkan Aku belum sempat berterimakasih padamu.

Tapi semoga Matahari,
dimanapun Kamu, ada atau tanpa adanya Aku,
Jangan lupa untuk selalu membawa lengkungan pelangimu. :)

Jika Aku boleh jujur padamu, Matahari.
Di malam hari atau saat hujan turun seharian, kamu tidak muncul. Aku masih bisa hidup tanpamu.
Tapi bayangkan jika itu berbulan-bulan, bertahun-tahun atau mungkin selamanya?
Adakah hidupku akan sama seperti seharusnya?
Aku tidak tahu.

Tapi Aku yakin, di ujung langit sana, kamu tetap ada hai Matahari.
Tetap bersamaku walau mungkin, jarak kita semakin menjauh......

Atika Widiastuti

0 komentar:

Posting Komentar